3. Kebohongan dan Harapan

69 7 1
                                    

"Kak Cali!"

"Bian main sama Zach dan kak Beni dulu ya. Om mau ngobrol sama bunda dulu"

Jisung tiba-tiba datang menginterupsi percapakan antara ibu dan anak itu. Jisung menarik lengan kanan kakaknya, mengajaknya pergi menjauh dari pusat ruangan, menuju sudut ruangan dekat jendela kecil yang kini sudah dipasang terali dengan tujuan untuk mencegah para manusia yang terinfeksi masuk.

"Maksud kakak apa mau nyari kak Mark?"

Cali menatap wajah adiknya dengan tatapan serius, dia melepas jemari panjang adiknya yang tadi melingkar di lengan kanannya.

"Besok, kakak mau ke Neo"

Jisung mengacak-acak rambutnya, "Kak please, kita udah sering bahas ini. Tunggu sampe Zach dan Bian lul--"

Mendengar adiknya mengatakan kalimat yang sudah berkali-kali diulangnya itu, Cali berdecak kesal. Cali menggertakan giginya sesaat sebelum tersenyum sinis pada adiknya. "Kamu pikir kakak bodoh?"

"Kamu lupa profesi kakak dulu? Kamu pikir kakak gak bisa sadar kalau selama ini kakak dibohongin?"

"Hasil tes intelegensi Zach dan Bian, di atas rata-rata. Mereka berdua tergolong anak genius. Keterampilan verbal maupun performance mereka semuanya sangat bagus. Kemampuan adaptasi mereka juga"

"kamu pikir selama tujuh tahun ini kakak diam aja?"

"kakak selama ini berlindung dengan pikiran, mungkin standar kelulusan kamu yang terlalu tinggi, padahal kakak tahu, selama ini kamu bohongin kakak"

"Kak-- gak gitu. Jisung bisa jelasin"

"Gak perlu penjelasan lagi Ji, kakak pun tahu siapa yang nyuruh kamu bohong. Kak Jaehyun kan?" sarkas Cali sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Kak, kenapa selama ini gak jujur aja? Maaf, maafin Jisung"

Jisung mengusap wajahnya yang mulai memanas, kedua matanya sudah berkaca-kaca. Jujur, Jisung akan sangat sensitif jika berhubungan dengan kakaknya. Dia merasa bersalah, sudah bertahun-tahun dia membohongi kakaknya.

"Kakak mau bawa Zach sama Bian. Kalau kamu mau ikut terserah, kakak gak perlu izin dari kak Taeyong ataupun kedua temannya itu."

"Oh bagus, ada penghianat disini"

Kedua kakak beradik itu sudah tahu siapa pemilik suara itu, namun mereka berdua tetap saja menoleh, mencari sosok si pemilik suara.

Seorang pria berambut hitam, berkacamata bulat, dengan kedua tangan melipat dada sedang menatap sinis ke arah Cali.

Pria itu berjalan dengan pelan sambil berdecak.

"Kak, tolong ya, jangan seenaknya mengeluarkan kata sensitif kaya gitu" kata Jisung.

Pria berkacamata itu tidak menghiraukan perkataan Jisung, dia berjalan mendekati Cali sambil menatapnya sinis.

"Dia sudah ditolong, bukannya membantu malah mau kabur. Apalagi kalau bukan pengkhianat?"

"dia punya tanggung jawab sebagai ketua Perencana, dan kamu, ketua Escaper. Berani sekali lari dari tanggung jawab?"

"motivasi kamu sebesar apa hingga berani melepas tanggung jawab?"

Cali menundukkan wajahnya, dia merasa perkataan pria itu ada benarnya. Namun di lain sisi, dia memiliki alasan, entah mengapa hatinya terus menyuruhnya untuk pergi ke kota Neo.

Selama 7 tahun ini, dia juga terus memimpikan Mark, suaminya.

Namun alasan tersebut tidaklah kuat untuk digunakan sebagai jawaban dari pertanyaan pria berkacamata itu.

Karena mau seberapa banyak kita menjelaskan perasaan dan isi hati kita, orang lain tidak akan semudah itu percaya dan memahaminya.

Kebanyakan orang justru akan menertawakan dan menganggap kita bodoh.

Cali masih diam menunduk, merasa bingung harus menjawab apa. Hingga kemudian, sebuah ingatan tentang sesuatu muncul di pikirannya.

"Zach,"

"3 tahun lalu Zach hampir terinfeksi virus L-Corps A1. Aku yakin kalian memiliki jawaban dari pertanyaan ini,"

"kalian berhasil menemukan penyembuh untuk virus L-Corps A1 bukan?"


20 Juli 2021

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 21, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Finding You or them?Where stories live. Discover now