part 6

116 17 0
                                    

Seungwoo berhasil memenangkan balapan. Wooseok sangat lega Seungwoo menyelesaikan balapan itu tanpa luka sedikit pun. Seungwoo menghampiri Wooseok yang wajahnya masih pucat.

"Maaf ya nunggu lama" ucap Seungwoo, Wooseok memaksakan untuk tersenyum.

Wooseok menunggu Seungwoo untuk membersihkan dirinya terlebih dulu sebelum mengantarkannya pulang. Dia mengelilingi lintasan balap itu sambil menunggu Seungwoo. Ini pertama kalinya dia menginjakan kakinya di sirkuit balap ini. Lintasan ini terasa sangat hening tidak seperti saat balapan tadi, cahaya lampu sangat terang menerangi lintasan ini. Untuk saat ini lintasan itu tidak terlihat semenakutkan tadi saat balapan fikir Wooseok.

"Lagi ngapain?" Tanya Seungwoo di sebelah Wooseok.

"Udah selesai?"

"Iya. Lagi ngapain jalan-jalan di sini? Kenapa gak ikut Seungyoun aja di dalem?"

"Hah? Nggak kak Seungyounnya juga kayaknya lagi sibuk. Lagian saya belum pernah ke sini jadi jalan-jalan bentar aja"

"Ini sama aja kayak jalan biasa Seok"

"Iya, tapikan saya belum pernah liat kalau kakak kan udah biasa.Kakak sering balapan?" Tanya Wooseok penasaran

"Iya" ucap Seungwoo mereka saat ini masih berjalan menelurusi jalan sirkuit.

"Kenapa gak jadi pembalap aja? Maksud saya itu bisa jadi profesi kan?" Tanya Wooseok, Seungwoo tersenyum

"Balap cuma hobi dan kebutuhan Seok gak mungkin gue jadiin profesi"

"Maksudnya?"

"Gue itu dikenalin balapan sama Seungyoun, itu karena gue butuh uang dulu, saat ini juga sih" Seungwoo terdiam sebentar. "Orang tua gue udah lama nggak ada, dulu gue dititipin ke kakaknya nyokap gue. Gue gak mau nyusain beliau jadi gue mutusin buat ngekos aja dari sisa tabungan peninggalan orang tua gue. Gue temenan sama Seungyoun udah lama, dia sama orang tuanya dengan senang hati mau bantuin gue bahkan menampung gue, tapi gue gak mau banyak berhutang sama orang. Akhirnya Seungyoun bantuin gue gimana cara dapetin uang, yaitu dengan cara balapan, karena dia tau gue suka balap motor"

"Kenapa gak ikut sekolah balap aja? Bukannya ada ya? Kan kakak sukanya balapan"

"Orang tua gue mau anaknya jadi pengacara. Jadi gue gak mungkin jadiin balap sebagai profesi. Ya seenggaknya meskipun orang tua gue udah gak ada, tapi gue masih bisa memenuhi keinginan mereka".

"Oh gitu"

"Yaudah yuk gue anterin pulang kasian nanti nyokap lu nunggu lama"

***

"Udah nyampe rumah anaknya?" Tanya Seungyoun yang berada di meja belajar mengerjakan tugasnya untuk besok

"Udahlah kan gue yang anterin" jawab Seungwoo yang sekarang merebahkan tubuhnya di kasur Seungyoun yang empuk

"Hampir aja gue jantungan kalo lu gak dateng tadi, mana dateng-dateng bawa cewek"

"Gak lah gue pasti dateng, kan udah digaji haha"

"Elu gak tau aja si Wooseok pucet banget liat lu balapan, untung aja tuh anak gak pingsan"

Iyalah anak baik-baik kayak dia mana biasa liat balapan tadi.

"Btw Woo"

"Apaan?"

"Lu nginep lagi malem ini?"

"Iya besok pagi kan gue gak ada kuliah jadi gue tidur di sini aja ya?"

"Yah masa gue berbagi kasur lagi sih?" Rengek Seungyoun.

"Yaudah gue tidur duluan ya Youn, selamat mengerjakan tugas" ledek Seungwoo kemudian memejamkan matanya dan membelakangi Seungwoo, namun sebelum tidur Seungwoo masih ingat betul wajah Wooseok tadi, Seungwoo senang karena Wooseok mengkhawatirkannya.

Awalnya Seungwoo tidak pernah merasa ada yang khusus dengan Wooseok. Mereka memang satu kelas dalam satu mata kuliah, namun Seungwoo tidak pernah sadar akan kehadiran Wooseok, karena dia selalu mengambil tempat duduk yang jauh dari Seungwoo.

Suatu pagi Seungwoo tidak sengaja jatuh dari motornya, betapa bodohnya dia mengendarai motor dengan keadaan mengantuk karena bergadang bersama Seungyoun mengerjakan tugas mereka. Seungwoo dan Seungyoun itu satu tipe, sama-sama deadliner jadi mereka menyelesaikan tugas mereka hanya dalam satu malam. Ketika itu Seungwoo sudah hampir sampai ke kampus, dia hanya merutuki kebodohannya untungnya lukanya tidak parah dan hanya sikunya yang lecet.

"Kamu gak apa-apa?" Suara asing menyapanya dan mendekati Seungwoo, orang itu langsung mengeluarkan plester yang ada di tasnya dan langsung menempelkannya pada siku Seungwoo yang luka, belum sempat Seungwoo melihat wajahnya dan mengucapkan terima kasih tiba-tiba...

"Seok ayo buruan! Gue belum ngeprint tugas!" Suara dari jauh menginterupsi Seungwoo

"Iya bentar. Saya duluan ya!" Wooseok langsung pergi tanpa melihat wajah yang ditolongnya.

Seungwoo tidak melihat dengan jelas gadis yang menolongnya, tapi dia sangat ingat dengan rambut cokelat serta rok panjang bermotif kotak-kotak berwarna kuning yang dipakai gadis itu dan 'Seok' itulah namanya meskipun Seungwoo tidak tahu nama lengkapnya.

Siang itu Seungwoo masih ada kuliah jam dua, dia masih sempat makan siang di kantin. Hari ini dia makan sendirian karena Seungyoun sudah pulang dan dengan tenang melanjutkan tidurnya. Seungyoun hanya ada dua mata kuliah hari itu.

"Lu pesen apa Seok?" Suara cempreng itu kembali di dengar Seungwoo

SEOK?!

Seungwoo langsung menengok ke sumber suara. Itu gadis tinggi bersuara cempreng yang sedang memesan menu, dia sedang berbicara pada gadis yang lebih mungil darinya rambut cokelat dan rok kotak-kotak berwarna kuning. Iya itu dia! Seungwoo sangat yakin itu gadis yang menempelkan plester di sikunya tadi pagi, pasti dia! Oke Seungwoo sudah tahu orangnya, sekarang saatnya mencari tahu mengenai dia.

Seungwoo merasa sangat bodoh ketika mengetahui dia sekelas dengan Wooseok. Perlahan Seungwoo mulai memperhatikan Wooseok cara dia menulis, saat dirinya memperhatikan dosen, saat dia merasa bingung, dia terlihat sangat lucu. Wooseok memang tidak terlalu aktif di kelas, namun nilai-nilainya ternyata sangat bagus.

Seungwoo seperti mendapatkan hadiah ketika mengetahui dirinya dan Wooseok menjadi satu kelompok. Dosen sengaja membuat kelompok yang terdiri dari anak cerdas dan satu anak yang nilainya kurang, agar nilai mereka terbantu. Sebenarnya nilai Seungwoo tidak kurang, hanya saja Dosen melihat kalau Seungwoo itu mahasiswa yang mengulang mata kuliahnya oleh sebab itu dia satu kelompok dengan Wooseok.

Saat mereka kerja kelompok di kafe Seungyoun, Seungwoo baru tahu Wooseok memang sepolos itu. Sepertinya dari kecil hingga saat ini dia belum pernah berbuat nakal sekalipun. Wooseok juga sepertinya tipikal anak penurut yang menuruti kata-kata orang tuanya seperti jangan dekat-dekat dengan orang asing dan langsung pulang ke rumah. Itu terlihat jelas apalagi saat Seungwoo berniat mengantarkannya pulang. Dia seperti ketakutan dan sangat menjaga jarak dengan Seungwoo. Seungwoo maklum mengingat reputasinya di kampus tidak baik bahkan buruk.

Namun saat ibu Wooseok mengajaknya makan malam dan Wooseok menyetujuinya, Seungwoo merasa terkejut. Melihat interaksi Wooseok dengan ibunya, Wooseok ternyata benar-benar anak yang manis, tidak dia sangat cantik. Wooseok memang hanya menempelkan plester pada luka kecil Seungwoo, tapi entah kenapa Wooseok selalu memenuhi fikiran Seungwoo sejak pagi itu.

Apa Seungwoo menyukai Wooseok? Iya sepertinya begitu.

Bad Guy Good GuyWhere stories live. Discover now