[4/10]

1.3K 213 10
                                    

Aku tidak marah ...

☀☀

[Name] mengaduk-ngaduk minumannya, tidak niat untuk meminumnya. Membuat Yaya dan Ying risih dengan tingkahnya.

“Diminum! Jangan diperhatiin terus!” celetuk Ying yang memang kesal dengan tingkah laku random teman-- sahabatnya itu. “Kau pikir minuman itu bakal idup kalo kau perhatiin terus?” lanjut Ying memakan baksonya. Yaya menghela nafas lelah.

“Dahlah tuh.” lerai Yaya yang lelah, “Masih kepikiran sama yang kemarin?” lanjutnya bertanya pada [name], gadis yang ditanya menangkup wajahnya, menghela nafas pasrah, “Kayaknya?” balasnya lalu menenggelamkan wajah dalam lipatan tangan.

“Nggak pernah aku liat Solar kayak gitu...” ujar [Name] yang posisinya masih sama. Yaya dan Ying menunggu gadis itu melanjutkan ucapannya, “... serem ngeliat dia marah.” lanjutnya pelan tapi masih terdengar oleh Yaya dan Ying.

"Kayak cewek datang bulan tahu nggak. Mukanya ditekuk mulu pas balik renang.” [Name] kembali menopang dagunya dengan satu tangan, tangan satu lagi lanjut mengaduk minuman yang masih full itu.

“Dia khawatir sama kamu, [Name]. Pas dinasehati malah nggak denger, siapa coba yang mau dikacangi pas lagi bicara panjang lebar.” sarkas Ying, ia sudah lelah dengan sahabatnya yang satu ini. Tiba-tiba wajah [name] memucat. Membuat kedua sahabatnya itu langsung panik.

“[Name], kenapa?!” tanya Yaya yang mendadak panik. [Name] menggeleng pelan, “Bensin pasti marah, 'kan? [Name] harus buat apa? Nanti, nanti kalau dia ga mau maafin, gimanaa???” [Name] merengek dan memeluk erat Yaya yang berada disampingnya, Yaya membalas pelukan itu.

“Jangan terlalu overthinking, [Name]. Nggak baik. Dan nggak mungkin si Solar nggak maafin kamu.” ujar Ying, diangguki Yaya, “Tapi, tapi sampe sekarang, chat [Name] belum dibales... padahal tadi online!” tambah [name] menunjukkan pesan yang ia kirim pada Solar, yang masih centang dua. Dan, terakhir dilihat, hari ini jam 09.15.

Dahi keduanya mengkerut, “Lima menit lalu...” gumam keduanya, “Mungkin ada di lab nya, jangan mikirin yang bukan-bukan.” sambung Yaya setelah melihat raut wajah khawatir [Name].

“Gimana nggak khawatir? Baru pertama kali [Name] liat dia marah kek gini!” [Name] menggigit jari telunjuknya, menggeram kesal lalu berdiri. “Eh? Mau kemana?” tanya Yaya dan Ying bersamaan.

Dahi gadis yang ditanya mengkerut, “Mau minta maaf sama Bensin! Bentar, mau beli susu sama coklat.” jawabnya lalu berlalu pergi menuju ke kios kantin. Kedua sahabatnya itu hanya mengedihkan bahu lalu menunggu [Name] kembali.

☀☀

“Permisi?” [Name] melihat sekeliling lab, hanya mendapati beberapa murid yang memang mengikuti pembelajaran disana. Solar? Ia tak melihatnya.

“Iya? [Name] 'kan?” jawab seorang gadis yang memegang sapu, ia berjalan ke arah [Name]. “Solar mana?” tanya [Name] tudep, tak ingin berlama-lama.

Gadis yang ditanya mengedihkan bahu, “Nggak tahu, tadi pergi. Katanya mau balik ke kelas.” jelas gadis itu diangguki olehnya, ia langsung berterimakasih lalu pamit untuk pergi ke kelas.

Menggenggam coklat dan sekotak susu, ia mendapati Solar yang membaca buku di mejanya, lelaki itu melirik sekilas, dahinya mengkerut.

[Name] menghampiri sang kekasih dan menatap lelaki itu gugup, “[N-name]... [Name] minta maaf!” ujar gadis itu cepat dengan tangan terulur coklat dan sekotak susu.

Solar terbelalak kecil, lalu menarik ujung bibirnya, tersenyum. “Siapa bilang aku marah? Aku cuma khawatir sama kamu, [Name]. Lain kali jangan gitu!” ucapnya tegas, mengusap surai [h/c] milik gadisnya.

[Name] yang mendengar itu tersenyum kecil, memeluk Solar cepat, terdengar suara ia menangis kecil dipelukan Solar. Solar tersenyum dan membalas pelukan itu.

• bonus •

“Udah ku bilang, dia ga mungkin ga maafin kamu, [Name].”

“Ya maaf, Ying.. abisnya kelewat khawatir...”

“Makanya, nasehat itu didengerin.”

“Iya, Yaya...”

———

... hanya saja, kau yang terlalu berlebihan.

Revisi pada: Jum'at 6 Januari 2023.

My Bad Girlfriend || Boboiboy Solar [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang