pt 21.0 | What Happenin'

232 44 35
                                    

21.0 | What Happenin'

-:-

Sepasang kaki berbalut sepatu dengan merk ternamanya berderap kencang. Menapaki tiap ubin di koridor utama hingga mengundang atensi beberapa pasang mata yang menatapnya keheranan. Sesekali bibir itu mengucap maaf ketika pundaknya tak sengaja menubruk milik yang lain. Tak peduli, Felix terus berlari dengan netra berpendar, berharap menangkap sesosok pemuda yang sedari tadi ditarget oleh penglihatannya.

Sementara di koridor seberang, Seungmin berjalan dengan lesu. Ransel tanpa bobotnya menopang di kedua bahu yang merosot turun. Wajah polos—namun menyimpan kebusukan di dalamnya—itu nampak pucat. Rambut hitam dibiarkan acak-acakan, sebagian poninya yang mulai memanjang menutupi kelopak mata, kantung mata yang menghitam nampak mengerikan. Seungmin menguap lebar, seluruh badannya terasa remuk bukan main. Entah perasaannya atau tidak, Seungmin merasa tidurnya sangat panjang semalam, padahal seingatnya ia baru tidur pukul dua belas. Bangun-bangun, tulang belulangnya seperti digilas gilingan semen.

Seungmin merasa saku celananya bergetar, dengan malas ia merogoh ponsel dari dalam sana. Sepasang alisnya spontan mengernyit manakala mendapati nama Felix bertengger di layar sebagai penelpon. Ikon hijau ia geser sebelum menempelkan ponsel pada daun telinga, Seungmin menyapa ala kadarnya. Jujur saja, ia malas bicara pagi ini. Tubuhnya benar-benar lelah.

"Halo, Min? Lo sekolah, kan?"

"Hm,"

"Lo udah berangkat?—oh, gak usah jawab, gue liat lo." Dari tempatnya, Felix mendapati Seungmin berjalan rikuh dari koridor seberang. Buru-buru ia mengantongi kembali ponselnya sebelum berlari menerjang taman yang berada di tengah dua koridor itu. Nyaris Felix menyentak Seungmin, memberitahu sesuatu, namun detik berikutnya niat itu terpaksa urung ketika sadar ada yang tidak beres dengan pemuda di hadapannya.

Kening Felix mengernyit, pandangannya menelisik Seungmin dari atas sampai bawah tanpa celah. Bagaimana wajah pucat dipadu kantung di bawah mata yang menggelap, bibir nyaris membiru, dan rambut dibiarkan berantakan tak bersisir. "Min, lo sakit?"

Seungmin acuh, ia mengabaikan pertanyaan Felix menggantung tanpa jawaban dan pilih melenggang kembali. Tak menyerah, Felix menyeimbangkan langkah dengan pemuda di sebelahnya sambil meledakkan bom tanya.

"Min, lo ngapa sih? Sakit? Mana yang sakit? Kepala? Pundak lutut kaki lutut kaki." Detik berikutnya, Felix terkekeh geli karena lelucon busuk yang ia lontar sementara sang lawan bicara tak memberi reaksi apa-apa. "Gak usah sekolah harusnya kalau sakit mah." Lanjut Felix yang—sekali lagi—sama sekali tak diindahkan oleh Seungmin. Ia terus berderap melewati koridor, mengacuhkan tatapan sekitar yang terang-terangan memandang Seungmin terkejut.

"Gue sempet khawatir karena lo kemarin gak masuk, Min, jadi karena lo sakit?"

Pertanyaan terakhir yang Felix layangkan sukses membuat sepasang kaki Seungmin berpijak kaku di atas lantai. Tatapannya lurus tertuju pada Felix yang sedikit memundurkan diri karena kebablasan jalan. Kedua alis Seungmin menyatu, menatap Felix penuh tanya membuat kening lawan bicaranya mengernyit. "Sekarang hari apa, Lix?"

"Selasa."

Pandangan Seungmin beralih, menatap kosong taman yang dipunggungi oleh Felix. Dalam keterdiamannya, Seungmin coba mengingat-ingat apa yang terjadi. Tangannya terkepal kuat, bibir pucatnya ia gigi kencang. Bahkan sampai pusing menyerang kepala pada akhirnya, Seungmin tak bisa mengingat apapun. Satu-satunya hal yang bercokol di kepalanya hanya satu, bukannya sekarang hari Senin?

Kening Felix berlipat-lipat menatapi Seungmin, bagaimana pemuda Kim yang nampak berpikir keras membuatnya merasa ada yang tidak beres. "Min?" Pelan-pelan Felix memanggilnya hingga sang empu nama menoleh. "Lo gak ingat apapun kemarin abis ngapain aja?" Kalau boleh jujur, Felix khawatir. Felix takut apa yang terjadi beberapa bulan lalu, terjadi lagi kali ini. Tentang Seungmin yang—

[✓] 𝙒𝙖𝙮 𝘽𝙖𝙘𝙠 𝙃𝙤𝙢𝙚 | 𝔖𝔢𝔲𝔫𝔤𝔧𝔦𝔫Where stories live. Discover now