Bastian Januar

484 68 56
                                    


   Bastian menatap kosong kearah jalanan, dia sama sekali tidak bereaksi terhadap panggilan atau pertanyaan wanita yang ada di sampingnya. Bahkan dia tidak kenal dengan wanita itu. yang dia tangkap dari percakapannya wanita itu beranama Keana kerabat jauh dari ibunya, Keana sempat menjelaskan silsilah keluarga yang menghubungkan dengan ibunya namun Bastian terlalu sulit untuk mencerna apa yang wanita itu katakan, Jiwanya masih terguncang.

Bastian sendiri pun tidak tau kemana dirinya akan di bawa, dia hanya menurut saat kedua orang yang menolongnya dari amukkan sang ayah itu menggiringnya keluar rumah. tidak seperti kerabat lain yang meninggalkannya, Keana dan cowok bertubuh tinggi yang katanya cucu Keana itu seoalah menawarkan perlindungan padanya.

Bastian mengusap pelan perutnya, sekarang apa yang harus ia lakukan? Kedua orang tuanya sudah memberikan respon penolakan, apa yang harus dia lakukan tanpa kedua orang tuanya? Siapa yang akan menanggung kehidupan dirinya dan calon anaknya, tangan bastian meremat kaos yang menutupi perutnya. Lalu tangan Keana menggenggam tangannya melingkupinya dengan penuh kehangatan, seketika air mata Bastian menetes.

"Apa yang harus aku lakukan tante" isaknya pelan.

"Semuanya akan baik-baik saja" Keana membawa tubuh rapuh itu kedalam pelukannya, tubuhnya terasa begitu dingin.

Sepanjang perjalanan, Bastian terus terisak di pelukan Keana. menumpahkan kekhawatirannya pada wanita yang memeluknya dengan hangat itu.

Mobil sampai pada tujuan, Bastian sama sekali tidak tau dimana dia berada, bangunan megah di depannya langsung menyambut inderanya. setiap mata memandang, pilar-pilar berdiri dengan kokoh menyangga setiap sisi bangunan memanjakan mata. Bangunan bergaya eropa itu terlihat begitu megah.

"Ini rumah anak tante, ayo masuk" Keana menggandeng tangannya dan menuntunnya untuk menuju pintu utama. Cucu Keana dengan setia berjalan di belakang mereka, anehnya cowok itu sama sekali tidak berekspresi. dari pertama kali dia bertemu dengan cowok bernama Zelvin itu hanya menatap datar.

"Ini anaknya mam,,?" seorang wanita yang tidak dia kenal meraih tangannya dan menatapnya dengan wajah berbinar.

"Namanya Bastian" kata Keana sambil tersenyum hangat.

"Hai,, salam kenal ya, aku Rai"

Bastian mengangguk saja, wanita di depannya terlalu ceria.

"Kamu pasti belum makan kan?  Kebetulan kami baru akan makan malam" wanita bernama Rai itu kini merengkuh tubuhnya dan membawanya masuk lebih dalam menuju ruang makan. Seperti yang Bastian duga, dari luar saja sudah terlihat begitu megah bagian dalamnya pun sukses membuat Bastian menatap takjub, dia tidak tau kalau ada rumah semegah ini di Jakarta, bangunan ini lebih tepat disebut kastil daripada rumah.

"Lian jangan pilih-pilih makanan" Rai menedekat kearah anak kecil yang sedang menyingkirkan sayuran dalam piringnya.

"Ayo duduk" Keana membawa Bastian untuk duduk pada salah satu kursi meja makan.

"Apa kamu mual pada bau makanan tertentu,,?" tanya Rai yang kembali mendekat kearahnya.

"Ikan,," Jawab Bastian pelan.

"Baiklah, ada lagi,,?" tanya Rai dengan nada lembut.

Bastian menggeleng pelan, dengan cekatan Rai mengambilkan makanan untuknya dan menyingkirkan piring ikan yang berada di hadapannya "Makan yang banyak, agar baby dalam perutmu tumbuh dengan sehat" kata Rai sambil mengusap pelan rambutnya.

Bastian menatap Keana dan Rai secara bergantian, sebenarnya sedari tadi dia masih bertanya-tanya pada respon yang keluarga tante Keana perlihatkan, keluarga itu terlihat biasa saja saat mendengar dirinya hamil, Zelvin bahkan hanya menatap datar sedangkan Rai yang dia yakin sudah mengetahui tentang kondisinya terlihat begitu antusias menyambutnya. normalnya, harusnya mereka terkejut atau menatap jijik saat mendengar seorang laki-laki hamil, seperti kedua orang tuanya.

After Meet YouTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon