Chapter 17

37 34 624
                                    

Hola!

Yuk langsung dibaca aja 🤩

☆☆☆☆☆Gue emang cuman orang cacat yang bisanya nyusahin

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

☆☆☆☆☆
Gue emang cuman orang cacat yang bisanya nyusahin. Tapi, seenggaknya gue masih punya hati.

~Salvatrice Venette~
☆☆☆☆☆

Dora menatap dirinya di depan cermin sambil tersenyum tipis, “Lo hebat, Ra. Sedikit lagi lo pasti bisa hilangin jejak dia di dunia.”

Perempuan itu kini berjalan anggun keluar dari toilet yang ada di salah satu hotel ternama. Saat ini, ia sedang berada di salah satu hotel bintang lima untuk merayakan kesuksessannya.

Beberapa hari yang lalu, neneknya memutuskan untuk merayakan kedatangan Dora sekaligus untuk merayakan karir sukses Dora sebagai penulis. Neneknya itu memutuskan untuk merayakan hal ini di hotel bintang lima terbaik yang ada di kota mereka.

“Kamu ke mana sayang?” tanya Bray sambil merangkul pundak Dora.

Dora tersenyum kemudian membalas memeluk pinggang Bray dengan sayang, “Ke toilet. Kamu kenapa nggak tunggu di sana aja? Sambil nemenin keluarga aku?”

“Bosen. Nggak ada kamu soalnya.”

Mendengar itu, Dora mencubit pelan pinggang Bray. Ia tersenyum tipis. Ternyata diperlakukan manis oleh seorang pacar sangatlah menyenangkan. Pantas saja Salva selalu bahagia, pikirnya.

“Eh, kamu duluan aja, aku mau ke toilet sebentar,” ucap Bray yang diangguki oleh Dora.

Dora berjalan dengan pelan menuju resto tempat keluarganya berada. Bibirnya tersenyum licik saat melihat seseorang yang sangat ia kenali berada di satu hotel yang sama dengannya.

Bisa-bisanya gue ketemu lo di sini, Va, batinnya.

“Aduh. Orang cacat kenapa ada di sini sih? Ganggu pemandangan aja,” ujarnya santai.

Salva menolehkan kepalanya menatap Dora yang ada di belakangnya. Berbeda dengan dirinya, Dora menggunakan gaun mewah dengan high heels yang melekat di kakinya. Sebelah tangannya terlihat menenteng sebuah tas tangan cantik yang membuat saudaranya itu tampak elegan.

“Lo ….” Salva sebenarnya masih sakit hati mengenai apa yang dilakukan saudaranya itu beberapa saat yang lalu. Namun, entah mengapa Salva bisa dengan mudah menjaga tangannya untuk tidak menjambak saudaranya itu.

Senyuman meremahkan terbit di wajah Dora, “Lo ngapain di sini? Bukannya harusnya lo ada di rumah sakit? Atau mungkin … di kuburan?”

Dora berjalan memutari Salva kemudian tersenyum sinis, “Kok bisa sih ke hotel tanpa tangan gitu? Nggak malu? Di sini semuanya punya tangan, punya duit, dan satu lagi ….” Dora mendekat ke arah Salva kemudian berbisik pelan, “punya kebahagiaan.”

AUCTOR [SUDAH TERBIT]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें