Tentang seorang bocah buta yang
mengalami bagian kelam dunia.
Hanya kepada satu orang ia bertopang, yaitu Nathan sang sepupu.
Namanya Nevan, sudah sedari kecil ia mendambakan hidup yang damai. Namun hingga sekarang ia masih harus menemukan hal itu...
"Sstt..., hey hey ada kak Nath disini, tenang ya, gak ada yang nyakitin Evan lagi, Mama sudah pergi," ucap Nathan pelan.
Tak lama kemudian, raut yang semula terlihat tak nyaman itu perlahan kembali tenang.
Nathan menghadap penuh ke tubuh si sepupu, ia menyangga tangannya dan melihat lamat wajah manis di sampingnya.
Terkadang ia merasa sedih saat melihat wajah sepupunya ini. Nevan masih terlalu kecil dan polos untuk menahan semua beban berat dalam hidupnya. Jika semua masalah yang dipikul Nevan bisa dipindahkan kepadanya, Nathan dengan senang hati menerima. Tak apa, ia cukup kuat untuk menahan.
Tangannya ia bawa untuk menyingkirkan poni Nevan yang menghalang mata anak itu.
Manik mata yang menatap ke arahnya dengan tatapan kosong. Namun dengan anehnya ia justru merasa tenang.
Mata itu sangat mirip dengan milik tantenya. Teduh dan menenangkan hati.
"Tante Donna pasti bakal pulang, kakak yakin tante gak bakal biarin anak tersayangnya menderita sendirian disini,"
Saat ia sedang menatapi Nevan, pintu kamar di ketuk dari luar.
Pemuda berlesung pipit itu pun bangkit dengan perlahan agar tak membangunkan Nevan.
Ia menarik selimut yang sepupunya pakai hingga sampai ke leher dan pergi ke arah pintu.
Cklek
"Den,"
Setelah ia membuka pintu, terlihat Bi Ina yang berdiri dengan gusar.
"Ada apa bi?"
"Kita bawa kabur den Nevan hayu, firasat bibi gak enak den,"
"Kok tiba-tiba? Firasat gak enaknya gimana?" Nathan keluar kemudian menutup pintu kamar.