Ke-sepuluh

73 6 0
                                    

3 bulan setelah kelahiran anak ketiganya, Ammar, Laina memutuskan untuk kembali bekerja di rumah sakit yang dipimpin oleh Adrian. Lagipula, masa cuti yang diambilnya selama satu tahun lebih 5 bulan ini sudah berakhir dari bulan kemarin tetapi Adrian memberi kelonggaran untuknya dan baru bisa mulai bekerja hari ini.

"Tapi nanti Ammar sama siapa? Arsyad sama Jaero kan sekolah, aku juga ga mungkin bawa Ammar ke rumah sakit,"
"Tenang aja, Laina, di ruangan kamu udah saya siapkan tempat khusus untuk Ammar, ada ranjang khusus bayi dan beberapa mainan lainnya,"
"Tapi kalau aku ada jadwal operasi mendadak, siapa yang mau jagain, Adrian?"
"Ada suster khusus untuk kamu, Tiffany kenal kok, dia memang sudah menjadi suster khusus untuk bagian ibu dan anak saja,"

Mendengar percakapan kedua orang dewasa ini, Arsyad dan Jaero lebih memilih untuk memakan cemilan di depannya. Mereka berdua tahu apapun yang dilakukan oleh Adrian semuanya adalah yang terbaik untuk Laina dan tentu saja mereka berdua serta Ammar si bungsu.

"Pacar lu gimana kabarnya, Bang?"
"Baik,"
"Dih? Tumben singkat biasanya bacot bae lu,"
"Gimana ya, dia jadi agak menjauh menurut gue setelah dia tahu apa yang kita alamin,"
"Putusin aja sih, lu cakep, ada duit, cewek ngantri buat sama lu,"
"Eh bujug, mulut lu ner bener ye, jaga Ro jagaaa,"
"Ekhem, Bunda juga kurang setuju sebenernya kamu sama pacar kamu itu,"
"Kenapa sih emangnya kalau Om boleh tahu?"

Arsyad terdiam mendengar ucapan sang bunda. Ya, dia memang tahu kalau bundanya itu lebih menyukai gadis yang urakan namun berhati lembut daripada manis dan cantik di luar tapi hatinya tidak mencerminkan keindahan fisiknya. Arsyad juga tahu kalau Jaero benar-benar menentang hubungan keduanya bahkan aura kebencian selalu terpancar dalam dirinya ketika Arsyad mengajak sang pacar ke rumah.

"Hmm, jadi gini, Nindy itu temen seangkatan aku, dia anak IPA, akunya IPS. Awal ketemu tuh karena kita satu tempat les, jam yang sama, hari yang sama. Klise lah, dia lupa bawa buku les nya, sedangkan saat itu aku bawa banyak buku kosong gara-gara Joni suka lupa bawa buku tulis. Yaudah, aku kasihin buku ke dia, mulai dari situ kita deket,"
"Apa dari awal dia nunjukkin gelagat aneh? Kayak di depan kamu baik, di belakang ternyata ga,"
"Hampir mau 2 tahun ini dia oke aja, depan belakang oke, Om. Cuma karena aku sempet hilang fokus karena masalah si brengsek, dia kepo dan ya aku cerita. Aku pikir kayak she's the one, dia yang terbaik, kan? Setelah aku cerita, aku ngerasa kok, dia mulai menjauh dari aku,"
"Lagian nih ya, Bang, gue, Bang Joni, Jeno, Bang Theo, tuh udah bilang sama lu, itu cewek depannya doang baik, depan lu sama kita semua dia berbaur, oke aja, eh, belakangnya? Busuk kali macem jambu,"
"Jaero, ga boleh ngomong gitu ah. Nindy kan juga perempuan, Ro, jangan kayak gitu, ya?"
"Abisnya ya, Bun, itu cewek emang ga ada akhlaknya. Kenapa aku bilang putusin aja, ya karena emang Abang sama dia udah ga cocok. Kalau dia beneran sayang Abang, dia ga akan menjauh, dia ga akan malingin wajahnya pas dia liat Abang. Kalau dia sayang sama lu, Bang, dia juga bakalan berusaha lah buat jaga nama baik seorang Arsyad Kaffa Malik. Lah ini, grasak grusuk banget hidupnya,"

Laina dan Adrian tertawa mendengar penuturan Jaero yang menurut mereka lucu tapi memang mengena di hati Arsyad. Terbukti dari senyum tipis di wajah tampan si sulung, memeluk bantal sofa, dan berpikir apa yang harus dia lakukan untuk hubungannya ini.

"Menurut Bunda, aku harus gimana?"
"Ikutin kata hati kamu, Syad. Kami di sini cuma bisa support dan doakan yang terbaik untuk kamu,"
"Saran gue nih ya, mending lu berdua tuh intropeksi diri deh. Apa yang salah dari lu, apa yang salah dari dia, you guys need more time to understand each other. You need more time to understand what you want, perasaan lu ini udah bener atau ga, jangan sampe nyesel sih kata gue mah,"
"Om setuju sama Jaero, coba kamu lebih mendalami lagi tentang diri kamu sendiri, pahami diri kamu, menurut kamu ini semua udah sesuai dengan kemauan kamu atau ga. Nanti, kamu komunikasiin lagi sama pacar kamu baiknya gimana,"

Arsyad bersyukur karena memiliki keluarganya ditambah lagi dengan hadirnya Adrian di dalam hidupnya membuat Arsyad semakin menyayangi bos dari bundanya itu. Mereka bukannya menghakimi namun justru memberinya saran yang sangat dibutuhkan olehnya saat ini. Arsyad benar-benar bahagia karena memiliki mereka dalam hidupnya.

"Hubungan gue itu emang udah ga sehat kayaknya, ke depannya gimana itu semua ada di tangan gue dan Nindy,"

"Hubungan gue itu emang udah ga sehat kayaknya, ke depannya gimana itu semua ada di tangan gue dan Nindy,"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Anindya Reline Maharani

• Satu SMA dengan Arsyad, Joni, Jaero, dan Jeno
● Siswi tercantik seangkatan
• Punya geng namanya Aprodhite Squad
• Manis, menawan, sayang musuhnya banyak

Arsyad & JaeroWhere stories live. Discover now