➷๑՞. Chapter 12 : ❝ Old Book ❞

564 89 14
                                    

🍁 When Autumn Comes 🍁
.
➷๑՞. Bab 12
◆|| Old Book ||◆
[ Buku Tua ]
.
╭┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╮
Book of Wizard's story
╰┈━━━━═══⋅═══━━━━┈╯
.

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

[Name] berlari kecil menyusul Gojo yang berjalan di depannya. Mereka telah terbebas dari Koyou-sensei.  Gadis itu menghentikan lari saat sampai tepat di samping lelaki yang tingginya menjulang bagaikan tiang.

Keduanya diam. Tidak ada percakapan apapun selama mereka berjalan hingga sampai setengah jalan. Beberapa blok lagi kediaman Natsume akan terlihat dan Gojo maupun [Name] tidak berniat memulai obrolan apapun.

[Name] menunduk, melihat bayangannya serta bayangan Gojo akibat sinar matahari sore yang berada di belakang mereka. Gadis itu tersenyum geli melihat perbedaan tinggi serta tubuh di antara mereka.

“[Name].”

Sang gadis mendongak ke samping. Menatap ke arah Gojo yang sepertinya memandang jauh ke depan.

“Iya?”

“Ini mungkin terdengar aneh dan terlalu cepat, tapi, bagaimana perasaanmu padaku?”

[Name] sedikit membuka mulutnya. Maniknya mengerjab heran dan kaget atas pertanyaan tiba-tiba dari Gojo. Suara jantung yang berdetak kencang menggema hingga terdengar oleh telinganya sendiri.

[Name] kemudian dengan cepat memasang senyuman kembali.
“Aku menganggapmu sebagai teman!” Jawabnya.

Gojo merasa tidak puas dengan jawaban itu. Raut wajahnya semakin mendatar, mendengar kata teman dari [Name] berhasil membuat mood-nya turun.

“Souka.”

[Name] tahu ia melakukan kesalahan kecil dengan mengatakan dirinya hanya menganggap Gojo sebagai seorang teman. Terbukti ia bisa menebak raut wajah Gojo yang tidak senang dengan jawabannya.

“Gojo-san sendiri bagaimana? Kamu menganggapku apa?”

“Gadis merepotkan.”

Mengerjab. [Name] menggaruk pipinya menggunakan jari telunjuk. Tersenyum canggung dan ia merasa tidak enak pada Gojo.

“Maaf sudah merepotkanmu,” ucap [Name] dengan suara yang cukup kecil.

Gojo melirik. Dia tidak bisa melihat ekspresi yang [Name] pasang sekarang karena gadis itu menundukkan kepalanya. Gojo sedikit mencondongkan tubuhnya ke depan agar dirinya bisa melihat raut wajah yang [Name] pasang sekarang.

Maniknya melebar dari balik kacamata hitam saat melihat raut sedih [Name] serta iris matanya yang bergetar. Binar mata sang gadis semakin bertambah.

Gojo memasang raut aneh, ia segera mengalihkan pandangan ke depan sebelum sisi manusiawinya merasa kasihan pada [Name]. Walaupun sebenarnya dirinya sedikit percaya jika dia sudah merasa seperti itu pada [Name].

“Aku hanya bercanda! Jangan menganggap serius ucapanku, dasar!” Ucap Gojo dengan suara sedikit keras.

Benar, dia sudah merasa seperti itu pada [Name]. Perasaanya benar-benar tulus, tidak seperti sebelumnya saat Gojo akan menjahili dan memperlakukan secara tidak sopan siapapun yang ia anggap lemah darinya. [Name] ia anggap berbeda dari yang lain.

Jika dia merasa [Name] sama seperti kenalannya yang lain. Maka dia tidak akan mengatakan kata 'bercanda' pada kalimatnya tadi. Itu ia katakan untuk membuat [Name] melupakan rasa tidak enak hati padanya.

Terdengar seolah ia mempermainkan [Name], tapi begitu caranya menunjukkan sisi baiknya.

“Eh? Benarkah?”

Gojo sedikit merasa lega saat [Name] percaya pada kalimat elakannya tadi. Remaja itu menganggukkan kepalanya, satu tangannya terangkat kembali menyentuh puncak kepala [Name] dan mengelusnya lembut.

“Jadi, jangan pikirkan ucapanku.”

Nadanya terdengar sedikit halus mengalun sampai ke telinga [Name]. Gadis itu kembali tersipu dan ia segera menutupinya menggunakan rambut panjangnya sebelum Gojo menyadari perubahan warna wajahnya.

“Um!”

“Kau tidak akan pingsan lagi 'kan? Jika iya, jangan harap aku akan menggendongmu kembali sampai ke kediamanmu,” Gojo melanjutkan langkah. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana.

“Tidak, kok. Aku tidak akan pingsan lagi hari ini. Jangan khawatir.”

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

“Apa ini?”

Gojo menaikkan sebelah alis ketika melihat Geto mengeluarkan buku yang cukup tebal serta kusam layaknya buku lama. Terlihat kertasnya yang sudah berwarna seperti vintage di hadapannya.

Seperti biasa, mereka berdua berada di dalam kamar Gojo untuk main.

“Kau buta, Satoru? Ini buku, loh.”

“Bukan itu maksudku, Suguru. Ini buku apa?” Gojo menahan rasa kesalnya akibat tidak peka-nya sang teman. Dan Gojo tidak merasa bersalah karena pertanyaan pertamanyaa memang bikin salah paham.

“Oh? Buku ini yang kupinjam dari Mori-sensei. Katanya di buku ini ada penjelasan soal kekuatan klan Wizard.”

“Hee ... bacakan!” Gojo memerintah.

“Iya, iya.”

Geto membuka halaman tengah di mana penjelasan tentang klan wizard ada.

“Klan itu berhubungan dengan alam. Mereka bisa mengendalikan elemen serta berhubungan dengan spirit*. Sebelumnya mereka hanya bisa menggunakan sihir memakai spell book*, tapi seiring berjalannya waktu klan mereka terus berkembang hingga bisa mengendalikan elemen. Semuanya berkembang karena penerus-penerus mereka yang menikah dengan klan penyihir putih yang lain.”

Geto membalikkan halaman selanjutnya.
“Kekuatan pengendalian elemen mereka tergantung emosi. Pengendali yang paling tenang adalah air. Dan saat mereka mati, untuk kaum wanita ... mereka akan berubah menjadi helaian kelopak bunga sesuai musim yang terjadi. Dan untuk pria ... tidak ada penjelasan ....”

“Apa-apaan itu?! Jadi, buku ini tidak lengkap?! Tidak ada penjelasan si [Name] bisa menghilang dalam daun kering!!”

Geto menghela nafas. Ia menutup buku pinjamannya cukup keras.
“Mori-sensei sudah memberitahu padaku jika buku ini tidak lengkap. Alasanku cukup lama di ruangannya tadi karena mendengar penjelasan tambahan darinya.”

“Ohhh ... jadi?”

“[Name] bisa teleportasi. Tapi, caranya berbeda darimu. Caramu langsung menghilang begitu saja tanpa bilang-bilang. [Name] harus menyembunyikan tubuhnya di dalam tumpukan daun maple saat ingin teleportasi. Itupun sesuai musim, jika musim semi, maka dia akan teleportasi dengan kelopak Sakura.”

“Kenapa caranya merepotkan seperti itu?”

“Itu sudah menjadi syaratnya jika melakukan teleportasi.”

Geto mengangkat cangkir, terlihat asap minumannya mengepul keluar karena masih dalam keadaan panas. Lalu meminumnya dengan gerakan elegan.

“[Name] juga bisa menyembunyikan senjata terkutuk pilihannya dibalik helaian daunnya. Energi kutukannya ternyata akan muncul saat dia ingin bertarung. Jadi, saat dia menginginkan senjata, maka daun-daun akan berkumpul disekitar area tangannya dan mengeluarkan senjata terkutuk. Agak sedikit ribet menjelaskannya, kurasa lebih mudah jika meminta [Name] menunjukkanya pada kita.”

“Ide bagus!! Aku akan bertanya padanya!!”

🍁 ˚. ୭ ˚○◦˚ 🍁 ˚◦○˚ ୧ .˚ 🍁

*Spirit ; Roh
*Spell Book ; buku mantra.
Penjelasan Wizard disini sedikit kuubah, bagian aslinya pas mereka gunain spell book buat sihir.:

🍁 ┈┈┈ ੈ ⓐⓝ ੈ ┈┈┈ 🍁

When Autumn Comes [School ver]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang