4. Tentang Mutiya

8 1 0
                                    

PAGI telah tiba menandakan aktivitas kehidupan telah dimulai. Alea sudah rapi menggunakan pakaian sekolah.

Ia tersenyum sumringah kala mendapati sang ayah. Satu Minggu ini ia tak akan mendapati penderitaan. Bagaimana tidak ayahnya libur kerja, otomatis ibu dan kakak tirinya akan dipantau.

"Pagi ayah" sapa Alea kepada sang ayah, tak lupa ia juga mencium pipi ayahnya

"Pagi sayang" balas sang ayah

Sarah dan Marsya menatap sebal keduanya. Ia tak bisa leluasa menganiaya Alea.

"Bagaimana sekolahmu sayang?" Tanya Burhan kepada Alea, sambil mencomot roti selai yang tersedia

"Baik kok yah, aku seneng banget bisa sekolah disana" jelas Alea dengan senyum sumringah

"Alhamdulillah, kamu dan Marsya akur kan?" Tanya sang ayah menatap Alea dan Marsya bergantian

Alea tersenyum janggal sambil mengangguk kan kepalanya ragu. Sebisa mungkin Alea bersikap baik-baik saja. Padahal kehidupannya jauh dari kata-kata baik. Tak cukup heran jika Alea bersikap seperti itu, karena memang orang baik akan selalu baik bagaimanapun keadaannya.

Tin... Tin...

"Yah Alea pergi dulu ya, udah dijemput" pamit Alea, ia mencium tangan Burhan dan Sarah

"Siapa itu?" Tanya Burhan menyeringat bingung, pasalnya ia sudah memberikan supir pribadi untuk Alea

"Kakak kelas Alea yah, namanya kak Regal" balas Alea, langsung berlari terbelit-belit menuju teras rumah

Pernyataan itu sukses membuat Marsya naik darah. Ia mengepalkan tangannya erat matanya juga menajam menatap Alea. Sarah memberi isyarat anaknya untuk tenang.

••••

"Pagi kak" sapa Alea tersenyum tulus

"Pagi" balas Aregal, ia juga membalas senyuman Alea

Aregal memasangkan helm ke kepala Alea. Karena ia masih yakin kalau Alea masih tidak bisa memakai helem. Aregal juga membantu Alea untuk naik ke Jok motor.

Alea memeluk erat tubuh Aregal sembari menyandarkan kepalanya. Aregal sempat menegang sesaat, kemudian ia tersenyum. Entah mengapa ia merasa bahagia jika Alea bersamanya.

Udara pagi menyapa permukaan Alea. Alea menikmati udara tersebut. Sesekali Alea memeluk erat tubuh Regal kala udaranya menjadi dingin.

Hanya ada keheningan dalam perjalanan. Hingga sampailah keduanya di sekolah.

Banyak mata yang melihat kehadiran Aregal yang membonceng Alea. Tak segan-segan jika ada siswa yang memekik histeris menatap keduanya.

"Makasih kak" Aregal melepas helm yang Alea gunakan, ia juga mengangguk kan kepalanya

"Alea" panggil Aika dan Mutiya, keduanya berlari kecil menuju Alea

"Hai"sahut Alea melambaikan tangan

"Kayak nggak punya rok aja Lo mut" celutak Gibran mengoreksi penampilan Mutiya yang terkesan seksi

Mutiya menatap sengit Gibran. matanya melotot tak terima atas ucapan Gibran yang terlalu frontal. Bukan apa-apa sih tapi ini keadaannya lagi ramai, banyak anak-anak       .

"Emang ya mulut Lo dari SMP sampai sekarang gak pernah berubah" bentak Mutiya menatap marah Gibran

Badannya mulai maju ingin menonjok muka Gibran yang songong. Namun sebelum ia menonjok Gibran ada suara yang mengehentikan kegiatannya.

"Mutiya dipunggung Lo ada ulet bulu" ucap Aika histeris yang sukses membuat Mutiya takut setengah mati

"Kya..."Mutiya berteriak ia melihat bagaimana ulat bulu itu berjalan menuju kerah lehernya

ArahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang