Chapter 1 : Transmigrasi

3.7K 569 20
                                    

Semuanya begitu gelap, namun disisi lain kegelapan ini begitu nyaman. Tidak ada perasaan takut ataupun gelisah yang menyelimuti. Benar-benar aneh. Tidak ada tempat yang seperti ini, kecuali...

Di saat menuju ke alam mimpi.

"Sampai kapan kegelapan ini akan menelanku"

Sebelum semuanya menjadi gelap, tiba-tiba ada cahaya yang begitu menyilaukan menghantam. Cahaya tersebut sangatlah terang dan memungkinkan seseorang bisa membuat seseorang menjadi buta.

Tapi, sangat tidak mungkin buta, karena...

[Selamat datang, nona (Fullname)]

Terdapat jendela notifikasi tepat didepan, (Name) bisa melihat itu dengan jelas.

Memang sekarang mmorpg full drive sudah rilis? Sepertinya tidak, lalu ini apa?

"Siapa kamu?"

[Sistem yang akan membantu anda nanti, nona]

"Sistem? Apa aku sedang sedang mencoba game full dive?"

[Tidak, nona]

(Name) menatap. Otaknya berputar.

Tidak mungkin hal seperti ini nyata. Pasti mimpi.

Seperti mimpi yang selalu ia ingat. Mari ikuti saja alur mimpi ini.

"Jelaskan semuanya"

***

[Sinkronisasi selesai]

[Penyatuan berhasil]

[Selamat datang di Omnicient Reader's Viewpoint]

(Name) membuka matanya. Pemandangan yang ia tangkap adalah ruangan yang dipenuhi dengan peralatan musik.

"Wow... Ini menakjubkan. Loh suaraku?"

Suaranya masih sama, tetapi dengan bahasa berbeda. Ini bahasa Korea.

Bahasa kumur-kumur kalau ditelinga (Name)

"Ugh... Aku merasa aneh sama bahasa ini"

(Name) berdiri dari kursi, ia berjalan kearah kaca. Penasaran dengan penampilannya.

"Terlihat cantik... Tapi aku tak biasa kalau tak berponi"

Wanita yang terpantul dari kaca tampak begitu elegan. Sangat berbeda dengan dirinya dulu yang culun.

Rambut hitam lembut nan panjang yang sedikit bergelombang, mata yang tampak jernih, bulu mata yang begitu lentik, dan bibir kecil. Proporsi badan juga terlihat sempurna.

Sedangkan dulu, sangat berkebalikan dari semua itu, dan berkacamata tebal.

Ini tampak berlebihan. Jadi merasa kasihan pada pemilik tubuh. Tubuh ini akan banyak mempunyai luka karena menghadapi dunia yang hancur.

[Apa ada hal yang merasa janggal, nona?]

"Tidak ada. Sempurna. Omong-omong gamenya sudah dimulai?"

[Game?]

"Oh, maksudku ceritanya"

[Belum nona. Semua akan dimulai saat jam 11 nanti]

Jam 11. Berbeda dengan Kim Dokja. Seingat (Name), Dokja baru kedatangan Dokkaebi saat pulang kerja. Yaitu jam 7.

'Benar juga, di dalam cerita pun, Dokkaebi sempat bilang di saat kapan sistem berbayar dimulai'

(Name) melihat sekeliling, mencari jam.

Dapat.

Sekarang pukul 7. Masih tersisa 3 jam lagi.

"Padahal belum dimulai, tapi kok bisa ada kamu? Hak istimewa yang diberikan The Creator kah?"

[Benar nona]

The Creator. Seseorang atau sesuatu macam itu lah yang katanya (Name) kesini.

Tidak ada ucapan selamat atau jackpot atau kalimat sapaan semacamnya, (Name) langsung diberi misi. Lewat perantara pula.

Mengantarkan pemeran utama ke epilog.

Seharusnya suatu cerita, sudah pasti memiliki akhir yang mutlak, ntah bahagia atau tidak. Tanpa harus ada orang asing luar seperti [Name].

Namun, untuk novel Omnicient Reader's Viewpoint itu pengecualian. Sebab Open Ending di chapter terakhir.

Itu adalah jenis akhir cerita yang bikin semua pembaca terheran-heran dan tak puas. Terlebih lagi, lebih dominan sedihnya daripada senangnya di open ending tersebut.

Sebagai pembaca pendukung happy end, (Name) tak menyukainya.

"Apa aku tak bisa mempunyai ingatan dari orang asli yang memiliki tubuh ini?"

[Bisa, hanya saja memakan waktu untuk menghindari resiko kelumpuhan]

Sungguh mengerikan. Padahal hanya ingatan, tapi kalau dipaksa mengingat semua bisa berakibat lumpuh.

Yah, [Name] tak peduli akan hal itu. Di kehidupannya yang dulu saja ia tak peduli, ingat pun tak banyak karena kebanyakan mengurung diri.

"Kalau begitu beritahu dengan singkat status tentang 'aku'. Dan orang mana saja yang dekat denganku sekarang"

[Dimengerti]

Keluar dari ruangan ini tiba-tiba itu hal yang ceroboh. Bisa gawat kalau ada yang menyapa [Name], dan [Name] malah terlihat kebinggungan.

Pura-pura lupa ingatan pun adalah pilihan yang buruk. Tak ada hal yang bisa membuatnya lupa ingatan, dan secara medis, hilang ingatan itu tak semudah yang dibayangkan.

[(Korean Name), 24 tahun. Berkuliah di Universitas Korea, jurusan pendidikan, semester 6. Sekarang sedang dalam masa magang di sekolah khusus wanita. SMA Typhoon.

Orang terdekat saat ini...]

Suara pintu terbuka, [Name] mengalihkan pandangannya.

Wanita berseragam sebagai murid sekolah ini, memiliki rambut hitam yang diikat ponytail. Dan wajah itu. Sepertinya (Name) familiar.

[... Lee Jihye]

To be Continue

It's Real? [Omnicient Readers Viewpoint x Reader]Where stories live. Discover now