PART 7

36 9 7
                                    

"Om kejar capung itu! " pekikkan riang Aaqil berhasil memancing perhatian beberapa pengunjung.

Bocah itu sedari tadi berlari mengitari taman hanya untuk mengejar seekor capung. Tak sedikit mata menatap gemas penuh minat kepada bocah kembar itu.

Abi yang kewalahan mengejar kedua ponakannya berhenti sejenak untuk menghapus peluh di dahinya. Sepertinya keputusan ia membawa si kembar benar benar berakibat fatal.

"Gilak tuh dua bocah niat bener bikin gue capek" gumam Abi kembali mengejar keponakannya yang berlari dengan kaki gempal mereka.

Ketika sedang berlari tiba tiba Abi menghentikan langkahnya mata elang miliknya tak sengaja menangkap kekasihnya tengah berbincang dengan seorang lelaki. Dilihat dari raut wajah mereka berdua, Abi dapat menebak jika mereka sangat menikmati pembicaraan mereka.

Manik tajam Abi memicing mempertajam pengelihatannya. Rasanya sosok lelaki itu tidak asing baginya. Rahangnya seketika mengeras saat tahu bahwa lelaki itu adalah Joan, mantan terakhir Rhea. Abi tidak bodoh melihat raut wajah riang milik Rhea, Rhea kekasihnya masih memiliki perasaan dengan Joan.

Abi memejamkan matanya pelan lalu menghembuskan nafasnya guna mengatur emosinya. Ketika hendak melangkahkan kakinya, Abi merasakan sedikit nyeri pada kakinya. Ia berjongkok sejenak memijat pelan kakinya. Mungkin ia mengalami kram karena sedari tadi berlari mengejar kedua keponakannya.

Sebuah tangan gemuk milik Ale dan Aqil menyentuk pahanya pelan. Abi lantas mengangkat kepalanya melihat kedua bocah itu berjongkok manis menatapnya lugu.

"Om kenapa euh?"

"Nggk papa, bang "

"Kaki om sakit ya, maapin kita ya om karena ngejar kita kaki om sakit" kali ini si bungsu Aaqil yang berbicara, menatap Abi dengan mata berkaca kaca.

Abi ingin sekali tertawa melihat ekspresi bocah itu tetapi ia sadar jika kedua keponakannya ini sedang benar benar merasa bersalah kepada dirinya.

"Its okay, om nggak papa. Nih dah bisa berdirikan" ucap Abi sembari beranjak dari jongkok nya dan mengusak rambut kedua ponakanya.

"Ayo ke tempat Rhea, sudah siang waktunya kalian pulang"Ucap Abi sembari menggendong Aale dan Aaqil di masing masing lengannya menghampiri Rhea yang masih berbincang ria dengan Joan.

Abi hanya memandang datar ketika sampai di hadapan Rhea tanpa memandang ke arah Joan.

"Pulang"

Rhea yang menyadari Abi berada dihadapannya langsung berdiri dan tersenyum kecil.

"Joan, aku pamit pulang dulu ya"

"Heum, jangan lupa nanti kabarin kalo udah sampe rumah" ucap Joan sembari mengelus kepala Rhea pelan dan beranjak dari situ.

Abi? Abi hanya diam sembari menatap tajam kearah Joan. Rahangnya kembali mengeras dan dekapannya mengerat membuat si kembar menggeliat pelan. Rupanya si kembar hampir terlelap tidur. Dan itu berhasil menyadarkan Abi, lantas ia melonggarkan dekapannya dan beranjak berjalan meninggalkan tempat itu tanpa sepatah katapun.

Rhea yang melihat itu hanya menatap Abi bingung, mungkin Abi sedang lelah setelah bermain dengan kedua keponakannya. Pikir Rhea mengikuti Abi menuju ke arah parkiran.

Didalam mobil, Abi hanya diam menatap tajam kearah jalanan. Kedua keponakannya telah terlelap tidur di bangku belakang. Rhea tidak menyadari aura tidak menyenangkan dari Abi, ia mengira Abi hanya letih karena bermain dengan si kembar.

"Abi.."

"Hm"

"Abi masih ingat Joan kan?"

Abi hanya memejamkan matanya sebentar sembari mengatur nafasnya untuk mengurangi emosinya. Ia hanya mengangguk tanpa menoleh kearah Rhea.

"Aku nggk nyangka tiba tiba dia ada disini, aku pikir dia pindah ke Jerman ternyata dia kesana cuman melanjutkan sekolahnya"

"Kamu senang?" tanya Abi yang dibalas anggukan riang oleh Rhea.

"Banget! Kan aku putus sama dia karena dia pindah ke Jerman tanpa pamit sama aku. Ku pikir dia mau ninggalin aku ternyata dia cuma  nggk sempet ngabarin" jelas Rhea yang sukses membuat Abi tersenyum miring, lebih tepatnya ia tersenyum miris.

"Lalu kamu mau sama dia?"

"Iya! " Celetuk Rhea tanpa sadar, Abi yang mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya pelan. Tangannya menggenggam kemudi mobil dengan kuat hingga buku buku jarinya memutih.

Rhea membulatkan matanya ketika menyadari ucapannya dan langsung menolehkan wajahnya kearah Abi. Ia menggigit bibirnya pelan lalu menatap Abi takut.

"Abi..."

"....."

"Maafin Rhea"

"Hm"

"Abi maafin Rhea..." Rhea mulai terisak pelan ketika menyadari bahwa Abi marah kepadanya. Abi memang tidak memarahinya atau memukulnya tetapi dengan Abi mendiaminya itu membuat ia ingin menangis.

"A-abi maafin Rhea" Rhea terus menangis pelan sembari memegang lengan Abi sedangkan Abi masih berdiam diri memandang kearah depan.

"Tidak masalah" jawab Abi dengan suara rendahnya, ia berbicara tanpa menatap Rhea. Rhea langsung menatap Abi tetapi ia menyadari Abi masih belum menatap balik dirinya.

"Abi maafin Rhea.."

"Hm"

"Maaf.."

"Tidak masalah"

"Jangan menyerah sama aku, bi"

"Tidak"

"Jangan tinggalin Rhea"

"Itu tidak akan terjadi"

'kecuali jika nanti entah itu kapan. Disaat kamu meninggalkan aku, maka disaat itu pula jangan pernah ada sedikit keinginan dihati kamu untuk balik lagi'

"Abi, i love you"

"Too"

Rhea hanya tersenyum kecil, Setidaknya Abi masih membalas perkataannya. Ia sadar bahwa ia tadi salah karena membahas mantannya dan tanpa sadar memiliki keinginan kembali kepada Joan.

'Bodoh lo Rhea, Abi udah bertahan buat lo tapi lo masih noleh kebelakang'

Regurgitasi Takdir • Abirama MadhavaWhere stories live. Discover now