4. Side A : Dinner With The Other Guy

1.2K 222 13
                                    

"Someone asked me to marry him," Karla berkata dengan nada enggan. Ia memutar-mutar sedotan dalam gelas berisi es kopi di hadapannya.

"Dimas Tjakra?" Tara, rekan kerjanya, menanggapi setelah memasukkan satu gigitan burger ke dalam mulutnya. Siang ini, mereka memutuskan menghabiskan jam makan siang di sebuah restoran cepat saji yang menyediakan burger dan ayam goreng sebagai menu andalan. Letaknya yang tidak terlalu jauh dari pusat perkantoran menjadikannya destinasi favorit para kaum pekerja. "Jadi acara kemarin beneran, ya?"

"Tau darimana lo?" Karla menaikkan alis.

"Muka lo terpampang dalam acara gosip pagi ini."

Karla mendengkus. Ia lupa satu hal. Aileen Hardja adalah seorang selebritis. Bukan artis film atau sejenisnya. Namun, dia adalah seorang sosialita yang gerak-geriknya selalu memancing rasa penasaran rakyat jelata. Konferensi pers kemarin tentunya juga dipenuhi para pemburu berita, yang mengira bahwa itu adalah konferensi pertunangan Aileen. Tidak, mereka tidak salah. Yang salah adalah...entahlah...Karla juga tidak tahu siapa yang seharusnya disalahkan.

"Setidaknya, lo keliatan cantik pas konferensi pers kemarin." Sungguh, ucapan Tara barusan tidak serta merta membuat Karla lega. Ia justru merasa ingin membanting segala sesuatu yang ada di hadapannya kini.

"Berisik, ah."

"Gue nggak tahu kalo lo diam-diam menjalin hubungan dengan orang dari Hardja Construction. Gue pikir kemarin itu beneran Aileen Hardja yang mau nikah sama PakWilliam. Masih lebih mending Aillen kemana-mana dibanding pacar Pak Will."

Karla memutar bola matanya. Tidak, ia tidak boleh keceplosan.

Tara memajukan tubuhnya. "Pacar lo cukup ganteng. Nice catch. Gue rasa gaji Dimas mayan besar nih berani mengajak seorang Karla Widjaja menikah."

"Sial!" Karla melempar tisu ke wajah Tara. "Ada saus di sudut bibir lo."

"Meski sebenarnya, selama ini gue—ehem," Tara berdeham sejenak, "ralat, bukan hanya gue aja tapi juga seluruh orang di kantor, mengira lo sebenarnya sedang pacaran sama Pak Alex, klien VVIP Archi-Tect."

Bola mata Karla membulat lebar. "Jika seluruh lelaki di bumi ini nyaris punah, maka Alex adalah orang terakhir yang bakal gue pacarin."

"Jadi, itu sebabnya lo lebih memilih berkencan dengan Dimas?" Tara kembali bertanya dengan nada penuh selidik. "Gue penasaran, take home pay-nya Hardja Construction berapa ya?"

"Semoga nggak lebih kecil dari punya gue. I wish," Karla menjawab dengan asal-asalan. "Karena selera gue tinggi."

"Berarti, lo harusnya menikah saja dengan Pak Alex."

Karla tersenyum masam. Tidak, tentu saja seharusnya ia tidak menikah dengan seseorang yang tidak ia cintai. Seharusnya, ia tidak menikah dengan terburu-buru. Seharusnya, itu yang seharusnya terjadi.

****

Karla mengerang dari balik selimut. Semalam hingga subuh, dia sama sekali tak memejamkan mata. Dia berusaha menyelesaikan gambar desain rumah tinggal untuk salah satu klien loyal Archi-Tect. Sepasang suami istri lansia, yang sepertinya bingung bagaimana cara untuk membuang-buang uang yang mereka punya.

Bagaimana tidak, dua atau tiga tahun sekali, mereka pasti membangun rumah tinggal baru. Atau, merenovasi rumah yang sudah ada hanya karena mereka bosan dengan warna lantai marmernya, bosan dengan warna cat dinding di teras belakang, atau kolam renang yang semakin mudah berlumut.

Rumah yang mereka bangun tidak pernah berukuran kecil. Paling tidak, harus ada kolam renang dan ruang terbuka untuk tanaman berupa rooftop untuk tempat bermain ketika cucu-cucu mereka datang berkunjung.

Tuan dan Nyonya Tjakra [ REPUBLISH ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang