~ Bertemu Rafan ~

4 1 0
                                    

Happy Reading...

Setiap akhir pekan taman menjadi tempat yang banyak dikunjungi orang untuk berolahraga. Sama halnya dengan gadis berkucir kuda yang sedang melakukan pemanasan setelah olahraga.

Dia adalah Nada.

Berada di luar rumah, menghirup udara segar pagi membuat sedikit otaknya merasa fresh, tanpa beban.

Saat Nada akan pulang, matanya menangkap sosok seseorang yang menganggu pikirannya sejak kemarin, Novand. Cowok itu sedang berbicara dengan seorang perempuan yang sepertinya seumuran dengannya.

Tanpa permisi Nada berdiri di antara mereka. Novand dan juga cewek itu menatap Nada bingung. Lalu cewek itu menarik Novand menjauh dari Nada. Sebelum itu terjadi Nada sudah menarik sebelah tangan Novand.

"Van, orang gila di sini aneh ya. Penampilannya kayak bukan orang gila," ucap cewek itu.

Nada merasa tersindir. Cewek di depannya jelas-jelas mengatakannya orang gila.

Bukan Nada namanya kalau cuma diam tidak membalas. Ini tidak lagi main sinetron 'suara hati perempuan'. Nada melepas tangan Novand kasar, lalu berjalan mendekati cewek yang berani mengatainya gila. Tangannya mendorong sedikit bahu cewek itu. Hanya sedikit tapi berhasil membuat cewek itu tersungkur.

"Gisa, gak kenapa-napa?" tanya Novand setelah membantu Gisa berdiri.

Gisa menggeleng. Nada melihat mereka dengan tatapan tidak suka. Bisa ia simpulkan kalau orang yang disebut Gisa oleh Novand adalah orang yang sangat dekat dengan Novand, terlihat dari raut wajah Novand yang khawatir saat membantu Gisa berdiri.

"Lo kenapa?" tanya Novand pada Nada. Nada bicaranya terdengar ketus.

"Dia ngatain aku orang gila," ucap Nada dengan tatapan memelas.

"Kenapa harus dorong?"

Dalam hati Nada kesal. Novand seperti membela Gisa dari padanya.

"Kamu kok belain dia sih."

Nada menggenggam tangan Novand yang langsung ditepis olehnya.

"Benar-benar gila lo!" ucap Novand lalu menarik tangan Gisa untuk pergi.

Nada mengepalkan tangannya di samping tubuh. Gara-gara Gisa, Novand jadi mengatainya gila juga. Tidak bisa ia biarkan dua orang itu lolos. Lihat saja nanti.

Saat berbalik seorang bocah perempuan tidak sengaja menabrak tubuhnya. Bocah itu jatuh karena tubuhnya lebih kecil dari Nada. Kalau dilihat umurnya sekitar tujuh tahun.

Baru saja Nada akan membantunya untuk berdiri, teriakan bocah itu membuat Nada menganga.

"Omaigat Cla jatuh, gimana nasib pantat Cla, tepos pasti nih," hebohnya. Teriakan bocah itu sangat melengking menerobos masuk ke gendang telinga Nada.

Bocah dengan nama Cla itu menatap tajam Nada.

"Kalau jalan lihat-lihat dong, orang cantik di tabrak, pokoknya kakak harus tanggung jawab kalau pantat Cla tepos, gimana Cla mau jadi artis, kata abang Cla kalau jadi artis harus aduhai, modal cantik doang udah banyak."

Heboh, berisik, cerewet, itulah Cla. Bocah perempuan tujuh tahun yang sepertinya tidak polos. Mulut Nada sampai terbuka mendengar Cla berbicara seperti itu. Pasti abangnya yang mengajari. Jika Nada bertemu abangnya Cla, tidak segan-segan Nada memberikan bogeman tangan di mulutnya.

"Cla! udah dibilang tunggu ben--" ucapan cowok itu terhenti saat melihat Nada.

"Nada!" pekik cowok itu.

Dahi Nada berkerut, merasa tidak asing dengan wajah cowok di depannya.

"Abang kenal?" tanya Cla.

"Cla pergi dulu sana, nih uang beli apapun yang mau Cla beli."

"Huh ngusir," ketus Cla lalu pergi setelah mengambil uang yang diberikan abangnya.

"Apa kabar, Nad? Gue kangen," sapanya.

Nada hanya diam. Mencoba mengingat siapa cowok ini.

"Gue Rafan, lo gak ingat? Yaelah baru juga empat tahun gue tinggal." Nada bicara Rafan terdengar sedih.

"Lafan! Ini beneran lo? Gak nyangka ketemu Lafan lagi."

Nada ingat sekarang. Rafan, cowok yang dipanggil Lafan oleh Nada itu adalah sahabat Nada dari SD sama SMP. Waktu SD tidak ada yang mau berteman dengan Nada. Rafan datang lalu menjadikan Nada temannya. Rafan sungguh baik padanya. Mereka berpisah waktu SMP karena Rafan yang pindah sekolah ke London. Saat itu Nada sedih, Rafan terlalu baik padanya. Hingga saat Rafan pergi semuanya kembali seperti semula. Nada merasa kesepian. Tidak ada yang ingin berteman dengan Nada karena Nada orangnya yang keras.

"Lafan Lafan, panggil yang benar coba, dari dulu Lafan Lafan terus," kesal Rafan.

"Ya gak papa dong, anggap aja itu panggil spesial gue buat lo."

"Ya ya terserah lo deh. Oh iya gue masih ingat waktu gue mau pergi ke London, ada cewek nangisin gue pergi, kayaknya gak rela tuh gue pergi, ingusnya aja melar-melar, jorok banget gak tuh cewek."

Nada menatap Rafan Datar. Cewek yang menangis itu 'kan dirinya.

"Dasar lo ya!"

Bugh!

Pletak!

"Awws.. udah Nad, ampun, gak lagi deh, gue belum nikah woi!"

"Lagian nyebelin," ucap Nada lalu berjalan menuju kursi taman dan duduk di sana.

Rafan juga ikut duduk, mensandarkan punggungnya di badan kursi.

"Cla adik kandung lo?" tanya Nada setelah beberapa menit mereka hanya diam.

"Iyalah adik kandung gue, lo pikir adik tiri gue, ogah gue punya adik tiri," sewotnya.

"Ya 'kan bisa jadi sepupu lo gitu, sewot amat jadi orang," balas Nada tidak kalah sewot.

"Abang laknat emang lo, ngajarin Cla gak bener."

Jangan lupakan bogeman yang Nada janjikan tadi untuk Rafan. Karena ternyata Rafan abangnya Cla.

"Cla bilang apa aja?" tanya Rafan.

"Banyak."

"Abang sama adek sama-sama bobrok."

Setelahnya satu bogeman mendarat di mulut Rafan.

"Kok tonjok gue!" kesal Rafan karena tiba-tiba Nada menonjok mulutnya.

"Itu janji gue kalau ketemu sama abangnya Cla, ajarin adek lo gak bener sih." jelas Nada.

"Emang gue ajarin apa?" tanya Rafan. Pasalnya banyak sekali yang Rafan ajarkan pada Cla.

"Tanya aja sama Cla."

Baru saja dibicarakan Cla sudah muncul di depan mata. Benar-benar generasi yang ajaib.

Cla duduk di tengah-tengah Rafan dan Nada. Berkenalan dengan Nada, bercanda, bercerita lalu tertawa bersama. Cla yang lebih banyak cerita, kadang-kadang Cla menceritakan keburukan Rafan hingga cowok itu malu dibuatnya.

Akhirnya update!

Yok komen yok

See you di part selanjutnya

Bye😘













NADAWhere stories live. Discover now