Soaring Through You | 2

14K 398 70
                                    

Tentu tubuhnya kaku, ketika Jaehyun mendekat dan menyodorkan muka, menghapus jarak sampai bibir mereka saling bersentuhan.

Lidah Jaehyun menjilat bibirnya, menggoda dia yang sudah begitu kesulitan menahan nafas, menahan ledakan senang yang mengisi dadanya.

Taeyong kelewat antusias dan ketika bibir Jaehyun akhirnya landas di atas bibirnya, mulai lagi cemas karena bingung harus apa. Haruskah dia diam seperti boneka atau bergerak berdasarkan insting kemudian mempermalukan dirinya sendiri nantinya.

Namun, Jaehyun menuntunnya, menarik dia bergerak bersama, saling mengulum dan melumat.

Tangan Jaehyun di pinggangnya, menyingkap sedikit kaos yang dia kenakan agar lelaki itu mampu langsung merenyam kulitnya, mengusap sisi perutnya, cukup untuk membuat badannya menggelinjang geli.

Lolos tawa Taeyong diantara ciuman mereka dan tenang rasanya kala Jaehyun ikut tersenyum tepat di atas bibirnya.

Senyum Jaehyun.

Senyum menawan itu tercetak tepat pada bibirnya,
melekat pada senyumnya—dan rasanya jauh lebih membahagiakan dari apa yang selama ini Taeyong ekspektasikan.

Taeyong berpegangan, mengalungkan tangan di leher Jaehyun ringan. Kontras dengan tangan Jaehyun yang kuat menahan tengkuknya, kian kuat kala ciuman mereka lebih intens—lebih intim, lumatan yang Jaehyun lakukan sampai menjauhkan bibirnya dari gigit, sampai Taeyong gagal menahan desahan untuk tinggal di kerongkongan.

Taeyong memejamkan matanya, insting meminta dia untuk menikmati segala sentuhan. Kesulitan mengatur nafas kala dadanya bergemuruh begitu kencang, bahkan hanya ciuman yang belum berjalan seberapa lama dan Taeyong merasa kewalahan.

Dia dorong bahu Jaehyun pelan, memutuskan ciuman mereka. Mata mereka beradu dan sinar mata Jaehyun masih terap sama; lelaki itu menatapnya dengan penuh kasih, penuh sayang.

Satu kecupan Jaehyun berikan, sebelum menyusuri dagu lancip nan tajam Taeyong dengan ciuman ringan. Tangan Jaehyun juga bergerak, terus naik ke atas, meraba kulit Taeyong yang jauh lebih halus dari yang pernah dia bayangkan.

Jaehyun sebenartanya takjub dengan dirinya sendiri, dia merasa banggka dengan pencapaiannya tidak menyentuh Taeyong sama sekali selama tiga bulan—dimana harus dia lewati banyak malam untuk masturbasi saat bayangan Taeyong habis mandi melintas di depan matanya, namun dia menghormati Taeyong, dia acungi jempol kesabaran yang telah menahan nafsunya tertuang asal pada Taeyong.

Selama pacaran, rasanya Jaehyun tidak pernah selama itu menahan diri. Entah karena pasangannya yang memancing ataupun tidak, dia tidak pernah merasakan rasanya menahan diri untuk tidak menyerang pasangan di atas kasur, menahan hasrat pasangan yang dia ketahui secara pasti bahwa orang itu adalah miliknya. Berbeda dengan Taeyong, dia benar-benar mengalami masa dari yang mudah sampai begitu susah menahan tangan agar tidak landas secara langsung di atas kulit Taeyong.

Dia tidak ingin hubungannya seperti yang lalu; hanya diisi nafsu agar mesinnya terus menderu.

Dia tahu, Taeyong adalah yang paling tepat untuknya, kala dia bisa merasakan jantungnya berdebar tidak hanya ketika mereka gandengan tangan, namun hal kecil seperti sekedar mengucapkan selamat tidur dengan satu sama lain, pelukan ringan di atas kasur, semuanya mengalir begitu berbeda; begitu sempurna.

Jaehyun tahu, dia benar-benar jatuh cinta pada Taeyong, dilihat dari sehat otaknya bekerja; bahwa dia di sisi Taeyong tidak semata-mata untuk menyetubuhi lelaki manis itu, melainkan memang ingin berdiri bersama, di petak lantai yang sama.

Taeyong melenguh saat bibir Jaehyun sampai pada lehernya, kala Jaehyun menjilat kecil kulit tipis disana dan menyedot pelan kulit Taeyong.

Taeyong merenyam kaos Jaehyun, mencurahkan rasa yang menggelitik dirinya yang hanya bisa dia sampaikan lewat desahan dan sepuluh  jarinya yang menggulung lucu.

DAILY NEEDS - JAEYONGWhere stories live. Discover now