Kedua Puluh Tiga

223 28 30
                                    

Apa yang diperkirakan Petra benar, kapten Levi dengan kaos berwarna abu dan celana hitam sedang duduk di ruang tengah menunggu anggotanya. Di tangan Petra sudah membawa secangkir teh untuk kapten, "Pagi sekali, kapten. Kapten tidak tidur semalaman? Padahal laporannya sudah selesai bukan?". Bisa dilihat dari kantung mata kapten yang kian menambah. Levi hanya diam dan menyesap tehnya.

"Aku akan membangunkan yang lainnya untuk bersiap, kapten"

"Petra" panggilan kapten Levi membuat langkah Petra terhenti dan berbalik badan, "Iya, ada apa kapten?"

Kapten hanya menatap matanya tanpa sepatah kata apapun. Petra cukup yakin kali ini bisa merasakan kalau kaptennya juga merasakan kekhawatiran pada sesuatu entah apa sebabnya. Petra harus bisa tersenyum di depannya agar membuat kaptennya tak khawatir. Petra pun tersenyum, "Tunggulah sebentar kapten".

Semua anggota squad Levi berkumpul, Eld menyesali perbuatannya karena meremehkan tafsiran Petra dan jadilah mereka habis-habisan membersihkan sebersih-bersihnya seluruh ruangan kastil beserta pekarangan yang banyak tumbuh rumput liar. 

Terdengar Eren mengeluh sendirian menuruni tangga karena kelelahan, Petra menghampiri Eren "Kau terlihat ada masalah Eren?"

Eren memegang kepalanya, "Aku sedikit terkejut. Kapten sangat ketat soal kebersihan. Aku bersihkan ruangan atas berulang kali"

Petra dengan senyuman menghibur Eren, "Ya, dia memang dikenal seperti itu kan? Maksudku dia suka segalanya itu bersih"

Eren membayangkan, "Pasti sulit bagi kapten kalau berlumuran darah raksasa"

"Itulah mengapa dia selalu membawa sapu tangan waktu misi ekspedisi di luar dinding"

"Apa karena itu alasan kapten menyukai kebersihan bukan?" Eren menerka.

Petra jadi ikutan berpikir, "Hmm, mungkin. Aku tidak tau soal itu. Tapi bukan berarti dia sangat membenci kotor. Ekspedisi barusan dia tak masalah membiarkan tangannya berlumuran darah banyak, sampai aku memegang tangan kapten untuk -"

Eren menangkap sesuatu dari cerita Petra barusan, "Eh? Apa? Petra kau-". Tiba-tiba kapten Levi memotong pembicaraan mereka, "Oi, Eren"

"Ya, kapten"

"Kamu sudah bersihkan bagian bawah meja di lantai atas?"

"Ah, belum"

"Cepat, itu nggak sampai semenit selesai" Levi dengan nada tinggi.

"Ya, akan aku lakukan" Eren belum beranjak.

"Jangan banyak ngomong, tangan dan kakinya yang bergerak" suara kapten Levi kian meninggi. Eren sadar langsung bergegas naik tangga.

Petra membuka suara, "Sepertinya Eren masih belum bisa membersihkan sesuai standarmu ya kapten. Ngomong-ngomong, Eren pasti masih merasa kesepian. Dia ditugaskan di squad yang tidak ia kenal. Jika kita tidak mengajaknya bicara, dia bakalan gugup karena-"

Levi menyela ucapan Petra, tau akan mengarah kemana, "karena meskipun dia bisa berubah menjadi raksasa, dia tetaplah remaja biasa"

Petra mengangguk, mood kaptennya sedang buruk. Petra sering membahas Eren di tiap malam berdua teh mereka. Jadilah kapten Levi mengerti kelanjutan dari ucapannya, "Ya, itulah mengapa aku mengajaknya bicara. Kau pasti pernah merasakan tidak bisa tahan gugup dan diam terus menerus dihadapan atasan bukan? Bagaimana kalau kau coba bicara dengan Eren, kapten"

"Perasaan aku sering banyak bicara" jawab Levi yang kini sudah mulai moodnya kembali baik.

"Yah, kalau yang tadi ku dengar percakapan barusan itu bukan termasuk hitungan, kapten. Percakapan kecil lah seperti tentang cara membersihkan atau tentang teh yang intinya topik diluar pekerjaan. Nanti bakalan jadi akrab", saran Petra pada kaptennya.

Untold Story: Petra RalWhere stories live. Discover now