Second Chance

1.3K 123 167
                                    



Another one shoot story...




Happy Reading..

.
.
.
.
.
.
.
.

"Saint, bisakah kita bertemu?
Ada yang ingin ku katakan padamu."
Sore itu Perth menelpon Saint, pria yang sudah menjadi kekasihnya 4 tahun belakangan ini.

"Baik Perth."

"Kutunggu kau di restoran tempat kita biasa bertemu."
Tambah Perth.

"Baik, aku kesana sepulang dari hotel."
Jawab Saint, lalu....

"Perth, kenapa kita tidak bertemu di restoran hotelku saja?"
Tanya Saint.

"Di restoran saja."
Tukas Perth, dan tanpa menunggu jawaban Saint dia langsung memutuskan sambungan teleponnya.



Saint menghela nafas..
Sudah satu bulan ini sikap Perth berubah padanya.
Pria terkasihnya itu mulai terlihat menghindarinya.
Intensitas pertemuan mereka juga jauh berkurang.
Pesan - pesannya mulai diabaikan.
Sering tidak dibaca, sekalipun dibaca juga tidak dibalas.
Kalaupun dibalas juga lama.

Saint sudah berusaha bertanya, berusaha menemui.
Tapi pria tampan itu seolah enggan untuk bertemu dengannya.
Saint sendiri tidak tahu apa salahnya.
Dia bukan orang yang kaku, kalau dia tahu salahnya dimana,bukankah dia bisa memperbaiki diri?
Tapi Perth tidak pernah mengatakan apa - apa, hanya semakin menjauh.

Mereka sudah berkenalan selama 5 tahun, satu tahun saling mengenal sebelum akhirnya pria tampan itu memintanya untuk menjadi kekasihnya.
Saint menerima permintaan itu karena pada kenyataannya dia juga memiliki rasa yang sama kepada pria bermata tajam itu.


"Kau mau kemana Saint?"

Saint yang  sedang melangkah buru - buru ke mobilnya  menghentikan langkahnya.

Itu Mean, sahabatnya.

"Aku ada janji dengan Perth."
Jawabny.

Mean mengangkat alisnya, heran.

"Dia mau bertemu denganmu?
Bukankah dia begitu sibuk menghindarimu belakangan ini?"
Tanyanya.

Saint menunduk sedih.
Kenyataannya memang seperti itu, dan Mean tahu persis karena dialah orang terdekat Saint selain ibunya.

Mereka sudah bersahabat sejak sama-sama memakai popok, tidak ada rahasia diantara keduanya.
Seandainya Saint tidak bertemu dan kemudian menjalin hubungan dengan Perth, mungkin Mean sudah akan mengencani sahabat baiknya itu.

Mean ikut merasakan kesakitan Saint satu bulan terakhir ini, saat Perth mengabaikan Saint.

"Tapi dia yang ingin bertemu Mean.
Aku juga bisa menggunakan kesempatan ini untuk bertanya padanya tentang kejelasan hubungan kami.
Entah itu mau dilanjutkan atau berhenti.
Aku ingin semuanya jelas.
Aku tidak mau digantung  seperti ini."
Sahutnya.

"Kutemani?"
Tawar Mean.

Saint menggeleng.
"Tidak usah Mean, terima kasih."
Saint membuka mobilnya dan segera berlalu menuju restoran tempat dia dan Perth sering menghabiskan waktu bersama saat keadaan masih normal untuk mereka berdua.

Mean menatap mobil Saint sampai mobil itu tidak terlihat.
Entah kenapa perasaannya tidak enak.

Setelah berpikir lama, dia memutuskan untuk mengikuti Saint.
Dia merasa bahwa sahabatnya itu akan memerlukan bantuannya.

A Short Story About Perth SaintWhere stories live. Discover now