; 一个

941 145 98
                                    

Semua berawal dari tiga kasus murid perempuan yang berbeda yang terjadi belum lama ini dan langsung menggemparkan seluruh warga sekolah.

Karena tidak ingin memakan banyak korban lebih, para pemuda yang kini duduk di bangku kelas 11 pun harus menjadi detektif dadakan atas perintah kepala sekolah.

-tanpa sepengetahuan warga sekolah yang lain, pastinya. Misi rahasia, jangan sampai ada yang tahu hal sepenting ini. Begitu kalimat yang dilontar kepala sekolah.

Murid yang terpilih ada 10 orang jumlanya. Berasal dari angkatan ke-3 juga masih menduduki kelas 11 seluruhnya.

Entah apa tujuan kepala sekolah memilih mereka– yang jika bisa dilihat, isi otaknya terisi dengan kata tidur, main, makan, game, dan liburan.

Mungkin untuk melatih kerja otak mereka yang itu-itu saja isinya? Entahlah, mereka sama sekali tidak mengerti.

Dan sekarang, yang bisa mereka lakukan hanyalah menuruti perintah sang kepala sekolah, Lee Sooman namanya.

"Turutin aja sih? Kasian, udah tua. Siapa tau permintaan terakhirnya, kan?" Begitu kita-kira alasan yang diberikan kemarin anak yang namanya hampir memenuhi buku kesiswaan sekolah, Donghyuck. Bisa juga kalian panggil dengan sebutan Haechan.

Ternyata, setelah meluncurkan kalimat barusan, bibir Haechan langsung dipukul begitu saja dengan KBBI yang sedang Jaemin pegang.

"Sialan lo. Lanjutkan!"

Haechan dan yang lain mengira, Jaemin ingin menegurnya. Tapi ternyata manusia yang memiliki warna hitam itu malah mendukungnya setelah memukul bibir Haechan.

"Ck, jangan sama-nya lo, Na." Tegur Soobin, ketua kelas yang menjabat di kelas 11 IPA-1 pada Na Jaemin. Pemuda yang sering dipanggil dengan sebutan Nana.

"Permisi hyung, ini kapan bahasnya ya?" Celetuk Felix dengan suara beratnya yang mengundang keterkejutan Junkyu yang duduk tepat di sampingnya.

"Ngagetin aja lo!" Serunya terkejut sambil memegang jantung– dadanya maksudku –yang berdetak lebih cepat. Sedangkan Felix hanya menyengir kuda dengan memasang wajah tanpa dosanya.

"Iya, ih. Kapan bahasnya? Gregetan aku," ternyata, Hwall pun sama kesalnya seperti Felix. Padahal, ia sudah menunggu sekitar 15 menit sejak tadi. Dan yang dibahas hanyalah topik tidak penting seperti ini.

"Oke, oke. Kita balik ke topik utama. Ada tiga kasus disini. Pertama, Jeon Heejin anak kelas 11 IPS yang jatuh dari gedung IPS lantai dua dan hampir keracunan pas di rumah sakitnya. Kedua, Jeon Somi anak kelas 10 IPA yang hilang," Jinyoung menjeda kalimatnya sebentar untuk mengambil nafas yang terkuras.

"Dan yang ketiga, kak Tzuyu anak kelas 12 IPS yang katanya hampir diculik dan sekarang lagi operasi karna kena benda tajam." Lanjut Jinyoung.

"Gak lupa, kita bersepuluh yang disuruh buat selesai-in tiga kasus ini, kan?" Sambung Jaemin yang menyimak sejak Jinyoung, si pemilik kepala kecil bersuara panjang lebar.

Semua mengangguk mengiyakan pertanyaan yang lebih menyorot untuk dijadikan pernyataan.

"Ah gue paham. Kita cuma tinggal bagi tugas aja, kan?" Sahut Eric yang sedang sibuk memainkan case ponsel boba-nya.

Soobin terlihat mengangguk, "dan gue pikir, kita bersepuluh dipilih buat ngurus itu kasus bukan cuma-cuma. Yang intinya, kita ditunjuk nyai tuh karena punya kemampuan lebih. Iya, kan? Iya dong." Katanya panjang lebar dengan satu tarikan nafas diawal. 

Semua mengangguk malas. Dasar Soobin, bertanya sendiri jawab sendiri. Pikir yang lain saat ini.

"Hng– gue mau tanya,























































-disini ada yang bisa liat mereka, gak?"

Who? | 00 Line ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang