#Project-12

232 33 16
                                    

****

Teman itu apa sih?

Setiap hari itu yang ada di dalam pikiran seorang Nayaka Saraswati. Sebuah pertanyaan tanpa jawaban itu selalu berputar tak tentu arah di dalam pikirannya lantas membuat Naya sering melamun kan hal tersebut.

Memang apa penting mempunyai teman dalam hidup? Bagi Naya tidak ada teman maupun ada semua nya tetap sama, hidup Naya selalu dirundung sepi. Sepi yang tak berujung, sepi yang tak memiliki tempat. Teman bagi nya hanyalah sebuah kata tanpa makna, memang nya sejak kapan Naya punya teman yang berharga dan berarti besar untuknya? Tidak pernah.

Sejak dirinya kecil tidak ada seorang pun teman yang mau setia menemani nya kapanpun di manapun, perlahan waktu selalu membawa teman-temannya pergi. Dan bagian paling sadis nya adalah teman nya tidak pernah kembali kepada Naya. Mereka pergi tanpa pamit yang indah, mereka pergi tanpa beban dan menganggap Naya akan baik-baik saja tanpa mereka. Padahal sesungguhnya Naya sangat membutuhkan mereka.

Jadi, bagi Naya sekarang hidup tanpa teman bukanlah suatu hal yang membuatnya menderita. Toh, memang sudah sejak dulu dirinya tidak pernah punya seorang teman sejati. Kenyataan nya Naya selalu sendirian.
Kehadiran Galih pun tidak bisa ia anggap istimewa, Galih dan cara pikir nya selalu berbeda walaupun Galih terlihat lebih baik saat bertemu dengan nya tapi Naya tidak pernah merasakan perasaan seperti, akhirnya gue udah punya temen.

Makanya pertanyaan tentang atensi seorang teman tidak pernah bisa Naya jawab karena dirinya memang tidak pernah mempunyai jawaban nya, sedikit pun.

"Kelompok sudah Ibu bagi jadi mulai minggu depan kalian harus sudah merancang semua pekerjaan kalian. Itu saja untuk hari ini kita bertemu di minggu selanjutnya, selamat siang."

Keluar nya guru Prakarya tersebut dari kelas membuat seluruh penghuni kelas bernafas lega, pasalnya Bu Diana—begitu nama beliau adalah orang yang tegas untuk ukuran guru Seni. Jika beliau mengatakan A maka tidak dapat dirubah menjadi B, sekali pun kalian menangis darah sampai bersujud di bawah kaki Bu Diana, wanita tiga anak tersebut tidak akan pernah merubah ucapan nya.

"Nay, kelompok kita lo aja ya yang tanggung jawab? Gue sama yang lain ngga ada yang ngerti, nanti kita bayar deh."

Suara berat perempuan yang khas dari salah satu teman sekelompok nya itu hanya mampu membuat Naya menatap datar lawan bicaranya. Hal yang sangat biasa tiap kali ada tugas kelompok dimana dirinya yang harus bekerja sendiri, ini bukan yang pertama, bahkan Naya sudah tidak ingat kapan pertama kali dirinya harus repot sendiri seperti ini karena sudah terlalu sering mengalami hal tersebut.

Dan yang bisa Naya lakukan hanya menganggukkan kepala, tidak ada kata lain. Inilah yang Naya maksud dengan, teman itu apa?

"Oke kalau gitu, nanti lo kasih tau aja bayarannya berapa."

Hanya begitu saja diskusi yang mereka lakukan lantas teman sekelompok nya itu pergi begitu saja meninggal kan Naya seorang diri di kelas, karena kebetulan saat Bu Diana keluar dari kelas bel istirahat berbunyi sangat nyaring di seluruh penjuru sekolah.

Hari ini dirinya tidak pergi ke kantin Ibu membuatkan bekal untuknya, ini jauh lebih baik ketimbang Naya harus rela pergi ke kantin hanya untuk menghamburkan uang saku nya namun alasan yang sesungguhnya adalah Naya tidak ingin dipandang dengan belas kasih saat dirinya makan seorang diri di kantin.

02'z ProjectWhere stories live. Discover now