1.2 ••Virtual Relationship••

18 3 0
                                    

Baik di mata orang tua belum tentu baik untuk anaknya. Namun, pilihan orang tua terkadang yang terbaik untuk anaknya.

_Virtual Relationship 2022_
.
Story by Amanda Lyrallza

Story by Amanda Lyrallza

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Semenjak lulus kuliah, aku hanya berdiam diri di rumah. Bukannya aku tidak mau bekerja, tetapi aku sedang menjalankan bisnis online. Toko buku online, walaupun masih kecil. Namun, setiap hari selalu ada pesanan masuk. Harus banyak-banyak bersyukur, berapa pun pesanan yang masuk. Mau banyak ataupun sedikit.

Selain mempunyai toko buku online, aku juga sebagai penulis di salah satu platform menulis digital. Selain suka membaca, aku juga suka menulis. Untuk itu, aku menyalurkan hobi ke dalam tulisan. Gelar sarjana yang ku raih sekitar lima bulan yang lalu, membuat orang-orang di sekitar ku selalu mempertanyakan mengapa aku tidak bekerja.

Alasanku tidak bekerja karena sudah sibuk dengan toko online, menulis, dan membantu Bunda di toko kue. Walaupun tidak setiap hari aku membantu Bunda, aku setiap hari pasti menengok toko kue Bunda. Entah mengantar Bunda ke sana atau mengambil pesanan temanku yang pesan melalui aku.

Seperti biasanya, aku sibuk mengemas novel-novel pesanan yang masuk dari aplikasi belanja online. Hari ini, pesanan yang masuk sebanyak lima pesanan, padahal masih sekitar pukul sembilan pagi. Selain menjual novel ready, aku juga menjual novel dengan sistem pre order. Aku bekerjasama dengan distributor penerbit.

"Bunda?" Bunda sesekali membantu mengemas novel-novel pesanan. Seperti saat ini, Bunda sedikit berangkat telat karena nanti sekalian bareng saat mengantar paket ke ekspedisi.

"Apa? Oh iya, gimana hubungan kamu sama Ilyas?"

Sekedar informasi, Bunda tidak mengetahui hubunganku dengan Janu. Karena, aku berniat mengenalkan Janu kepada Bunda ketika hari ulang tahunku bulan depan. Yang Bunda tahu hanya Ilyas yang sekarang dekat denganku.

"Gimana apanya?"

"Udah ada kemajuan belum?" Kemajuan, kemajuan apa Bunda. Aku saja tidak ada apa-apa dengan Bang Ilyas. Toh, Bang Ilyas sudah aku anggap kayak Abang sendiri.

"Biasa aja, kenapa?"

"Lho? Kok gitu? Memang kalian nggak ada niatan untuk menjalin hubungan? Atau mau langsung menikah?"

Menikah? Oh tidak. Belum ada sama sekali pikiran untuk menikah. Di usiaku yang baru 22 tahun, belum terbesit sama sekali untuk menikah. Jangankan menikah, punya kekasih saja masih online. Memang dia nyata, tetapi hubungan kami masih sebatas via online.

"Menikah? Astaghfirullah, Bunda. Hawa masih 22 tahun, masih belum siap nikah. Calonnya saja masih belum kelihatan," jawabku sambil terus mengemas paket.

RelationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang