12 :: One Side Love🧸

490 137 5
                                    


.











Eyang kira Nicholas akan seneng saat tau Jackson, papanya itu meninggal.

Bukannya apa-apa, Eyang ingat persis sekitar empat atau lima tahun lalu saat Nicholas dengan terpaksa harus pulang ke Jakarta karena kasus tuduhan Ningning. Jackson tau betul Nicholas bukan pelaku yang saat itu melecehkan Ningning, tapi pria itu tetap setuju Ningning memaksa Nicholas pergi bersama cewek itu agar bisa menjauh dari hidupnya. Juga saat Jackson menjual Nicholas ke agensi di Korea Selatan karena muak melihat anak itu di sekitarnya. Jackson mengancam Eyang agar membiarkan Nicholas pergi dan menjadi tertuduh, atau jika Eyang ikut campur maka Jackson akan mengirim anak itu ke Korea.



"Nggak usah ribet mikirin dia mau ato enggak pergi ke Korea. Nicholas itu bodoh. Nanti aku kibulin juga gampang lah. Lohh, bukannya aku meremehkan anak itu. Kan aku bicara fakta. Dia sama aja kayak ibunya, sama-sama rendahan. 1 milyar buat Nicholas selama tiga tahun pasti cukup. Trainee kan cuma nari-nari nggak jelas kan? Udah kubilang, buat dia nggak usah mahal-mahal. Kamu tuh kenapa sih yakin banget kalo bocah itu punya skill hah?? Ini aja aku ngeiyain kontrak dari kamu cuma karena aku eneg liat dia di rumah."

Nicholas mendengarnya langsung dulu, saat Jackson menelpon si pemilik agensi yang akan "membelinya". Iya, Jackson memang nggak pernah memberinya afeksi layaknya ayah-anak umumnya.

Tapi satu hal selalu Eyang tau, Nicholas selalu menyayangi pria itu meski ia nyaris nggak pernah mendapat kasih sayang yang sama.


"Apa Papa sedih karena sampai akhir gini aku belum bisa bikin dia bangga? Atau justru Papa seneng nggak akan pernah ngeliat aku lagi di surga sana? Haha. Kayaknya Papa lagi transaksi sama malaikat, booking ruangan di neraka buat aku nanti."

"Mas jangan ngomong gitu..."

"Restu anak itu dari orangtuanya, Bin. Anak kayak aku mana mungkin direstui. Kamu tau sendiri."

"Nggak gitu, Mas. Jangan ngomong gitu"

Mereka yang tadinya menunduk menatap nanar batu nisan mendongak melihat ke arah dua orang yang baru datang. Seorang wanita dan pemuda seumuran mereka.

"Mama dan Jeongin?" bibir Nicholas berucap pelan satu oktaf di atas angin. Nggak menyangka mereka akan datang.

Saat itu makam papanya memang mulai sepi, hanya tersisa dia, Hanbin, juga Jake. Eyang pulang sedari tadi ditemani Sunoo.

"Siapa?" dagu Jennie, wanita itu mengedik pada Hanbin di sebelahnya.

"Pacarku"

"Hanbin, Tante." Hanbin mengulurkan tangan kanannya. Bukan di terima, namun ditepis dalam satu tamparan.

"Kamu gay?! Sejak kapan?!" bentaknya marah.

"Ma bisa gak sih gausah bahas gituan dulu di pemakaman Papa?"

"Jangan panggil saya Mama kalo kamu sama aja kayak tua bangka yang mati ini! Jijik! Kamu bodoh, kamu nggak tau adat, kamu liar, kamu brengsek gini Mama masih nggak peduli. Persetan. Tapi sekarang kamu gay! GAY! Nggak ada yang lebih menjijikan dan najis di dunia ini dari pada seorang gay! SADAR KAMU!!"

Nggak jauh dari ibu dan anak itu, Jake, mengepalkan kuat tangannya. Dia tau Jeongin. Tau persis anak tiri ibu Nicholas itu. Jeongin adalah cowok yang membuat Hyunjin, ayah biologis Shuyang meninggalkan Ningning. Jeongin yang dia bangga-banggakan ternyata juga seorang gay. Mati-matian Jake menahan dirinya untuk diam karena isyarat dari Nicholas.

"Saya nyesel luar biasa buang-buang waktu untuk dateng ke sini! Tua bangka ini memang pantes kok membusuk di bawah! Kamu nggak tau kan, papamu nge-gay sejak lama? Jadi kalo kamu masih mikir saya yang bangsat karena cari pria yang lebih becus itu jelas salah besar! Dia duluan yang nerima cowok murahan dan jadi gay!" bentak Jennie lagi, sama sekali nggak peduli saat pengurus makam memperhatikan mereka.

agnimaya; nichobin ft. enhypen✓Where stories live. Discover now