PART 21

3 2 0
                                    

"Cinta itu fitrah. Namun cinta yang tak dikelola sesuai tuntunan-Nya, maka akan berubah menjadi fitnah."
-Afifah-

🦋🦋🦋

"Huwaaa indahnya pemandangann...."

"Tapi sayang nggak ada cogann..."

Lalu Riska dan Dera saling tertawa lantaran merasa geli sendiri dengan ulah sahut-sahutan mereka barusan. Balqis dan Afifah pun ikut tertawa melihatnya. Yahh sedikit hiburan setelah beberapa beberapa jam berlalu dengan hanya memandang jalanan di luar jendela bus saja.

Eh, bus?

Yak, kini Balqis dan beberapa teman-temannya serta beberapa kakak kelasnya kini sedang berada di sebuah bus. Mereka akan berpergian selama 3 hari dimulai dari hari ini menuju sebuah tempat untuk 45% menambah wawasan dalam berorganisasi rohis dan sebagainya, dan 55% untuk merefreshing pikiran dan melupakan sejenak tentang pelajaran sekolah. Yah, mereka tidak munafik, mereka mengikuti kegiatan ini dengan jujur dan lugasnya mengatakan bahwa mereka ingin rehat sejenak dari tugas menugas di kelas. Ajaibnya, mereka diperbolehkan ikut!

Fyi, mereka tersebut adalah Riska dan Dera. Tepuk tangan

Dan seperti yang sempat dijelaskan sebelumnya bahwa kini mereka sedang melakukan perjalanan dengan tujuan menambah wawasan islami dan organisasi yang mengikutinya agar dapat mereka terapkan disekolah nanti.

"Di bus belakang banyak cogan kok." goda salah satu kakak kelas mereka menyahuti ulah Riska dan Dera yang hanya cengengesan.

"Cogan kita mah tipe nya lebih tinggi dari mereka kak." cicit Dera malu-malu.

"Ho-oh, sangking tingginya sulit digapai ya Der." ejek Balqis. Lalu tawa pun kembali memenuhi bus berisikan kaum hawa ini kecuali pak supir. Bahkan tanpa terkecuali beberapa guru akhwat yang sedikit menguping pun ikut terkekeh.

"Emang siapa Qis cogannya sampe sulit digapai Dera?" tampaknya topik hati atau percintaan memang paling ampuh untuk memperpanjang durasi mengobrol.

"Emm..." Balqis sengaja menggantung sambil sedikit melirik Dera yang duduk disebrangnya. Tampak sekali Dera mencoba memberi kode untuk Balqis supaya tidak membocorkan 'cogannya', mulai dari melotot, komat kamit tanpa suara, dan sebagainya. Melihat kelakuan Dera tersebut tentu membuat Balqis tertawa lantaran senang menjahili perempuan pecicilan tersebut. "Dera nggak mau ngasih tau kak, katanya takut ditikung." dalih Balqis pada akhirnya.

"Nggak papa lah ditikung, kan situ juga nggak bisa menggapai." tawa lagi lagi menghiasi bus. Tersadar bahwa ia dijahili, bibir Dera langsung maju beberapa sentimeter.

Lihatkan? Tidak diberitahu saja Dera terpojok, apalagi diberitahu.

"Tapi kenapa kita nggak boleh tahu? Sementara Balqis keknya tahu tuh. Nggak takut apa ditikung Balqis?" protes kakak kelas dengan sedikit senyuman jahilnya.

Yah sekedar informasi lagi bahwa hanya Balqis, Afifah, Riska, dan Dera kelas X yang mengikuti kegiatan ini. Mungkin karena itu juga kakak-kakak kelas disini lebih memilih mengusik mereka yang tidak bisa marah-marah apabila dipojokkan seperti Dera tadi. Secara, mereka adik kelas yang harus menghargai kakak kelasnya.

Balqis dan Dera saling pandang. Bukannya membantu menjawab, tampaknya Dera pun penasaran dengan jawaban Balqis sendiri.

"Eumm... InsyaAllah nggak sih kak."

"Yakin nih? Kok bisa? Balqis punya cogan sendiri yaa."

Entah kenapa, wajah sosok Dimas begitu saja terlintas bak sebuah film dengan hanya menayangkan Dimas dalam berbagai kegiatan yang lelaki itu lakukan. Mulai dari awal Balqis melihatnya saat MPLS hingga pada saat terakhir kali ia melihat lelaki itu masih bernafas. Terkejut memang, tapi raut Balqis seolah tak bisa diajak bekerja sama dan malah menampakkan senyum malunya sambil menunduk semakin dalam.

METAMORFOSISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang