Chapter 20

812 102 34
                                    

Disclaimers : Naruto milik M.K sensei ya....

Selamat membaca...

Sasuke berdiri dibalkon utama rumahnya sembari menatap langit malam, saat ini pikirannya hanya tertuju pada satu hal yaitu sikap yang ditunjukkan putra tunggalnya itu siang tadi. Setelah kembali dari jalan-jalan Menma dan Sasuke tidak bicara satu sama lain, Hubungan mereka bahkan lebih dingin dari sebelumnya. Dan juga perkataan Menma saat berada di ballroom hotel begitu sangat mengganggunya.

"Aku berhenti bertanya karena papa dan pamanku, tapi aku masih sangat ingin tahu alasan kenapa kau membuang ibuku?"

Kata-kata itu sampai sekarang bahkan masih terngiang dikepalanya.

'Aku bisa melihat tatapan kebencian dalam matanya, apa itu artinya selama ini dia membenciku?'

Sasuke mengingat sejak pertemuan pertamanya dengan putranya di Suna, meski sudah mengetahui bahwa dia adalah ayahnya tapi Menma justru berpura-pura tidak mengenalnya dan putranya itu seperti seolah menghindarinya dan menunjukkan kedekatannya dengan Gaara. Menma selalu menolak dan tidak pernah merasa senang dengan apa pun yang dia berikan padanya. Sasuke juga ingat hadiah pertama yang dia berikan untuk Menma jatuh hancur begitu saja saat anak itu sedang memainakannya.

'Apa itu kebetulan? Atau memang Menma sengaja menjatuhakannya?'

Sasuke benar-benar tidak bisa berhenti memikirkan putra tunggalnya itu. Hingga dia tidak menyadari ada yang memperhatikannya sejak tadi.

"Sasu... apa semua baik-baik saja?"

Suara Mikoto membuyarkan lamunan Sasuke.

"Ibu?"

Mikoto menghampiri Sasuke dan duduk disampingnya.

"Sejak pulang ibu perhatikan kau jadi pendiam? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Mikoto.

"Aku baik-baik saja bu." Jawab Sasuke.

"Lalu katakan pada ibu apa yang terjadi bukankah hari ini kalian pergi bersenang-senang?" Ujar Mikoto.

Tapi Sasuke justru terdiam dan menatap kearah lain.

"Apa dokter itu mengambil semua perhatian Menma lagi?" Tanya Mikoto lagi.

Melihat putranya murung membuat nyonya Uchiha itu tidak senang.

"Sepertinya aku harus bicara dengan dokter itu, agar dia menjauhi cucuku." Ujar Mikoto.

"Semua ini tidak ada hubungannya dengan dokter itu, Bu." Ujar Sasuke Sasuke.

"Lalu kenapa kau jadi murung setelah pergi bersama Menma?"

"Sebenarnya tadi Menma menanyakan padaku, kenapa aku dan Naruto bisa sampai berpisah." Ujar Sasuke lirih.

"Eh?"

"Dan aku sama sekali tidak bisa menjawabnya."

Mikoto terlihat geram mendengar perkataan Sasuke.

"Ibu yakin mereka pasti mempengaruhi Menma untuk menanyakan itu, mereka pasti ingin Menma membencimu." Ujar Mikoto.

"Cukup bu, untuk apa menyalahkan mereka jika kitalah yang sebenarnya bersalah." Ujar Sasuke. "Aku lah yang bersalah karena aku lah yang telah mengkhianati Naruto."

"Apa yang kau katakan Sasuke, kita lakukan itu karena..." ucapan Mikoto terhenti mengingat betapa buruknya menantunya setelah Naruto.

"Semua itu terjadi karena aku tergoda pada Sakura dan melukai Naruto, seandainya aku tidak mengkhianati Naruto kami pasti menjadi keluarga yang bahagia ." Ujar Sasuke. 'Dan aku tidak harus melihat tatapan kebencian dari putraku.'

KazokuDonde viven las historias. Descúbrelo ahora