Chapter 37

36.8K 1.8K 139
                                    

Happy reading🖤

Perlahan, mata indah perempuan yang baru saja dibuat sakit hati itu terbuka.

"Aya ...," lirih Zahra sambil berusaha memegang kepalanya yang terasa berdenging.

"Gue panggil Dokter dulu ya?" ujar Naya, baru saja ia akan berdiri dari duduknya Zahra sudah lebih cepat mencegah.

"Gue nggak papa, Ya. Nggak perlu manggil, Dokter."

"Ya ampun Ara, lo udah sadar?" ucap Salsa yang baru saja masuk ke dalam ruang rawat inap Zahra.

"T-tadi itu lo pingsan, Ra," kata Naya menghiraukan ucapan Salsa.

"Y-yang Alva talak gue cuma mimpikan?" lirih Zahra menatap Naya dan Salsa bergantian. Membuat keduanya tak tega.

"Itu bukan mimpi Ra, Lo yang sabar ya, kata dokter lo nggak boleh banyak pikiran, kasian baby-nya."

Kening Zahra berkerut sekilas. "B-baby? Baby siapa? Nggak mungkin baby gue, gue nggak bisa punya anak."

"Lo hamil Ra, kata dokter lo nggak boleh banyak pikiran nanti bahaya buat baby-nya," ucap Salsa, tak tega.

Zahra menunduk, lagi-lagi dia menangis dalam diam. Kenapa dia baru hamil setelah di talak oleh suaminya? Semua terasa tidak adil menurutnya, tapi ia bisa apa? Dia hanya manusia biasa yang tidak bisa menolak takdir yang Tuhan berikan.

"K-kenapa baru sekarang baby-nya datang? Kenapa di saat Alva udah punya istri lain baru baby-nya datang Ya, Sa?" Zahra mendongakan kepala menatap kedua sahabatnya, berucap dengan sangat lirih.

"Kenapa Alva tega sama gue? Mana janji dia yang dulu. Kata dia kita bakalan berusaha dan berjuang sama-sama tapi apa?"

Mendengar itu membuat Naya dan Salsa semakin tak tega, mereka kompak mendekati Zahra lalu memeluk sahabatnya erat, sesekali mengusap punggung Zahra.

Pelukan terlepas. "Lo yang sabar ya Ra, lo pasti bisa!" ujar Salsa memberi semangat pada sahabatnya.

"Lo, calon ibu yang hebat. Semangat!" Kata-kata itu, membuat Zahra memejamkan matanya mengingat sesuatu.

You are a great you mother to be, spirit! Dia menggeleng-gelengkan kepala berusaha menghilangkan ingatan itu.

Kalimat yang Naya katakan itu, sama persis dengan perkataan Alvandra dulu. Ketika dia pertama kali mengetahui bahwa sedang mengandung Vanara. Namun, bedanya versi bahasa Inggris.

"Please, take me far away from here," pinta Zahra berlirih.

"Lo mau ke mana, Ra? maksud lo, lo mau ninggalin kota ini gitu?" tanya Salsa.

"I-iya, gue mau keluar negeri aja, ngelupain semuanya tentang dia."

"Terus lo nggak bakalan ngabari Alva tentang kehamilan lo? Bukannya gue bela dia, Ra. Gue juga marah sama dia, kecewa sama dia, tapi lo mau anak lo nggak punya ayah? Dan mau bagaimana pun, dia seharusnya tau tentang ini."

"Gue juga nggak mau kayak gini, Ya. Gue benci sama Alva. Dia juga udah mau punya anak sama Faras, jadi nggak perlu."

"Gue setuju sama Ara! Biar si sialan itu, nyesel nanti," sahut Salsa menyetujui perkataan Zahra.

"Tap-"

"Ara!" suara itu membuat Zahra, Naya, dan Salsa menoleh ke arah pintu ruang rawat inap.

"Mama," lirih Zahra lalu memeluk Hani erat saat ibu paruh bayah tersebut sudah berada di sampingnya.

"Ara, kamu kenapa, Nak? Kok bisa sampai pingsan gini?" tanya Hani khawatir setelh pelukana terlepas.

"Alva jahat, Ma. Dia udah punya istri lain bahkan istrinya sekarang lagi hamil." Zahra mengadu pada ibunya.

Zafran yang ada di samping Naya menoleh menatap istrinya. "Itu bener, Ay?"

"Sialan, si Al!" umpat Zafran emosi, baru saja ia akan keluar dari ruangan Zahra untuk memberi pelajaran pada Alvandra. Namun, Naya cepat-cepat mencegahnya dan berusaha untuk menenangkan.

"Terus tadi kenapa kamu bisa pingsan, sayang?" tanya Hani khawatir.

"A-ra hamil, bawa Ara pergi jauh-jauh dari sini ya?" lirih Zahra membuat napas Hani kembali sesak mendengar lirihan anaknya.

"T-terus anak kamu gimana, sayang? Kamu nggak mau bilang ke Alva? Kalau kamu hamil?" Tanpa Hani sadari air mata turun membasahi pipinya yang sedikit keriput.

Zahra menggeleng. "Nggak, percuma. Alva juga udah talak Ara, dia juga udah mau punya anak sama Faras."

Hani mengumpat dalam hati. Ia menyesal telah menjodohkan anaknya dengan lelaki brengsek seperti laki-laki itu. "F-faras? Maksud kamu sahabatnya?"

Zahra mengangguk. "Dia tega sama Ara, Ma. Dia ingkar janji. Dia talak Ara di depan umum, bentak Ara di sana. Ara malu," ucap Zahra masih sangat lirih.

"K-kenapa baby-nya baru datang sekarang, Ma? Kenapa nggak dari dulu aja?" lanjut Zahra lirih, semakin terisak, membuat Hani memeluknya kembali, memberi kehangatan dan ketenangan.

See? Zahra memang sangat-sangat jauh berbeda saat menanggapi suaminya yang sedang berselingkuh. Apalagi saat bersama kedua orangtuanya, dia akan sangat manja dan berperilaku seperti masih gadis.

"Anak Mama kuat. Sabar ya, sayang? Ara, pasti bisa lewatin ini semua. Inget, Allah tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuannya."

"Tapi, Ara udah gak mampu lagi." Hani sontak melepaskan pelukannya, lalu kedua tangan Ibu paruh baya itu naik ke atas pipi anaknya, mengelusnya lembut. Menghapus air mata yang membanjiri pipi mulus itu.

"Jangan ngomong gitu! Kamu harus tetep semangat. Oke? Kamu juga harus inget, ada kehidupan di dalam perut kamu sekarang. Dan pasti ada saatnya, kamu bahagia."

"Papa bakalan bawa kamu ke jerman, setelah surat cerainya selesai," sahut Hardi yang sedari tadi hanya diam menahan emosi.

"Kamu akan tinggal di sana sama Oma dan keluarga Papa di sana," lanjut Hardi.

---

Di lain tempat, Alvandra dan Faras tengah beradu mulut di dalam sebuah rumah minimalis.

"Kamu berbohong!" bentak Alvandra.

"A-ku nggak niat bohongin kamu Al, beneran. Minggu lalu, aku mual terus telat datang bulan dan aku mutusin pakai Test pack, test packnya itu nunjukin dua garis." Faras berusaha meyakinkan suaminya, dengan mengambil tangan laki-laki itu, tetapi di tepis kasar oleh Alvandra.

"Arghh, gara-gara kamu saya menalak istri saya!" sesal Alvandra mengacak rambutnya kasar. Lalu keluar begitu saja meninggalkan Faras yang juga tengah frustasi. 

Bahkan laki-laki itu mengubah gaya bicaranya menjadi 'saya' yang sebelumnya 'aku'

Faras mengumpat ketika lagi-lagi dia mengingat apa yang terjadi di rumah sakit.

Di lain tempat, kini Alvandra dan Faras sedang menunggu antrian di dokter kandungan.

Setelah beberapa menit menunggu antrian, akhirnya kini giliran Faras yang masuk. Di temani dengan sang suami.

"Faras Andinita?" tanya sang dokter yang di balas anggukan kepala oleh Faras.

"Iya dok, saya mau USG," balas Faras yang di angguki oleh sang dokter.

"Yaudah sekarang ibu tiduran di brankar itu ya," tunjuk Sang dokter pada brankar yang berada di ruangan itu.

Setalahnya, sang dokter pun mengangkat sedikit baju yang di gunakan Faras, lalu mengoleskan gel berwarna bening bercampur kuning itu pada perut rata Faras.

"Kok kosong, Dok?" tanya Alvandra setelah melihat mesin gambar USG itu yang terlihat kosong. Tak ada janin apapun.

"Bu Faras ternyata tidak hamil Pak," ucap sang dokter membalas ucapan Alvandra.

"Maksud Dokter apa! Jelas-jelas saya hamil, Dok! Minggu lalu saya cek dengan test pack dan hasilnya positif! Dokter jangan bohong, ya!" bentak Faras tak terima.

"Tapi emang ibu nggak hamil, bisa saja test packnya kedaluwarsa," balas sang dokter tegas.

"Ya sudah kalau begitu saya pulang, Dok. Terima kasih." Alvandra menarik tangan Faras keluar dari ruangan itu.

Jangan lupa di vote🖤

Alvandra (END)Where stories live. Discover now