🍂Saat Itu, Pasca Perpisahan🍂

76 12 40
                                    

Song : Super Junior Yesung - Paper Umbrella


































Esoknya, Adikirana resmi menghilang.

Wali kelas mereka mengumumkan kepergian Kirana di depan kelas. Pindah sekolah, katanya. Mengenai kemana Kirana berpindah, sang wali kelas tak tahu. Ia hanya tahu bahwa dokumen kepindahan Kirana tiba-tiba sudah terletak rapi di mejanya pagi ini.

Penjelasan tersebut menjawab rasa penasaran para siswa akan kosongnya kursi Kirana yang biasanya selalu diduduki sang pemilik paling pagi. Kepindahan yang mendadak itu mendatangkan beragam reaksi dari seluruh penjuru kelas, sebagian besar adalah reaksi kesedihan. Kirana, teman mereka yang amat baik dan menyenangkan, pergi begitu saja tanpa pamit.

Saki mencerna seluruh kejadian itu dalam diam. Tentu saja, berita ini juga mengagetkan baginya. Terakhir ia bertemu Kirana adalah tiga hari yang lalu, saat ia memutuskan gadis itu dan mengatakan hal yang keterlaluan soal keluarga Kirana. Saki ingat ia meninggalkan Kirana yang terduduk lemas di pinggir jalan, terlalu terluka akibat kata-kata darinya.

Bukankah Kirana memiliki jiwa yang kuat? Saki selalu bersikap dingin padanya, dan ia masih bertahan. Seharusnya, hanya sekadar kata-kata tidak akan membuatnya pergi, kan? Kirana sudah sepatutnya benci padanya, mendiamkannya sampai entah kapan, namun seharusnya ia tetap ada disini, duduk di bangkunya.

Yah, Saki akui dirinya kelewatan karena menyinggung soal keluarga Kirana. Tapi, itu karena Kirana yang terus-menerus menuduh Meigi yang bukan-bukan. Ego Saki saat itu ingin sekali menyakiti Kirana sebagaimana Kirana menyakitinya. Mata dibalas mata, keluarga dibalas keluarga.

Apakah Kirana keluar karena itu? Bukankah... Kirana agak sedikit berlebihan?
































"Lo tau Kirana kenapa, gak?"

Begitu wali kelas pergi, Gisela buru-buru menghampiri Saki yang tampak sibuk dengan bukunya.

Saki menaikkan satu alisnya heran. Ia tahu Gisela tak menyukainya, jadi rasanya membingungkan saat gadis itu mengajaknya bicara duluan. Tapi begitu menemukan bekas airmata di wajah Gisela, Saki langsung paham.

Saki kembali memakukan pandangannya pada buku. "Nggak."

"Kok gak tau? Kan lo pacarnya?" cecar Gisela.

Mantan. Koreksi Saki dalam hati. "Lo sendiri temen deketnya, kenapa bisa gak tau?"

"Tapi lo jauh lebih lama kenal Kirana daripada gue. Lo yang seharusnya lebih kenal Kirana."

Saki seketika menyerah dalam mendebat perempuan. "Ya, emang. Tapi gue beneran gak tau. Gue sama kagetnya sama kalian."

Gisela mendesah kecewa. Setitik airmata jatuh lagi dari matanya. "Lo tuh kenapa, sih Kir? Kalo ada masalah tuh cerita, jangan senyum-senyum aja dan tiba-tiba ngilang..." Monolognya, untuk Kirana yang entah dimana.

Saki berdeham, menutupi sebersit rasa bersalah yang muncul di benaknya.

"Atau mungkin dia mutusin ikut kakak kembarnya?" tebak Gisela.

Saki kali ini menggeleng yakin. "Nggak mungkin. Alasan Kirana bertahan disini adalah karena bundanya gak mau pisah sama Kirana. Bundanya sayang banget sama Kirana. Kirana gak mungkin ninggalin bundanya demi apapun juga, bahkan demi Candra."

Setelah mengatakan itu, Saki tertunduk. Ia malu pada dirinya sendiri, mengingat bahwa ia juga salah satu si pemohon yang meminta Kirana untuk tinggal, namun berakhir menyia-nyiakannya. Saki berharap, jika bukan karenanya, setidaknya Kirana tetap tinggal karena sang bunda.

Hari Dimana Kita Merasakan Jarak (SKZ Seungmin ft. ITZY Yeji)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant