Nothing Special

3.7K 704 204
                                    

💸💸💸

Pagi harinya, RETAS menjalani aktivitas seperti biasa. Mari kita lihat mulai dari kediaman Hirawan.

Saat ini, Jevano dan Naresh sedang membantu Dirga memasak. Kalau Naresh emang pure mau bantuin maka beda lagi sama niatnya Jevano. Anak itu pengen pamer ke Mamahnya kalau dia udah bisa masak juga.

"Mah, gak mau ngomong apa-apa gitu?" Tanya Jevano sambil menunggu nasi goreng plus baksonya matang.

"Ngomong apa?" Tanya Dirga.

Naresh tertawa kecil mengerti maksud Jevano. "Dia pengen dipuji tuh, Tan."

"Ohh~ pantesan kamu mau bantuin Mamah. Iya deh, Vano sekarang udah jadi anak hebat. Pantes Rendra mau."

Jevano mengerucutkan bibirnya. Padahal udah dipuji tapi dia malah keliatan gak seneng. Naresh yang sedang menyiapkan piring lagi-lagi tertawa.

"Tante Dirga mau tahu sesuatu gak?"

"Apa, Resh?"

"Perjuangan Jevano buat dapet Rendra itu susah. Dia harus saingan dulu sama salah satu anak di kelasnya dan aku juga, hehehe."

"Hah?! Kamu suka sama Rendra?!" Tanya Dirga.

"Engga kok, Tan. Aku cuma kagum doang sama dia."

"Halah bohong. Kalau gak suka ngapain waktu itu sampai cemburu dan nyuekin Rendra segala?" Sindir Jevano dengan nada nyinyir.

Naresh berdecak sebal. "Ck, gak usah diungkit lagi. Gua cuma lagi labil doang."

"Tapi kalian gak sampai baku hantam kayak di sinetron, 'kan?"

"Enggalah, Mah. Ngapain juga. Malah aku sama Rendra itu sempet bingung ngeliat sikap Naresh."

"Jadinya sekarang Naresh lagi deket sama siapa?"

"Sama si Phillip, Mah," jawab Jevano sengaja mengejek Naresh.

"Kambing?"

"Si Jevano jangan didengerin, Tan. Aku sekarang lagi deket sama Yoga. Eh, bukan deket lagi sih, kita emang udah pacaran," ujar Naresh agak malu mengatakannya pada Dirga. Dia memang kenal dengan Tantenya itu tapi belum pernah mengobrol santai seperti ini.

Dirga tersenyum pada dua remaja di depannya. "Apapun itu, jangan bikin orang yang kalian sayang kecewa, ya. Jagain mereka dan jangan menjerumuskan ke hal-hal negatif."

"Siap, Mah! Vano pasti bakal selalu jagain Rendra!"

"Iya, Tante. Aku juga pasti bakal jagain Yoga. Makasih, Tan," ujar Naresh.

Beralih ke rumah sebelah, tepatnya di kediaman Bimantara. Hendery sekeluarga sedang menemani Juna memotong bawang merah. Kalau lagi senggang, Juna memang membuka jasa membuat bawang goreng. Makanya sekarang sang suami dan juga anaknya dikerahkan untuk ikut mengupas dan memotong bawang.

"Hikss... Ini kapan kelarnya?? Hikss..." Tanya Hendery dengan air mata yang bercucuran. Pipinya sudah sangat basah karena derasnya air mata yang keluar.

"Lebay amat, deh. Bentar lagi beres. Tuh tinggal setengah kilo," jawab Juna santai. Bahkan matanya tidak terlihat berair sama sekali.

"Tapi, Bu... Hikss... Mata aku udah perih banget," sahut Yoga sambil bolak-balik mengelap air matanya menggunakan baju.

"Haduh, yaudah sana kalian udahan aja bantuinnya. Ibu bisa handle sendiri," suruh Juna pada suami dan anaknya.

Hendery dan Yoga yang mendengar itu pun tersenyum senang sambil bercucuran air mata. Mereka langsung ngeberesin pisau dan talenan serta memasukkan kulit bawang yang masih berserakan.

"Tapi jangan salahin Ibu kalau gak ada makan siang sama makan malam, ya. Ibu 'kan capek bikin bawang goreng," lanjut Juna membuat kedua orang itu kembali duduk dan mengurungkan niatnya untuk berhenti membantu. Dalam hati, mereka sudah menjerit karena hal semacam ini tidak terjadi sekali dua kali dan mereka hanya bisa pasrah.

Pindah dari kediaman Bimantara sekarang kita akan menuju kediaman Pramudya yang terlihat sedikit heboh. Pelaku kehebohan tentu saja adalah Hanan dan juga Rendra.

Kedua anak di pihak bawah itu sekarang lagi sibuk rebutan singkong goreng buatan Tian yang memang sangat enak. Mereka berdua bangun kesiangan makanya gak terlalu dapat banyak singkong. Padahal Tian udah nyiapin piring sendiri-sendiri biar gak rebutan tapi gak tahu deh gimana ceritanya mereka jadi ribut gitu.

"Itu singkong punya gua! Balikin gak?!" Pinta Rendra sambil mengejar-ngejar Hanan yang sedang berlarian membawa dua piring singkong.

"Gak mau! Aing laper!"

"Ya gua juga sama, anjir! Emangnya lu doang?!"

"Berhenti napa, Ren! Aing capek lari terus!" Protes Hanan.

"Ya makanya sini balikin piring singkong bagian gua! Kalau gak berhenti, gua bakal kasih video elu lagi mandi ke Kak Arka!" Ancam Rendra.

Mendengar itu, Hanan langsung berhenti berlari kemudian menatap horror Rendra. "Maneh suka ngevideoin aing kalau lagi mandi?!"

"Salah sendiri kenapa pintunya gak dikunci. Mana sini piringnya," pinta Rendra dengan wajah songong.

Hanan dengan berat hati memberikan piring yang sudah seharusnya menjadi bagian Rendra. "Tah, ambil tah! Aing juga gak butuh! Awas kalau maneh ngasih video itu ke Kak Arka!"

"Iye elah, sans. Thanks, ya," ujar Rendra kemudian berjalan santai ke ruang keluarga. Dia malah cekikikan sendiri karena Hanan ternyata gampang juga dikerjain. Rendra juga gak semesum dan segabut itu kali buat ngevideo Hanan di kamar mandi. Paling cuma foto-foto dikit doang.

Gak, engga. Bercanda 🤪✌️

💸💸💸

Chapter ini cuma selingan doang dan istirahat dari chapter kemaren-kemaren yang lumayan bikin capek. Biarpun kelakuan Hanan sama Rendra juga bikin capek disini.

-Auva

[✓] Sengaja Miskin || NoRen (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang