Chapter 10: Rahasia masa lalu

14.7K 2.1K 1.7K
                                    

Inget yaaa, jangan di bawa ke RL.
Maaf kalau ada typo ya

❄️❄️❄️

Felix memandang Daegang yang kini sibuk memainkan game di ponselnya. Pria itu merasa bersalah di satu sisi. Berpikir bahwa tidak seharusnya mengatakan hal tersebut kepada Daegang. Daegang tidak kunjung bersuara setelah percakapan keduanya di balkon.

Minjae yang duduk diam bersama Felix pun hanya diam memperhatikan. Ia memandang Felix dan Daegang dengan polos.

"Kenapa paman Felix tidak berbicara dengan paman Daegang?"

"Paman Daegang sedang ingin sendiri dulu." Felix menyahut dengan senyuman. Berusaha meyakinkan Minjae bahwa semuanya baik-baik saja. Anak kecil itu hanya melirik kembali ke arah Daegang dan kembali duduk dengan tenang memandang acara anak-anak di televisi.

Hingga ketiga sejoli itu menoleh serempak ke arah pintu saat suara bel berbunyi. Daegang menatap sejenak ke arah Felix yang juga memandangnya, pria bersurai pink itu beranjak dan langsung menghampiri pintu tanpa berniat melihat siapa yang ada di layar.

Ketika pintu terbuka. Daegang tersentak ketika sebuah siraman air membasahi tubuhnya. Felix dan Minjae kompak menoleh dan terkejut ketika Daegang dalam keadaan basah kuyup.

Belum sempat mengusap wajah dan membersihkan air yang menghalangi pandangannya, Daegang di dorong hingga nyaris terjatuh andai Felix tidak bergegas mendekati Daegang.

"Renjun-ssi, apa yang kau lakukan?!"

Felix membentak Renjun yang datang dengan wajah kesal. Pria manis dengan surai abu-abu itu memandang Felix dengan tatapan benci. Ia memilih mendekati Daegang dan berniat menampar pria bersurai pink yang masih terdiam di tempat.

"Kau! Beraninya kau menggoda suamiku!"

Namun Daegang sudah menahan tangan Renjun dan mencengkramnya hingga kuku-kuku jari itu seperti akan menusuk kulit lengan yang mulus tersebut. Daegang menyisir surai rambutnya kebelakang, hingga tersibak.

"Mengejutkan." Daegang tersenyum. Ia memandang sosok lain yang datang bersama Renjun. "Kau datang bersama orang lain?"

Daegang menguatkan cengkramannya pada lengan Renjun hingga pria itu meringis dan berusaha melepaskan tangannnya dari cengkraman Daegang.

"Apa kau sangat penasaran padaku sampai senekat ini datang ke tempat tinggalku? Apa Chenle yang memberitahukanmu tempat tinggalku?"

"Kau—Jaemin?"

Daegang memandang sosok Taeyong dengan dingin. Pria itu hanya diam tak bergeming dengan wajah tertohok ketika melihat paras Daegang yang benar-benar mengejutkan.

"Ssshhh.." Daegang berdesis. Memegang kupingnya sendiri dengan salah satu tangan yang bebas. "Setiap kali mendengar orang-orang menjijikan menyebut nama itu, aku merasa telingaku sungguh gatal. Terutama dari mulut pengkhianat sepertimu."

Taeyong mengepalkan tangannya. Entah bagaimana justru ia yang langsung tersudutkan disini. Niatnya hanya ingin menemani Renjun, justru sekarang dia juga yang menjadi sasaran empuk Daegang.

Taeyong sungguh tidak menyangka, sosok yang menjadi pembicaraan keluarganya itu sungguh jauh dari ekspetasi, faktanya lebih jauh mengerikan dari yang ia kira.

"Apa ini sopan santunmu pada yang lebih tua?" Taeyong mendekat dan melepas cengkraman tangan Daegang dari Renjun. Daegang memandang Taeyong dengan dingin dan menoleh ke arah Felix yang berdiri di sampingnya untuk menjaga.

"Bawa Minjae pergi."

Felix memandang Daegang dengan tatapan yang mengatakan 'kau yakin?' dalam artian Felix khawatir takut terjadi sesuatu pada Daegang.

OUR HEARTWhere stories live. Discover now