The forbidden love

883 43 13
                                    

Ketika rasa cinta tumbuh tak terkendali layaknya hama yang sulit dibasmi. Apa yang harus dilakukan, sedangkan dunia menentang.

.
.
.

Di balkon sebuah rumah minimalis, terlihat seorang pria manis yang tengah bermenung. Renungannya nampak sangat dalam hingga semua yang ada di sekitarnya terabaikan. Ia hanya menatap langit di kejauhan.

.
.
.
.
.
.
.

"Jungkook!! Bangun.. udah siang ini, contoh kakakmu. Dia udah bangun dari pagi, bahkan udah selesai membantu ibu beres-beres." teriak nyonya Jeon di depan kamar Jungkook. Suara menggelegar seorang Nyonya Jeon tak cukup ampuh untuk membangunkan Jeon Jungkook dari tidurnya.

"Ma.. mama sarapan aja duluan biar Jin yang bangunkan Jungkook"

"Gak ngerti lagi mama sama tuh anak satu. Lain banget sama kamu Jinnie. Yaudah kamu bangunin dia ya, mama mau sarapan duluan ada meeting pagi." Ucap nyonya Jeon pada pria yang bernama Seokjin sambil berlalu pergi.

Setelah kepergian nyonya Jeon, Seokjin masuk ke dalam kamar Jungkook. Berjalan pasti mendekati ranjang dimana Jungkook terbaring. Ditatapnya wajah manis Jungkook yang sedang tertidur pulas beberapa saat sebelum ia raih wajah itu. Jantungnya tak pernah tenang ketika berdekatan dengan saudara tercintanya itu. Saat ini pun sepertinya sedang terjadi peperangan di sana.

"JK.." panggilnya lembut tepat di telinga Jungkook. Sang empunya nama menggeliat, merasa geli di telinganya karena embusan napas yang menerpa.

Karena belum bangun juga kini tangan Seokjin menusuk-nusuk pipi Jungkook, lalu memencet-mencet hidungnya, dan mencubit-cubit kecil bibirnya. Namun bukannya bangun, Jungkook malah menepis tangan Seokjin dan melanjutkan tidurnya lagi.

Waktu terus berjalan, Seokjin tak bisa membuang-buang waktu hanya untuk membangunkan Jungkook. Akhirnya ia mengeluarkan jurus andalannya.

Tik.. sekali petik Jungkook langsung bangun.

"Ahh Hyung, kebiasaan deh kalau bangunin suka cubit puting. Geli tau.." rengek Jungkook dengan suara khas bangun tidurnya. Seokjin bersyukur Jungkook segera bangun. Karena jika tidak, keinginannya yang sempat terlintas mungkin akan terealisasi.

"Kamu sih dibangunin susah banget. Cepet siap-siap. Ntar terlambat lagi. Hyung ga mau kena hukum lagi gara-gara nungguin kamu ya."

"Iya iya Hyung" Jungkook bergegas ke kamar mandi dan mandi secepat kilat.

.
.

Di meja makan. Seokjin sudah siap dengan makanan di hadapannya. Ada dua piring nasi goreng tersaji di sana.

"Loh mama mana?" Tanya Jungkook yang tak melihat ibunya.

"Mama dah pergi, ada meeting pagi katanya. Kamu sih bangunnya kepagian."

"Ya maaf kalau aku terlalu rajin" Ucap Jungkook sambil manyun dongkol.

Sekilas kehidupan mereka nampak seperti kakak beradik pada umumnya. Namun sesungguhnya ada hal lain yang sama-sama kedua insan itu sembunyikan.

.
.

Sepulang sekolah. Jungkook sedang menunggu Hyungnya di depan gerbang sekolah. Hyungnya pulang lebih lambat karena kelas tiga memang sudah mulai sibuk untuk mempersiapkan kelulusan. Sedangkan Jungkook sendiri baru masuk kelas satu sehingga kelasnya belum terlalu sibuk.

Saat bubaran, ia melihat Hyungnya dikerubuti para Sunbae perempuan. Wajar saja sih karena Hyungnya itu memang tampan. Entah kenapa Jungkook merasa kesal melihat Hyungnya yang beramah tamah dengan para Sunbae perempuan itu. Karena kesal Jungkook pun memilih pergi begitu saja.

The Story of the Moon and Earth (Kumpulan Cerita One Shoot Jinkook)Where stories live. Discover now