Part 4

11.7K 1K 31
                                    

Happy Reading...

.

.

🌷🌷🌷

Rafaila kaget melihat mantan pacarnya saat masih sekolah dulu. Berdiri terpaku di depan pintu masuk ruang BK. Pria yang sudah tidak terlihat muda lagi. Namun, masih terlihat tampan dan gagah di usianya yang sangat matang. Terlihat dari raut wajahnya yang terkejut melihat sosok Rafaila. Mereka juga tidak pernah bertemu kembali setelah 15 tahun lebih berlalu.

"Dengan Ayahnya siapa ya,Pak?" tanya Tanti yang berdiri tidak jauh dari pintu.

"Saya Satria Adiwilaga, Ayahnya Sahityo," jawab Satria. Matanya tidak lepas memandang Rafaila yang duduk di sebelah Sahityo putranya.

"Oh, saya Tanti guru BKnya Tyo, Pak. Mari silakan masuk," sambut Tanti dan berjabat tangan dengan Satria.

Rafaila berdiri dari duduknya dan menyambut Satria, "Selamat pagi Pak, saya Rafaila wali kelasnya Tyo."

Satria dan Rafaila berjabat tangan dengan Satria sedikit menekan telapak tangan Rafaila dan tersenyum menyeringai.

Kok, perasaan aku enggak enak yah? Lihat senyumnya Satria.

Rafaila tersenyum tidak enak, berusaha melepaskan tangannya dari genggaman tangan besar Satria. Melihat tatapan kebingungan sang putra dan guru BK, membuat Satria melepaskan jemari Rafaila dengan tidak rela.

Akhirnya saya menemukanmu. Kali ini kamu harus jadi milikku.

Raut wajah Satria terlihat senang bisa bertemu lagi dengan Rafaila walau dia yakin Rafaila tidak senang bertemu dengannya. Karena dulu sekali dia pernah membuat Rafaila sangat kecewa dan patah hati.

"Silakan duduk, Pak," tawar Tanti dengan Sopan.

"Oh, iya terima kasih, Bu." Satria sengaja mengambil tempat duduk di depan Rafaila. Ia memberikan senyum paling terbaik miliknya. Mata tajam milik Satria tidak lepas dari Rafaila yang terlihat tidak acuh padanya.

Dahi Sahityo mengkerut melihat sikap Satria yang terlihat berbeda saat bertemu guru wali kelas barunya.

"Bukannya wali kelas putra saya, bukan Ibu Ila?" tanya Satrio bingung karena setahunya wali kelas sang putra sedang hamil besar. Ibu Satria sering bercerita tentang wali kelas putranya, bila ia sedang menerima surat panggilan atas ulah Sahityo.

"Maaf Pak, siapa Ibu Ila?" Tanti mengerutkan dahi merasa tidak mengenal nama yang di sebutkan Satria.

"Oh, maaf maksud saya Ibu Rafa," terang Satria meringis tidak enak. Ia melirik Rafaila yang seperti terkejut kalau ia masih ingat pangilan sayang Satria kepadanya.

"Iya Pak, tadinya Ibu Reni wali kelasnya karena Ibu Reni mau melahirkan jadi beliau memutuskan keluar dari sekolah," terang Tanti.

"Saya diminta untuk menggantikan Ibu Reni menjadi wali kelas Tyo, Pak," sambung Rafaila menjelaskan dengan raut wajah kaku.

"Baik sepertinya bisa kita mulai ya Bu Afa, saya sebagai guru BKnya mau menjelaskan permasalahan anak Bapak  Sahityo itu seperti apa? Sehingga saya dan Bu Afa memanggil."

Satria mengangguk dan mendengar penjelasan dari Tanti dan Rafaila bergantian dengan serius. Matanya selalu melirik Rafaila. Memindai apa saja yang berubah selama 15 tahun lebih tidak pernah bertemu lagi.

Wanita yang Satria ingat dulu masih sangat muda dan hanya gadis remaja sekarang telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang sangat matang. Walau tingginya cuma bertambah beberapa centi saja. Tanpa sadar Satria tersenyum kecil.

"Jadi Sahityo harus membuat surat perjanjian ya, Pak?" ucap Tanti memutuskan pandangan tajam Satria ke Rafaila.

"Oh, iya Bu," deham Satria memperbaiki duduknya.
Rafaila hanya mendengus pelan karena tahu kalau Satria tidak fokus mendengarkan penjelasan tentang masalah yang dibuat anaknya. Satria hanya fokus melihatnya saja.

Tanti bangun dari duduknya dan mengambil kertas yang sudah disiapkan untuk Satria tanda tanggani. Ia menyerahkan ke Satria untuk dibaca dahulu baru ditanda tanggani. Setelah membacanya, Satria mulai mengisi surat pernyataan dan mentanda tanggani. Ia langsung menyerahkan lagi ke Tanti setelah yakin dengan apa yang di isi.

"Bu Rafa, boleh saya minta nomer ponselnya? Agar saya dapat mengetahui perkembangan Tyo dan bila ada masalah lagi, saya langsung bisa datang," pinta Satria dengan senyum yang lebar.

Aduh, enggak di kasih penting, kalau di kasih firasat aku enggak enak. Jadi galau kan.

Sehabis bergelut dengan pikirannya akhirnya Rafaila menggangukkan kepalanya dan tersenyum terpaksa.

"Nomer saya, 08956721xxxx, iya udah itu Pak."

"Oke, makasih, Bu." Satria tersenyum bahagia bisa mendapatkan nomer Rafaila. Ia akan mulai berusaha mendapatkan wanita itu lagi. Namun, ia harus mencari tahu dulu apa wanita itu sudah menikah atau masih sendiri.

Sahityo yang dari awal melihat interaksi ayah dan guru wali kelasnya makin menggerutkan dahinya. Ia merasa kalau sang ayah mengenal gurunya. Malah bisa dikatakan kalau ayahnya sangat mengenalnya. Ia bertekad akan mencari tahu nanti.

Satria berdiri dari duduknya. Ia pamit kepada Rafaila dan Tanti setelah merasa urusannya telah selesai. Tanti dan Rafaila mengantar Satria sampai di depan ruang BK.

Selepas Satria pergi dan tidak terlihat lagi. Rafaila menghembuskan nafas lega. Dari tadi ia menahan nafasnya dan merasa gelisah karena mata tajam Satria yang selalu melihatnya.

Melihat Satria lagi setelah 15 tahun lebih berpisah membuat ia mengingat saat dulu mereka masih bersama.

"Hanya cinta monyet yang membuat aku patah hati begitu lama," gumam Rafaila tanpa sadar dengan pandangan kosong.

"Ibu bilang apa?" tanya Sahityo yang ternyata masih berada di dekat Rafaila.

"Eh, kamu masih di sini? Sana balik ke kelas, udah di mulai itu mata pelajaran berikutnya," usir Rafaila mengibaskan tangannya.

"Iya, Buu," decak Sahityo memanyunkan bibirnya.

"Eh, itu anak udah gede masih aja kaya bocah," cibir Rafaila mengelengkan kepalanya.

Merasakan bila ponselnya bergetar di dalam kantung celana kerjanya. Ia merogoh sakunya dan melihat siapa yang menghubunginya.

Mata kecil Rafaila membesar karena kaget sejenak melihat pesan di ponselnya.

No name :
Hai Ila, ini nomer saya, simpan ya. Satria.

Me :
Oh, baik pak.

No name :
Kalau tidak melibatkan Tyo jangan panggil Pak, dong. Kaya biasa aja kamu manggil saya.

Rafaila memutar matanya malas membaca pesan terakhir dari Satria. Ternyata Satria tidak merubah banyak masih saja pintar merayu. Namun, Rafaila bingung kenapa Satria sudah mempunyai anak sebesar itu. Kira-kira kapan Satria menikah. Dahi Rafaila mengerut memikirkanya.

Ah, bodo amat lah, mending ngajar lagi aja.

Rafila melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruang kantor guru tanpa membalas pesan Satria lagi. 

🌷🌷🌷

Republis, Jakarta, 30 Januari 2023

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Republis, Jakarta, 30 Januari 2023

~ Cindy Arfandani ~

Kesandung Cinta Duda ( END )Where stories live. Discover now