Secerca Bahagia

327 52 27
                                    

“Selamat Tinggal,” ucapnya pada dunia. Tangannya meraih uluran sang ibu lantas tubuhnya terjun bebas ke bawah. Jatuh dari ketinggian gedung puluhan lantai.

Hap.. Tepat sebelum tubuh Kyungsoo mendarat di tangan patung Hera yang berada di depan gedung itu, Chanyeol menangkapnya. Ekor sembilan menguar bergerak-gerak kesana kemari menjaga keseimbangan keduanya. Matanya bertemu dengan manik yang terpejam kuat itu.

“Kenapa rasanya tidak sakit?” guman Kyungsoo yang perlahan membuka matanya. Ia terkejut mendapati Chanyeol yang sedang menatapnya dengan lembut.

“Aku tidak akan membiarkanmu meniru adegan dalam drama Penthouse. Mari pulang dan bercerita sepanjang malam,” ucap Chanyeol lantas turun dengan anggun di pelataran gedung. Ia tetap menggendong Kyungsoo dan mendorong pelan pintu yang ada di samping gedung.

Kyungsoo mengerjap, begitu pintu di buka ruangan yang tampak familiar itu langsung tersaji di depannya. Ruang tamu milik Chanyeol. Ah dia tidak lagi terkejut, Chanyeol itu Gumiho yang bisa melakukan apa saja.

Usai meletakkan Kyungsoo di sofa, Chanyeol pergi sebentar dan kembali dengan secangkir minuman.

“Kenapa kau melakukannya?” tanya Chanyeol pelan-pelan. Kyungsoo tidak menjawab, ia menatap kepulan asap dari teh yang disajikan.

“Maafkan aku. Karena aku, kau menjalani hidup yang berat,” ucap Chanyeol sarat akan rasa bersalah. Ia turun dari duduknya dan bersimpuh di hadapan Kyungsoo.

“Ini salahku. Harusnya aku tidak meminta pertolonganmu atau harusnya aku tidak pergi begitu saja. Harusnya aku menemuimu sejak dulu. Maafkan aku. Karena ambisiku untuk menghabisi Imoogi membuatku lupa akan hal-hal kecil yang bahkan menghancurkan hidup seseorang. Aku bahkan membuat seorang ibu menunggu anaknya sampai ajal menjemput.” Chanyeol kini menyuarakan tangisannya. Suara seraknya begitu parau membuat Kyungsoo tak tega. Ia ikut turun dari duduknya, menatap dalam dengan sorot mata kesedihan.

“Harusnya hyung tidak menyelamatkanku. Aku hampir saja bertemu dengan ibuku. Tadi aku menggenggam tangan ibu dan tubuh ku meluncur ke bawah,” racau Kyungsoo. Chanyeol menggeleng.

“Itu ilusi. Imoogi menciptakan ilusi yang membuatmu berbuat seperti itu. Kenapa kau percaya pada hal-hal seperti itu? Ibumu tidak mungkin mendorongmu untuk terjun!” Giliran Kyungsoo yang menggeleng. Matanya beralih, menerawang jauh.

“Meski aku tidak melihat ibu pun aku akan tetap terjun. Hadiah dari lomba sudah cukup untuk membayar utangku dan tabungan untuk ayah,”

“Tidak! Itu bukan utangmu. Ayah sialanmu itu memanfaatkanmu. Kau masih punya tanggungan Kyung. Ada adik yang menunggumu diluar sana,”

“Ah... benar juga, bagaimana keadaan keluargaku sekarang ya? Hhh.. mereka pasti sudah bahagia tanpaku hyung. Ini sudah belasan tahun sejak aku menghilang bukan. Maka dari itu aku ingin menghilang selamanya,”

“Cukup! Berhenti bicara tidak jelas!” Chanyeol menarik Kyungsoo dalam dekapannya. Ia merasa Kyungsoo juga membalas pelukannya. Menggenggam mantelnya dengan erat untuk menyalurkan rasa sakit.

“Menangislah. Jangan dipendam, itu akan menjadi boomerang bagimu. Kyungsoo yang aku kenal adalah sosok yang kuat. Ia tidak akan menyerah,”

“Hiks.. Aku lelah hyung. Ini sakit, sungguh. Ini amat menyakitkan hiks....”

Malam itu berakhir dengan tangisan Kyungsoo dalam dekapan Chanyeol. Ia menyuarakan semua sesak dalam dadanya hingga tertidur pulas bersama bekas air mata. Chanyeol mengangkat tubuh Kyungsoo secara perlahan dan membaringkannya di kamar. Badan namja mungil itu sedikit menghangat membuat Chanyeol menjadi tidak tega.

Gumiho Hyung ✔Where stories live. Discover now