Prolog

38 8 9
                                    

"Udah gue bilang kan,  kalian itu cowok cowok cemen.  Nama gengnya aja yang sok menakutkan, tapi orang-orangnya kek banci," ujar gadis berpipi gemoy itu dengan senyuman mengejeknya.

"Benar tu Ju, kalian gak ada apa apanya dibandingi kita.  Jadi gak usah sok ngajak kita balapan lagi, karena itu sama dengan mempermalukan nama geng tercinta kalian,"  timpal suci dengan wajah songongnya sambil merangkul gadis  yang berpipi gemoy itu. Sedangkan tiga temannya hanya memberikan senyum mengejek ke kelima cowok yang sedari tadi menahan wajah kesalnya.

"It,s oke. Mungkin balapan kali ini kalian menang. Tapi ingat, dipertandingan basket nanti, gue pastiin lo semua gak bakal menang," aura tajam dan menakutkan keluar dari mulut salah satu cowok itu. Namun itu gak membuat kelima gadis dihadapannya takut. Justru seringain kecil keluar dari bibir manis mereka.

"Seyakin itukah anda. Anda gak lupa kan, anda sedang berhadapan dengan siapa?" Ucap Wina,  salah satu cewek dengan rambut sebahu.
  
Mendengar itu, cowok tadi maju mendekati gadis itu dengan tatapan tajam. Gadis itu sontak mundur, jantungnya serasa ada yang beda namun ia berusaha bersikap biasa aja. 
"Gue dan teman gue gak akan pernah lupa dengan cewek cewek brandalan kek kalian yang gak ada kalem kalemnya. Gue pastiin kalian bakal kalah," ucap cowok itu dengan menatap tajam Wina.

"Woi, songong banget sih kalian. Kalian lupa gue siapa ha?  Gue kapten basket di Taruna Bangsa. Gue yang sering panen piala dari sekolah ke sekolah. Dan kali ini gue dan tim gue bakal panen piala itu buat sekolah gue lagi." ucap seorang gadis berkuncir kuda dengan tinggi badan 150 cm.

"Oke, kita buktikan nanti. Kalau tim kalian kalah, kalian semua harus siap jadi pacar kita kita." ucap cowok tadi dengan menatap dalam Wina. Sedangkan gadis itu berusaha menetralkan jantungnya.

"Gila, gak ada otak!. Bilang aja mau modus." ucap nanad dengan nyolotnya.

"Ngapain modus. Badan krempeng gitu aja bangga," sahut seorang cowok  dengan nada dinginnya.

"Eh Dio, diam lu. Awas aja kalau ketauan suka ma gue lu," balas Nanad dengan mata yang menyipit ke arah cowok tadi,  serta jari telunjuknya menunjuk kearah cowok itu.

"DIAM!,  oke fine. Kita terima tantangan lu. Dan kalau tim gue yang menang, kalian semua harus jadi babu kita selama selamanya tanpa dibayar."

Mendengar itu, salah satu diantara kelima cowoknya mengeluarkan seringaian liciknya. 'Kena juga' batin cowok itu.

School Story'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang