Alasan

15.7K 2.9K 58
                                    

Raivia ketakutan karena ancaman Xavier, dan ia yakin mungkin mata pedang sedang ada tepat dilehernya.

Serigala kecil itu hanya terus diam tak berani bergerak demi apa pun itu.
Meskipun ia pernah berkata telah menyerahkan hidupnya ia tidak bersungguh-sungguh mengatakannya

Xavier menurunkan pedangnya lalu berjalan melewati serigala kecil, berfikir serigala itu akan mengikutinya.
Ia senang sekali bisa merasakan ketakutan dan menaklukkan, jiwa kejam yang sudah mendarah daging.

Xavier menoleh kebelakang untuk menatap wajah ketakutan dari serigala kecil. Namun, ia tak mendapatkannya karena ternyata Raivia masih diam tak bergerak di posisi yang sama. Xavier menatap aneh apakah ia sebegitu ketakutannya hingga mendapatkan tekanan mental.

Raja berjalan mendekati serigala kecil dan menggendongnya. Raivia yang terkejut berusaha meronta melepaskan genggaman tangan Xavier pada bagian tubuhnya.

"Ou,ououuu.."
'Aaaa.. lepaskan aku, jangan bunuh aku. Aaaa'

Xavier tidak terganggu karena hal kecil itu. Hingga akhirnya mereka sampai di kamar Xavier kembali.

Saat merasa pegangan tangan Xavier mengendur serigala kecil langsung melompat dan berlari memojok sejauh jauhnya dari Xavier itu lebih baik untuk keselamatannya.

Xavier menatap hal itu menarik.
Ia lantas tersenyum jahat mengejek
"Jadi kau benar-benar ketakutan"
Ujarnya sambil melipat tangannya di depan dada.

Serigala kecil hanya diam, tidak bergerak juga tidak membatin apa pun ia sudah cukup tertekan dan secepat mungkin akan merencanakan pergi dari istana ini.

Xavier tertawa keras membuat tubuhnya merinding. Suara tawa yang hampir sama dengan tawa iblis meskipun wajahnya seperti malaikat.

'Mengerikan sekali, kehidupan kedua ini lebih mengerikan daripada kehidupanku yang awal. Mengapa juga aku bisa sampai di tempat ini. Mengapa Ya Tuhan mengapa?'

Raivia menyesal mengambil resiko rumit hanya karena kelaparan. Harusnya ia mencari makanan di hutan saja atau makan Serangga meskipun ia tidak benar-benar melakukan hal bodoh itu, nampaknya hutan tak sekejam Raja Xavier De Evrard. Lihat saja saat ia berhasil keluar dari tempat mengancam jiwa ini mungkin Raivia tidak akan pernah mencoba kembali.

Sudah satu jam sejak ia ketakutan dan sekarang serigala kecil bisa tenang. Xavier terlihat sibuk dengan tumpukan kertas dan buku.

Serigala kecil melangkah perlahan menuju kesebuah balkon luas berpagar yang di ukir dengan beberapa tanaman bunga tumbuh di sekitar sana.

Ia menatap keluar melihat lihat ada apa di sana. Itu hanya sekedar rasa penasarannya saja, udara terasa sangat sejuk. Angin terus berhembus pelan menerpa tubuhnya. Ruang kamar Xavier berada di bagian tengah sekaligus bangunan utama istana sehingga ia bisa melihat sisi istana yang sangat menakjubkan dari sana.

Seekor burung Finch terbang mendekat dan hinggap di balkon, burung itu menatap serigala kecil sambil memiringkan kepalanya kanan dan kiri.

Serigala kecil tertarik oleh hal itu.

"Cit,cit Halo"

Serigala kecil terkejut dan dengan ragu ia membalas
"Halo, kau bisa bicara dengan ku?"

"Tentu kita ini hewan bukan."

Serigala kecil berjalan mendekat.
"Benar hanya saja aku berjiwa manusia."

"Hah? Apakah kau di kutuk?''
Burung Finch membuka sayapnya mengekspresikan dirinya.

''Hahaha tidak, aku juga tidak tahu. Ceritanya sangat panjang yang jelas setelah aku mati aku terbangun dan ada di dalam tubuh imut ini.''

''Berarti kau hewan yang istimewa.''

''Hewan Istimewa? Aku tidak mengerti maksudnya''

''Aku dengar orang yang seperti mu adalah hewan Istimewa. Tapi aku tidak mengerti apa artinya.''

Raivia padahal penasaran mungkin Finch tahu sesuatu.
''Apakah kau juga berjiwa manusia?''

''Tidak aku hanyalah seekor burung maka dari itu aku bodoh."

Serigala tersenyum dan membuat sedikit gigi taringnya terlihat.
Ia nampaknya mendapatkan teman baru

"Jadi kenapa kau bisa mati?"

''Em, soal itu singkatnya aku di tuduh membunuh seseorang sehingga aku di jatuhi hukuman penggal kepala, begitulah.''

''Ewwhh itu mengerikan, Raja itu juga sering melakukannya. Entah mengapa manusia begitu kejam.''

Finch menunjuk Xavier yang sedang duduk dengan sayapnya.
Serigala kecil mengikuti arah tunjukkan sayap Finch hanya terkekeh lucu.

Tak beberapa lama ada burung lainnya datang menghampiri.

''Hai Finch, kau bertemu teman baru?."
Itu seekor cekakak datang dan ikut bergabung.

''Hai Ek, aku benar mendapatkan teman baru. Dia..... Tunggu siapa namamu manis?"

''Raivia, hai aku senang bertemu kalian"

"Apa yang sedang kalian bicarakan"

"Serigala ini berkata bahwa ia manusia dan ia mati karena di tuduh membunuh sehingga di hukum penggal sama seperti yang Raja jelek itu lakukan"

Ek terkejut hingga ikut membuka sayapnya.

"Gadis malang, lantas apa kau tak bicara untuk membela?"

Raivia terdiam, tatapan matanya tiba-tiba saja turun perlahan.

Benar, ia tak bisa melawan karena ia tidak bisa bicara. Raivia kehilangan suara indah nan lemah lembut itu saat berumur sepuluh tahun. Setelah meminum teh bersama kakaknya ia tak bisa bicara lagi. Hingga ia berumur 19, sampai ia mati. Itu alasannya ia mati, karena tidak bisa menjelaskan. Ia bisu selama 9 tahun dan ia mati.

Xavier menatap ke arah balkon saat mendengar cicitan burung seakan heboh dan itu mengusiknya.
Ia melihat di sana ada serigala kecil dan 2 burung bersama.

"Apakah mereka sedang mengobrol?"

Gumamnya penasaran

Don't forget to read this 😉

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Don't forget to read this 😉

.

.

.

Kepada satu satunya pembaca setiaku....

Love u😘😘😘😘😘😂😂😂

The Moon Wolf Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang