Prolog | Breakeven

443 27 6
                                    

Sebuah Hunian Kost
Yogyakarta
[15:16]

I'm still alive but I'm barely breathing
I pray to god that I don't believe in
Cause I got time while she got freedom
'Cause when a heart breaks no it don't break even



Asti berdiri di depan kaca selagi ia memulas wajahnya dengan blush on agar pipinya terlihat lebih merona. Jantungnya berdebar dengan keras penuh dengan antisipasi namun ia tahu seharusnya ia tidak merasakan hal-hal seperti ini. Asti menghela nafas panjang setelah ia selesai membenahi dirinya di depan cermin. Bahkan ia merasa masih tidak cukup baik di matanya sendiri sehingga ia kembali duduk di atas tempat tidur dan mengangkat kedua kakinya. Ia bahkan belum sempat mengenakan baju yang sudah ia siapkan, dan saat ini Asti hanya memakai pakaian dalam dan belum bersiap-siap.

Mas Arga NEW
Asti, mau ketemu
Bisa?

Ketika sebuah pesan sederhana yang Arga kirim untuk Asti masuk ke dalam gawainya, Asti berusaha untuk menahan diri untuk tidak melambungkan harapan terlalu tinggi. Arga hanya minta bertemu, belum tentu itu berarti sesuatu. Fakta tersebut-lah yang membuat Asti terus-terusan ulangi jauh di dalam hatinya. Tentu ia tahu kalau Arga pasti ingin bicara penting, bukan bermaksud untuk apa-apa.

Sejak mereka mengakhiri hubungan mereka secara 'baik-baik' setahun yang lalu, perlahan segala ikatan diantara mereka pun mulai terurai dan Asti tidak bisa menghentikan itu semua. Jauh di dalam hati yang terdalam, ia berharap segalanya berbeda. Bukankah itu alasan mereka selalu bilang : 'penyesalan selalu datang belakangan'? Dan Asti berani mengakui kalau ia setuju, jelas kalau Asti terlampau menyesal karena hubungannya tidak berjalan ke arah yang ia mau. Padahal, Asti tidak pernah membayangkan kejadian tersebut datang menghampirinya. Ia kira, Arga akan menjadi pelabuhan terakhirnya, namun nyatanya, tidak. Tuhan selalu memiliki agenda-Nya sendiri dan Asti bukanlah siapa-siapa yang bisa mengubah kehendak tersebut.

Setelah Asti menjawab dengan singkat kepada Arga dan bilang kalau ia memiliki waktu, Arga mengajak Asti untuk bertemu di sebuah cafe yang dekat dengan tempat kerjanya. Seperti yang selalu Asti tahu, Arga selalu pengertian, dan lagi-lagi itu membuat hati Asti nyeri.

Fakta kalau keduanya tidak bisa melanjutkan hal tersebut.

Ketika Asti sudah mau berdiri untuk melanjutkan kegiatannya, gawai Asti berdering, membuatnya buru-buru melirik sang penelpon, tentu saja bukan dari oknum yang Asti harap akan menelponnya.

"Apaan, Yul?"

"Udah siap mau ketemu mantan pacar?" tanya Yulia dengan nada menyebalkan diujung sambungan telepon. Asti memutar kedua matanya dengan kesal namun ia tidak bereaksi terhadap kata-kata Yulia tersebut.

"Bawel Yul. Udah ah, mau pake baju dan jalan," ujar Asti sambil mengapit gawainya di antara bahu dan telinganya. Ia berjalan menyambar kemeja dan celana yang sudah ia siapkan sejak semalam namun membutuhkan waktu lama untuk Asti memakainya.

"Hiiiihhhh kalau dia ngajak kamu balikan gimana, Tang?" tanya Yulia.

Jawaban dari pertanyaan Yulia barusan sudah sangat jelas. Tidak mungkin. Sama halnya dengan tidak mungkin bagi Asti menunda tenggelamnya matahari barang hanya satu detik. Asti pun melihat ketidakmungkinan dari kata-kata Yulia tersebut dan hanya tersenyum kecut meski temannya itu tidak akan bisa melihat fakta tersebut.

"Nggak mungkin lah, Yul. Justru yang lebih mungkin itu, dia mau kasih undangan pernikahan ke aku," ujar Asti akhirnya, dan hanya itu satu-satunya kemungkinan yang masuk akal di kepalanya, karena selama ini Arga terlihat baik-baik saja, semua update media sosialnya selalu tentang pacarnya dan segala bentuk perhatian dari pacarnya kepada Arga. Meski Asti belum pernah melihat bagaimana bentuk wajah dari kekasih baru sang pujaan hati, ia tahu kalau Arga menyayangi gadis itu.

BREAKEVEN - [ DAY6 Lokal! Alternate Universe • psj ]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz