11. mulut tanpa filter

459 57 5
                                    

"kenapa mesti ikut campur sih? Akhirnya elo kena pukul juga kan"

"GIMANA GAK IKUT CAMPUR, GUE MASIH PUNYA HATI NURANI BUAT BANTUIN ANAK POLOS YANG DI PALAK TADI. KALOK GUE DIEM AJA GUE SAMA AJA KAYAK MEREKA TAU LO!"

Deru nafas Windy jadi memburu, deg degan tidak karuan. Rasanya ingin menangis mengingat gadis polos yang tidak tau apa apa tadi di palak sama gadis gadis brengsek. anak pejabat tapi gak punya attitude, mentang mentang cantik seolah mereka bisa melakukan apapun yang mereka mau.

Orang cantik tuh kadang gak tau diri. Memanfaatkan kecantikannya untuk menindas.

"Kelakuan orang good looking tuh merendah untuk menindas!" Kata Windy lagi masih dengan nafas memburu tidak terima dan juga kasian pada gadis polos itu.

"Ck, udah udah kenapa jadi marah marah sama gue, sini gue obatin lagi biar cepet kering"

Stefano mengobati pelipis Windy yang berdarah dengan telaten Windy pasrah saja. Meneteskan obat merah di atas kapas kemudian di tempel ke pelipis menggunakan handsaplas.

"Sshh sakit pelan pelan kenapa" ucap Windy merintih sempat menabok tangan Stefano secara refleks.

"Ini udah pelan pelan lo nya aja yang lebay"

Plak, kali beneran nabok keras banget pas di jidat Stefano.

"Sakit anjir!" kata Stefano yang kaget tiba-tiba di tabok keras banget. Windy hanya melirik sinis.

Stefano mengemasi kapas dan lain lainnya ke tempat semula kemudian menutup kotak besar P3K itu lalu hening melanda.

Keduanya sama sama duduk di sisi ranjang UKS dengan keadaan Stefano tengah memandangi Windy lekat dan sedikit senyum tipis terukir. Windy sendiri tengah memegangi kapas yang tertempel di pelipisnya sekali kali meringis kecil karena rasa perih yang menusuk.

"Tadi lo ngapain di-"

"FANOOOO KAMU NGAPAIN AKU CARIIN DARI TADI!"

Tiba tiba pintu UKS terbuka lebar membuat keduanya terlonjak kaget hingga Windy yang ingin bertanya jadi mengurungkannya.

Ayana nama gadis yang tiba tiba datang itu dan langsung menggandeng lengan Stefano erat, terlihat seperti gadis yang di tinggal pacarnya.

"Eh sama siapa nih?" Kata Ayana bertanya pada Stefano dengan sedikit melirik Windy tidak suka.

"Gue Windy-"

"Ayo ke kantin katanya mau makan bareng" ucap Aya jadi melengos enggan menjabat ataupun mendengarkan Windy dan malah mengeratkan tangannya pada lengan Stefano.

Windy menggeram kesal menarik kembali uluran tangannya plus risih dengan kelakuan perempuan asing ini, siapa sih perempuan ini sok jual mahal banget? Sok cantik pula. Windy jadi jengah sama perempuan cantik yang sombong kayak gini, enyah aja bisa gak?.

"Maaf Aya gue disuruh nganter Windy pulang ke kosan" kata Stefano menolak pelan bersamaan dengan tangannya yang menurunkan tangan Ayana yang melingkar pada lengannya.

"Maaf ya" kata Stefano dengan tulus.

Kini bergantian jadi Aya yang menggeram sebel, merasa di abaikan dan juga di tolak. Ini perempuan siapa sih kok Stefano mau maunya nganterin dia.

"Dia siapa sih"

"Dia Windy"

"Ya siapa kamu maksudnya"

"Stefano pacar gue, kenapa lo tadi manja manja gak jelas gitu? Mau caper sama pacar orang, iya?" Kata Windy segera dan merapatkan dirinya pada diri Stefano kemudian menggandeng nya.

kost kostan 1001 [✓]Where stories live. Discover now