Part 2

93 12 1
                                    

Keesokan harinya, Fala-Tara-Tana IV pun terbangun dari tidurnya. Ia melihat matahari mulai muncul dari balik pegunungan. Pelan-pelan, ia berjalan menuju jendela dan menatap indahnya matahari pagi. Ia teringat masa kecilnya, ketika ia menatap matahari terbit bersama ketiga kakaknya.

Angin berhembus, membuat wajahnya kedinginan. Ia segera berbalik badan, hendak membangunkan Tamus. Memang, Fala lebih tergolong 'morning person' daripada Tamus. Ia melihat kayu gosong yang apinya mati sejak beberapa jam lalu. Ia kemudian melihat Tamus. Ada yang berubah darinya. Tidak ada ambisi berkobar-kobar di sana seperti beberapa hari lalu. Fala tidak tahu itu kabar baik atau buruk. Ia menjadi akrab dengan Tamus karena mereka memiliki kesamaan ambisi, bisa dibilang itu fondasi pertemanan mereka. Jika itu tidak ada, bagaimana nasib mereka?

Tapi Fala menyadari, dirinya juga tidak seperti dulu. Lihat saja, pagi ini ia bisa menikmati matahari terbit tanpa terburu-buru dan dalam waktu yang lama bisa menghela napas tanpa beban. Apakah bapak tua bernama Lumpu itu juga menghapus sebagian tekad mereka untuk berkuasa? Ia tidak tahu. Mungkin dengan diambilnya kekuatan mereka, tidak ada banyak hal yang bisa mereka lakukan, hanya berusaha mengembalikannya, itupun jika ada cara yang memungkinkan.

Ia kembali menatap ke arah Tamus. Orang itu terlihat lelah. Fala-Tara-Tana IV pun mengambil selimutnya dan meletakkannya di atas Tamus, kemudian berjalan ke sekeliling kastil yang masih tersisa.
"Coba saja kemarin kita tidak bertarung di sini", gumamnya perlahan. Ia masuk ke kamarnya yang masih utuh. Kamarnya, juga kamar Tamus memang terletak sedikit jauh dari ruang utama jadi tidak terlalu terkena dampak pertarungan. Ia melihat sebuah foto besar yang terpampang di belakang tempat tidurnya. Foto menawannya yang menggunakan jubah mengesankan sambil menggenggam suatu bunga indah yang darinya keluar cahaya keemasan. Bunga matahari pertama yang mekar.

Kekuatan bunga tersebut sungguh tidak terbilang. Fala menatapnya di foto tersebut. Cahayanya seakan keluar meski hanya di dalam sebuah foto.

Betapa banyak kekuatan dan kekuasaan yang ia miliki dulu. Semua usahanya mengumpulkan bunga matahari pertama yang mekar itu sekarang sia-sia. Ia mendengus kesal. Mau dendam juga ke siapa?
Ia kemudian keluar kamarnya yang megah dan pergi jalan-jalan ke bagian belakang kastil. Di sana ada gudang tempat barang-barangnya dan Tamus yang tidak berguna. Hanya sempat di ambil ketika keluar dari penjara bayangan di bawah bayangan dalam keadaan buru-buru dan tidak sempat dicek juga isinya apa. Dibiarkan tergeletak disini berbulan-bulan.

Fala-Tara-Tana IV melihat kubus-kubus tempat penyimpanan barang miliknya. Seperti kardus, namun lebih kuat dan ringan. Ia melihat-lihat isi kubus pertama. Di dalamnya terdapat rencana-rencana dia untuk mengeluarkan Tanpa Mahkota.

Banyak sekali gadget isi hologram yang ia tulis mengenai cara-cara memungkinkan untuk mengeluarkan Tanpa Mahkota, mulai dari bunga matahari mekar pertama hingga persiapan ekspedisi ke klan lain dengan kekuatan yang lebih besar serta teknologi lebih maju.

Dulu, klan bintang masih belum diketahui dimana adanya, ia menyimpan banyak sekali sejarah mengenai klan bintang karena konon penjara bayangan di bawah bayangan berada di sana. Ternyata tebakannya akurat. Sayangnya, ia gagal menemukan letak fisik klan bintang tersebut dan kembali melanjutkan mengumpulkan bunga matahari pertama. Ia juga melihat banyak catatan tentang klan matahari, juga klan bulan dan sedikit mengenai klan bumi.

Dibawah tumpukan gadget dan catatan lama itu, ia melihat sebuah pigura. Di dalamnya terdapat dirinya yang tersenyum bersama ketiga kakaknya, juga kedua orang tuanya. Foto tersebut sudah sangat tua, masih menggunakan kertas dan pigura (meski keduanya sudah berteknologi tinggi sehingga fotonya tidak menguning).

Ia melihat satu per satu kakaknya. Fala-Tara-Tana I, kakak tertuanya yang ia selalu segani, Fala-Tara-Tana II, kakak keduanya yang selalu memanjakannya, Fala-Tara-Tana III, kakak ketiganya yang sering bertengkar dengannya namun selalu ia sayangi. Ia juga melihat ibu dan ayahnya. Ibunya terlihat sangat cantik dengan gaun warna warni khas klan matahari. Ayahnya juga terlihat sangat tampan dan berwibawa. Begitu juga kakak-kakaknya yang mewarisi genetik dari kedua orangtuanya.

Fala lalu melihat dirinya sendiri. Ia masih muda, wajahnya masih tampan, tidak terlihat keserakahan di sana. Berbeda dengan foto di kamarnya yang terkesan gelap dan misterius. Disini, ia terlihat bahagia.

Tapi ia kemudian teringat perlombaan mencari bunga matahari mekar pertama beberapa abad lalu. Ia sangat iri melihat betapa orangtuanya membanggakan kakak-kakaknya. Ia sering merasa tertandingi, dan itu bukan hal yang ia suka. Ia ingin menunjukkan ke orang tuanya ia lebih baik dari kakak-kakaknya.

Namun, ambisi tersebut terlanjur merasukinya. Menggugurkan ketiga kakaknya (Baca di novel bulan ya guys). Ia menghela napas perlahan. Ketika kembali seorang diri seperti pahlawan, semua orang mencintainya, termakan kebohongannya. Tapi orang tuanya tidak. Mereka telah melihat ambisi dan keserakahan di mata putra bungsunya. Memilih pergi.

Fala-Tara-Tana IV menghela napas perlahan. Ia mengelus bingkai foto tersebut lalu membawanya ke kamar tidurnya. Ia meletakkannya di dalam laci di samping tempat tidur lalu kembali ke ruang utama.
Sesampainya disana, ia melihat Tamus yang sedang membuang kayu bakar gosong.

"Darimana saja kau? Aku kira kau menghilang", ucap Tamus.
"Aku dari gudang melihat-lihat catatan lama", ucap Fala-Tara-Tana IV sembari bersender ke dinding.

"Kau tahu, kita tidak punya kegiatan disini, apa kau mau pergi jalan-jalan?", tawar Tamus.

"Baiklah, tapi memangnya kau punya uang? Aku hanya memiliki uang klan matahari", ucap Fala-Tara-Tana IV.

"Tenang saja, tempat yang kita kunjungi gratis. Penjaga disana tidak akan berani melawanku", sahut Tamus.

"Tapi kan kau tidak memiliki kekuatan lagi, Tamus", ucap Fala.
"Dia tidak akan mengetahui. Tidak akan berani bertanya", ucap Tamus yakin.

"Baiklah jika kau berkata begitu, Tapi bagaimana kita akan ke sana? Kita tidak boleh terlihat siapa-siapa kawan, mereka akan sangat takut sekaligus bingung melihatmu naik kendaraan umum. Selama ini kita tersembunyi", ucap Fala.

"Tak apa, kita bisa lewat portal dari gadget ini. Beberapa puluh kali juga sampai", sahut Tamus.

Fala-Tara-Tana IV menepuk dahi, "Wahai, beberapa puluh kali, Tamus? Biasanya sekali jalan sudah sampai. Tapi baiklah, dibanding kita ketahuan", ucapnya, "Oh iya, bagaimana dengan suruhanmu yang secara berkala datang? Kita tidak bisa terlihat lemah depan mereka, mereka tidak akan patuh, bahkan mungkin mengusir kita".

"Aku tadi menyuruh mereka lewat teleportasi untuk memperbaiki kastil, membeli banyak makanan, lalu membiarkan kita disini. Aku mengatakan kita sedang sangat sibuk", ucap Tamus, "Semoga tidak ketahuan".

"Baiklah, aku ganti jubah dulu", ucap Fala.

"Eh, kau tidak seriusan akan menggunakan pakaian warna-warni itu kan? Wahai, kau akan sangat mencolok kawan", sahut Tamus. Ia kemudian pergi ke kamarnya dan melemparkan baju hitam-hitamnya ke Fala.

"Itu baju klan bintang. Bisa berubah sesuai pikiran kita. Aku membelinya ketika berada disana, pakailah", ucap Tamus.

"Wahai, kau sudah sempat berjalan-jalan di klan bintang?", Fala ternganga.

"Iyalah, aku kan pergi ke berbagai klan untuk menimba ilmu, tidak seperti kau yang hanya menunggu bunga matahari mekar setiap tahun", ucap Tamus.

"Wahai, sungguh aku harus lebih banyak belajar. Aku kira bunga matahari itu sudah kekuatan yang paling besar"  ucap Fala pelan.
Tamus terdiam. Ia tidak menyangka Fala akan sepeti itu. Tamus mengira Fala akan tersinggung tapi ternyata tidak. Baiklah.

Setelah berganti baju, perubahan Fala-Tara-Tana IV berubah drastis. Ia terlihat lebih cool, dengan pakaian hitam yang menyatu di tubuhnya.
Fala kemudian memikirkan jubah warna warninya dan bajunya berubah seperti yang ia pikirkan.

Tamus menepuk dahi, tertawa, "Wahai, kau masih memikirkan baju pelangimu itu, pakailah baju gelap".

Fala berkonsentrasi lagi dan jubahnya berubah menjadi warna hitam, tapi modelnya masih sama seperti jubah ketua konsil. Tamus tertawa, paling tidak ada kemajuan.

FANFIC_Kehidupan Tamus dan Fala-Tara-Tana IV setelah LUMPUWhere stories live. Discover now