The Last Wish

1.3K 91 54
                                    

Aku sedang menggunakan waktu luang ku di depan laptop untuk menulis sebuah cerita yang mungkin tidak ada satu orang pun yang ingin membacanya. Di temani secangkir kopi dan juga anjing kesayanganku—Whiskey. Aku mencurahkan semua imajinasi ku melalui sebuah karangan fiksi dan ini salah satu kegiatan baru ku selain menulis lagu.

“Greyson, seseorang ingin bicara dengan mu.” Panggil Ibu dari luar. Aku menyelesaikan paragraf terakhir ceritaku lalu berjalan keluar dari tempat persembunyianku.

“Siapa Bu?” tanyaku ketika menutup pintu studio bawah tanahku.

“Aku tidak tau tetapi orang ini terdengar seperti orang penting”

Aku menghampiri telepon rumah yang ada di ruang tamu keluarga Chance.

“Halo, Greyson Chance disini”

“Tuan Chance senang bisa mendengar suara anda. Perkenalkan nama saya Komandan Saputra Adhitama dari kepolisian Republik Indonesia. Saya ingin menyampaikan sesuatu yang penting pada anda”

Aku mengernyit heran. Darimana bisa aku menerima telpon dari seorang komandan kepolisian dari sana? “Apa aku telah berbuat kesalahan?” tanyaku hati-hati.

“Tidak Tuan. Saya menelpon anda atas permintaan penggemar berat anda bernama Azahra Devina. Ia ingin bertemu anda dan saya harap anda bisa menuruti permintaan gadis ini”

“Mengapa harus aku yang menuruti permintaannya? Apakah ia mengidap sebuah penyakit berbahaya?”

Bahkan lebih buruk lagi Tuan. Saya akan menyiapkan segala keperluan Tuan jika anda setuju. Anda hanya perlu menetap di Indonesia, tepatnya di Jakarta selama satu minggu setelah itu anda bisa kembali lagi ke rumah dan menjalani aktivitas seperti biasa” jelasnya.

Azahra Devina...

Aku mencoba mengingat-ngingat nama penggemar ku yang sering ku temui di twitter tetapi tidak satupun nama berhasil ku ingat. Mungkin karena terlalu lama aku menutup diri dari dunia musik sehingga tidak menyadari kalau aku memiliki seorang penggemar yang sedang sekarat.

“Baiklah Komandan Saputra, saya menyetujui permintaan anda”

“Terima kasih banyak Tuan Chance. Anak buah saya akan segera menjemput anda besok”

“Besok?”

“Ya besok. Untuk apa mengulur waktu terlalu lama?”

“Oh um baiklah”

“Ok, saya rasa sudah cukup penjelasannya. Sampai jumpa di Jakarta..”

Dan panggilanpun berakhir. Aku menaruh kembali gagang teleponnya lalu menyandarkan tubuh ku di sofa sambil memandang kosong keatas langit-langit rumahku.

Aku sudah tidak memiliki seorang manager yang bisa mengatur semua jadwal ku sehingga aku bisa dengan bebas memutuskan kapan aku bisa menghadiri suatu acara.

“Apa yang terjadi, Nak?” suara lembut Ibu menyadarkan ku. Aku menatap beliau sembari melempar senyum hangat “Seorang komandan kepolisian dari Indonesia memintaku menemui seorang gadis”

“Lalu?”

“Aku harus mengabulkan permintaan gadis ini sebelum waktunya habis”

“Apa ia mengidap penyakit parah?”

Aku menggeleng pelan “Ia bilang lebih parah. Aku juga tidak mengerti”

“Kapan kau berangkat?”

“Besok...”

“Ibu harus menemani mu”

“Jangan. Biar aku saja yang terbang ke Indonesia. Lagi pula, hanya satu minggu”

The Last Wish [Short Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang