O

847 166 16
                                    

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

Besok pagi datang dengan sangat cepat (Name) bergegas keluar dari kamar-nya. Berlari menyusuri lorong dan berharap dia tidak akan melihat anak itu lagi. (Name) perhatikan pantai agak kosong karena masih terlalu pagi. Mengejutkan, (Name) bangun pada waktu yang tepat dan cuaca yang tepat untuk berenang dan bersenang-senang.

Tanpa seorang bocah brengsek mengganggu-nya.

(Name) menghabiskan beberapa menit berenang dan kali ini, dia membawa kacamata-nya. Itu semua menyenangkan dan seru, sampai seseorang melompat ke air juga.

"Oh lihat, rumput laut." Kata-nya sambil melihat ke air dan kemudian perlahan menunjuk ke sosok (Name).

(Name) memelototi-nya dan memercik ke arah orang itu, menyebabkan dia terkejut dan menjauh dari (Name). Bocah berambut hitam melotot ke (Name) dan melakukan hal yang sama, tapi dia jauh lebih keras dan itu benar-benar ada di mata (Name). (Name) pun berteriak kesakitan karena air-nya asin dan dia mendengar gerakan panik bocah itu mendekati-nya.

"Itu salah-mu! Kau yang memulai!" Teriak anak itu sambil panik, ragu-ragu untuk menyentuh (Name) atau bahkan bertanya apakah dia baik-baik saja.

Begitu (Name) merasa sosok bocah itu sudah cukup dekat, (Name) pun memercik-kan air ke mata bocah itu dan kali ini, bocah-nya yang berteriak kesakitan. (Name) terkekeh saat melihat bocah berambut hitam menjauh dari (Name) sambil menutupi mata-nya.

"Pembalasan, ular!"

Dan kali ini, (Name)  memulai pertempuran percikan dengan seorang anak seumuran dengan-nya.

Mereka berdua sudah lelah, tetapi bocah itu yang keluar dari air lebih dulu. (Name) melemparkan tangan-nya dalam kemenangan dan menggoda laki-laki itu tentang hal ini. Dia hanya memelototi dan mengejek (Name), berlari ke arah orang lain yang sedang bermain bola.

Setelah beberapa menit, (Name) memutuskan untuk membuat istana pasir lagi karena bosan. (Name) mulai cukup bagus dan dia membuat-nya lebih besar kali ini. (Name) juga tidak menaruh rumput laut, tapi sayang-nya dia masih tidak memiliki bendera untuk diletak-kan di atas-nya. Jadi (Name) hanya meletak-kan kerang kecil yang dia temukan secara acak di pasir.

Semua-nya berjalan dengan baik ketika sebuah pukulan keras menjatuhkan istana pasir, membuat (Name) terkejut dan berteriak. (Name) berdiri kaget dan menoleh ke arah tangan yang di-kepal. Anak laki-laki itu berdiri tepat di depan (Name), tertawa dan memegangi perut-nya.

Dia memukul istana pasir (Name).

Anak laki-laki lain menatap (Name) dengan tatapan meminta maaf dan ada anak  perempuan meneriak-kan permintaan maaf. Tapi (Name) mengabaikan mereka dan dengan galak berjalan menuju bocah bajingan itu. Mereka berdua menyingkir ketika (Name) datang, anak laki-laki itu masih tertawa, tidak menyadari apa yang akan terjadi.

dan tepat ketika bajingan itu akhir-nya menyadari sosok (Name) mendekat, (Name) mengarahkan tinju-nya ke tempat matahari tidak bersinar.

▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃▃

𝑰𝒔𝒕𝒂𝒏𝒂 𝑷𝒂𝒔𝒊𝒓 ↪ 𝑯. 𝑲𝒐𝒌𝒐𝒏𝒐𝒊Where stories live. Discover now