Chapter 13: Memulai Kembali

74 6 0
                                    


"Ah, Yuta!" Winwin memanggil Yuta yang mau berjalan kembali ke ruangannya setelah makan siang bersama Winwin.

"Ya kenapa?"

"Kamu pulang kantor jam 5 kan? Nanti anterin aku dulu ya sebelum ke rumah."

"Ke mana?"

"Udah, ikut aja. Dah sampai nanti," balas gadis itu buru-buru kabur agar tidak ditanya lagi.

Yuta mengrenyit bingung. Tumben, pikirnya.

***

Sejak Winwin bertemu Mr. Dong beberapa hari lalu, Yuta tidak bisa tidak waswas. Dia sangat takut gadis itu menangis keras, panik, atau tambah stress. Anehnya, tidak ada perubahan berarti padanya sejak hari itu.

Winwin bangun sehari setelah bertemu ayahnya dengan senyum lebar. Dia bahkan menyempatkan diri membantu Bibi Soo masak sarapan, kebetulan hari libur. Siangnya, Ten yang Yuta rasa datang karena khawatir malah ditarik paksa ikut Winwin ke salon. Yah, Ten tidak mengeluh sih. Pulang-pulang, Winwin sudah meluruskan rambut keriting panjangnya dan menyisakan rambut lurus sebahu. Brave move, Win!

Besok paginya, semua orang memuji penampilan baru Winwin. Gadis itu terlihat lebih ceria dan manis, agak kontras dengan penampilannya dulu yang terlihat berani dan mengintimidasi. Ten lah yang menjelaskan ke Yuta kalau Winwin rutin mengeriting rambut sejak pergi dari rumah. Rambut lurus mengingatkan pada mendiang ibu dan mau-tidak mau membuatnya teringat keadaan rumah. Dia yang kembali ke penampilan asli, menurut Ten, adalah tanda sahabatnya itu tidak lagi melarikan diri. Winwin tidak lagi berusaha sok kuat dengan menjadi orang lain.

"Aku kangen Winwin yang ini. Makasih ya udah bikin dia kembali."

Yuta hanya balas mengangguk canggung, tidak paham.

***

"Yeay, sudah sampai! Yuk, turun."

"Hah? Kamu mau ke mana sih yang bener?" Yuta memandang gedung sasana di depannya. Sepanjang jalan dari kantor Winwin hanya menunjukkan arah, tidak menjelaskan tujuan mereka.

"Aku? Mau daftarin kamu ke klub bola," jawab Winwin santai. Sebelum melenggang pergi, tangan Yuta menariknya.

"Bentar bentar. Gimana? Jelasin dulu yang bener."

"Kamu pernah cerita kalau hobi sepakbola. Nah, kebetulan ada klub yang buka pendaftaran buat orang dewasa. Lebih buat penyalur hobi sih, bukan kompetisi kayak sekolah bola. Tapi kan lumayan. Jadi, ya aku pengen kamu ikut. Mau kan? Mau yaa?"

"Win, itu cuma hobi jaman sekolah. Aku juga kerja lho, mana sempet main bola. Lagian kamu kan yang pasti bakal bayar pendaftaran segala macem. Kamu udah cukup ngasih kerjaan sama tempat tinggal buat aku. Nggak usah merasa bersalah lagi terus bayarin aku ini itu."

Winwin menelan ludah. Sudah lama ia tidak melihat wajah Nakamoto Yuta seserius ini. Bagaimana pun, Winwin jadi agak segan juga.

"Oke. Aku minta maaf kalau lancang atau gimana." Winwin menarik napas panjang. "Ini bukan karena aku bersalah kok, lebih ke berterima kasih. Makanya, aku pengen Yuta ngelakuin apa yang Yuta mau, bukan terpaksa kerja sebagai pegawaiku. Aku paham perasaan itu, aku nggak mau kamu terkekang."

Yuta cukup paham maksud Winwin. Dia gadis baik walau niat tadi agak terburu-buru dan tidak meminta persetujuannya.

"Aku ngerti. Lain kali jangan membebani diri ngelakuin sesuatu buatku tanpa aku tahu. Oke?"

Senyum kecil kembali di bibir Winwin. "Oke... Tapi mumpung kita udah di sini, sekalian masuk tanya-tanya, yuk!" ujarnya sambil langsung berlari kecil ke pintu masuk sasana meningalkan Yuta.

"Lagian, siapa juga yang bilang mau bayarin. Aku kan cuma mau daftarin, Yuta lah yang bayar!"

Yuta melotot dengar teriakan Winwin. Tak ayal, dia ikut berjalan cepat mengikutinya.

***

"Jadi, latihan rutin 3 sampai 4 hari seminggu mulai setengah delapan sampai jam sepuluh. Benarkan?" tanya Winwin merangkum penjelasan pegawai administrasi klub bola.

"Iya, benar. Mungkin weekend bisa lebih intens lagi kalau dekat-dekat pertandingan. Kita suka main lawan klub bola lain atau latihan tanding sama timnas."

Yuta akui dia agak bergairah mendengar penjelasan tadi. Dia sudah lama tidak menendang bola hitam putih ke gawang. Tanpa disadari, ia rindu keringat, atmosfir, dan semangat membara yang dulu sering ia rasakan. Seberapalelahpun kehidupannya, sepak bola tidak pernah membuatnya lelah. Yah, palingan lelah fisik.

"Ini formulirnya. Harap diisi nanti kasih ke saya lagi."

"Ah, boleh pinjam bolpen? Saya isi sekarang."

Ucapan Winwin menyadarkan Yuta.

"Win? Kita ke sini kan tanya-tanya doang. Aku nggak..."

"Ih, nunggu besok kelamaan. Pokoknya aku daftarin sekarang." Winwin merebut formulir dari tangan pemuda di sampingnya. "Nama Nakamoto Yuta. Tanggal lahir 26 Oktober... Biasa aja liatnya! Gini-gini aku hafal profilmu." Winwin menghardik Yuta yang menatap aneh. Yuta mengamati profil singkat di formulir yang Winwin tulis. Oke, Yuta akui Winwin sangat hafal data dirinya.

"Nih, bener semua kan isinya? Winwin emang terbaik," ujar Winwin menyodorkan formulir tadi ke Yuta. Laki-laki itu tidak perlu memastikan lagi karena sedari tadi ia mengamati Winwin. "Yuta jadi daftar kan? Mau ya..."

Yuta tidak bisa menahan senyum dihadapan tingkah sok imut Winwin. Setengah tahun tinggal dan kerja bersama, baru sekarang Winwin langsung bersikap manis padanya. Walau jarang terlihat galak, sikap imutnya ternyata menimbulkan rasa berbeda.

"Oke. Aku ikut, tapi jangan salahin kalau sibuk terus kerjaanku keganggu," ancam Yuta bercanda. Winwin memeletkan lidah ke arah Yuta membalasnya.

"Ini formulir dan uang pendaftarannya." Yuta melotot lagi mendengarnya.

"Baik. Terima kasih. Nakamoto-ssi bisa mulai ikut latihan lusa depan."

Winwin yang bisa merasakan laki-laki di sebelahnya hampir meledak, buru-buru berpamitan.

***

"Win, aku kan udah bilang biar aku yang bayar," sambar Yuta saat mereka berjalan ke parkiran.

"Iya, bulan besok kamu yang bayar," balas Winwin menyerah.

"Win, tapi kalau aku jadi sibuk gimana?"

"Nanti kerjaan kantor gimana?"

"Kamu yang anter pulang siapa?"

"Nakamoto Yuta! Berhenti bicara deh. Kita lihat besok lusa gimana, ya. Lagian aku pulang kantor bisa anterin kamu ke sini dulu." Winwin berusaha menenangkan Yuta.

"Tapi..."

"Ayo, sekarang pulang. Aku laper." Winwin mendorong Yuta menuju mobil. Dia paham Yuta seperti itu karena gugup. Yuta membantu Winwin menghadapi ayah, maka Winwin senang hati membantunya kembali bermain sepak bola.

***

"Halo, Jae. Iya ini habis dari gym."

"...."

"Btw, I just met Winwin again... bareng Yuta. Inget klub bola yang jadi satu sama gym gue? Kayaknya mereka jalan dari sana deh. For your information aja sih. Gue tau lo habis ditolak."

"...."

"Jangan bilang lo pindah gym habis ini. Oh, damn dude."

"...."

"Jaehyun! Yeah, it's up to you. Not my problem anyway."

"...."

"Oke, bye."

Pria tinggi itu mematikan panggilan. Ini semakin menarik, batinya.

****

Make Your Day || YuwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang