20. Rencana Sahabat Imaz

21 4 0
                                    

~Ketika sahabat menangis ia sanggup menggandeng tangan sementara ketika kekasih menangis ia sanggup memeluk erat. Apa dia berpikir seperti itu?~

                               ♤♤♤

Sepertiga malam. Ia berharap bisa menjadi makmumnya. Namun kini yang ia sanggup hanya bisa mendoakan. Di penjara ini, Imaz sangat merindukan Robet. Apakah dia juga merindukannya?

Khusus Robet, suamiku, lahul fatihah...

Hanya sekuntum alfatihah yang dapat ia berikan untuk mengobati rasa rindunya.

                               ♧♧♧

Seperti yang pernah dikatakan Ning Fiyyah, Waliyyah Songo sanggup mencari semua bukti kebenaran kasus pembunuhan Romo Kiyai.

Pertama, Ning Fiyyah mendatangi keberadaan Irma. Santri yang pernah mengaku istri Robet.

"Masalahnya, kita cari dimana?" Seru Ning Shita. Mereka melakukan rapat khusus kawasan Waliyyah Songo di balkon.

"Iya. Sejak Robet mengetahui yang sebenarnya, Irma tak menunjukkan batang hidungnya." Sahut Ning Dija.

"Coba kita cari di hotel milik Robet. Mungkin mereka masih disana."

Mereka mengangguk bersamaan. Menyiapkan mobil milik suami Ning Dija, Gus Farhan. Kebetulan beliau sedang tidak ada tugas. Sementara para suami yang lainnya bertugas sesuai jadwal masing-masing.

Gus Farhan melajukan mobilnya. Sesungguhnya beliau merasa tidak nyaman membonceng sembilan wanita kecuali istrinya. Karena demi kebenaran, beliau mencoba menerima.

Tiba di hotel, mereka berjalan serempak menuju Resepsionis hotel.

"Maaf, apa ada yang bisa saya bantu?" Kata Resepsionis yang sopan dengan senyum santun.

"Apa benar ada yang pernah menginap hotel atas nama Irma dan Robet?" Ning Fiyyah menjawabnya.

"Sebentar saya cek dulu ya Mbak." Resepsionis mengambil catatan daftar nama penginapan hotel. Mencarinya dengan santai.

"Ya Mbak ada." Kata Resepsionis sesaat setelah bisa menemukan daftar namanya.

"Tapi cuma sehari Mbak." Lanjutnya.

"Kira-kira Mbak tahu mereka pergi kemana?"

"Wah kalau Robet saya tidak tahu. Karena dia pagi-pagi sekali pulangnya. Kalau tidak salah yang perempuan perginya ke arah kanan jalan dari hotel."

"Oh iya Mbak. Terima kasih atas informasinya."

Resepsionis mengangguk tersenyum.

Langkah kedua, mereka mencari keberadaan Irma dari arah kanan jalan. Sebagai pria yang paling tampan, Gus Farhan mengikuti mereka dari belakang seakan-akan bodyguard mereka. Para pasien yang sedang menunggu kontrol menatap terheran-heran. Terdengar sedikit dari telinganya mereka berkata, "istrinya banyak sekali. Apa nggak capek?"

"Ssttt....tidak boleh berkata seperti itu. Mungkin saja mereka anaknya atau muridnya." Kata wanita di sebelahnya.

"Curiga kalau mereka di hotel."

Gus Farhan hanya bisa menghembuskan napas.

Arah kanan dari hotel telah mereka lalui. Berupaya untuk bertanya-tanya kepada warga sekitar dengan menunjukkan foto Irma. Kebanyakan jawaban mereka tidak mengenal siapa yang ada di foto tersebut. Susah payah mereka mencari keberadaan Irma. Mereka berdiri mematung di pinggir jalan entah harus apa. Terik matahari membuat mereka mudah lelah.

Finding My LoveWhere stories live. Discover now