18

1.3K 168 19
                                    

Permission To Dance - BTS

[ Lagunya buat hepi-hepi aja, biar gak tegang 😆 ]

Yang rindu cerita ini?

Yang lumutan nunggu cerita ini?

Yang mau maki-maki Authornya karena lama updatenya? 🤜🤣🤛

🥞🥞🥞

Tandai bagian yang typo...

Dua puluh menit lalu Prilly dan Syifa mulai menempati sebuah kontrakan kecil di pinggir kota yang jaraknya cukup jauh dari kediaman Ali. Rasa marah membuat Prilly bertekad untuk menjauh dari Ali, lelaki yang telah menghancurkan keluarganya. Lelaki yang secara langsung menorehkan luka terlalu dalam di lubuk hatinya.

Dia mencintai Ali, namun cintanya berhasil dipatahkan oleh kenyataan yang membuatnya hancur. Luka yang dia kubur dalam-dalam dan sebisa mungkin tidak dia ingat, kini justru muncul ke permukaan dengan semua rasa sakit yang memporak-porandakan hatinya.

Prilly menatap Adiknya nanar. Dalam ingatannya, terekam jelas bagaimana tangis pilu menyayat hati menggema mengirinya kepergian orang terkasihnya. Kebahagiaan dalam keharmonisan keluarga yang membuatnya dan Sang Adik melambung tinggi mendadak terhempas begitu saja seiring kepergian orang tuanya. Sakit dan bodohnya, sekarang dia terjabak ke dalam kehidupan lelaki yang telah membunuh kebahagiannya dan Adiknya.

Meringis, Prilly memegangi kepalanya yang berdenyut. Dengan lirih, dia memanggil Adiknya yang tengah memainkan ponselnya di dekatnya.

"Dek," lirihnya yang langsung mendapat respon.

"Kakak kenapa? Wajah Kakak pucet banget. Kita ke rumah sakit ya, Kak."

Prilly menggeleng. "Gak usah. Kakak cuma pusing aja," tolaknya namun mendapat decakan dan gelengan dari Syifa.

"Aku gak butuh jawaban Kakak. Aku maksa demi kesehatan Kakak. Sekarang, kita ke rumah sakit!" Tekan Syifa sembari memapah Kakaknya meninggalkan kontrakan. Syifa memesan taksi online untuk membawanya dan Kakaknya ke rumah sakit terdekat. Biarlah untuk kali ini dia dan Kakaknya mengeluarkan uang cukup banyak, yang penting Kakaknya tidak kenapa-napa.

Setibanya di rumah sakit, Syifa dibuat bingung ketika dokter di hadapannya menyodorkan kertas padanya dan menyuruhnya membawa Kakaknya ke dokter kandungan. Meski bingung, dia membawa Kakaknya ke dokter kandungan dan saat tiba di dokter kandungan, dokter mengatakan jika kandungan Kakaknya lemah dan butuh banyak istirahat karena usianya yang masih rentan, tiga minggu.

Syifa menganga lebar, terkejut bukan main saat tahu Kakaknya hamil yang tentu saja darah daging lelaki yang mulai hari dibencinya, Ali.

Selepas dari dokter kandungan dan beranjak pulang ke kontrakan, Syifa sesekali menatap Kakaknya tajam. Hal itu disadari Prilly dan dia cukup merasa bersalah karena tidak memberitahu hal penting ini kepada Adiknya yang saat kecewa padanya.

Prilly menghentikan langkah, menarik tangan Adiknya memasuki minimarket untuk membeli susu hamil. Sebenci-bencinya dia kepada lelaki yang menjadi Ayah dari anaknya, dia tidak mungkin mengabaikan kesehatan anaknya. Anaknya tidak salah, yang bersalah adalah Ali. Lelaki yang menorehkan luka yang cukup dalam untuknya.

SurrenderWhere stories live. Discover now