12. Maaf

355 40 1
                                    

Jake masih betah berdiri di depan rumahnya padahal sudah terhitung 15 menit ia di situ. Ia terdiam karena lampu rumahnya telah padam yang artinya rumahnya terlihat gelap. Jake pikir, mungkin orang rumah sudah terlelap. Tadinya dia ingin menghubungi Ni-ki tapi ponselnya malah kehabisan baterai. Ia pun memutuskan untuk segera memanjat pohon yang biasanya dia pakai untuk kabur.

Ketika telah sampai di atas pohon, Jake melihat Ni-ki yang melambaikan kedua tangan padanya. Wajah Ni-ki tidak terlihat jelas karena sekali lagi, rumahnya gelap seakan tak berpenghuni. Jake yang bingung hanya membalas lambaian tangan Ni-ki dan melompat ke balkon kamarnya. Sedangkan Ni-ki daritadi cemas terlebih lagi ketika melihat Jake memasuki kamarnya.

Jake membuka pintu balkon yang memang tidak terkunci lalu segera memasuki kamarnya. Gelap, itu yang ia lihat sama seperti awalnya. Jake menghela napas lega karena mengira dirinya telah selamat. Namun, tiba-tiba lampu kamarnya menyala dan memperlihatkan wajah penuh amarah dari kedua orang tuanya.

"Jake," oh tidak, suara rendah dari papanya membuat bulu kuduk Jake merinding

Plak

Bagus, tamparan langsung dari mamanya meninggalkan jejak kemerahan pada wajah tampan Jake.

"Sudah berani kabur ya? Hm, nakal sekali. Sepertinya kamu perlu dihukum." ucap papa Jake penuh penekanan

"Mama kecewa sama kamu Jake. Bisa-bisanya kamu kabur padahal mama pikir kamu lagi belajar di kamar." kecewa dan marah terlihat sangat jelas dari raut wajah mama Jake

Jake bisa apa? Ia hanya diam. Terlalu takut rasanya untuk melawan. Baru kali ini dia melihat raut wajah orang tuanya yang terlihat kecewa dan marah.

"Kamu mau papa home schooling in?"

"Jangan pa!"

"Kenapa? Takut gak bisa ketemu sama temen-temen kamu?" ucap papanya remeh sedangkan Jake hanya menunduk sambil menggigit bibirnya. Papanya ini lebih santai tapi semua ucapannya bisa sekali membuat Jake mati kutu.

"Apa jangan-jangan temen kamu yang bikin kamu jadi pembangkang begini?" tanya mama Jake mengintimidasi

"Bukan ma!"

"Kalau begitu kenapa?" tanya papanya yang lagi-lagi membuat Jake terdiam

"Besok kamu gak usah ke sekolah." ucap mamanya

Jake membulatkan matanya lalu berkata, "Kenapa ma? Jake kan mau belajar di sekolah."

"Mau belajar ya? Besok kamu les dari pagi sampe sore. Itu hukuman dari mama!" putus mamanya

"Jawab semua buku latihan yang kamu beli sampai habis. Itu hukuman dari papa. Jangan melawan atau kamu tau akibatnya!" putus papanya

Jake rasanya ingin menangis. Itu artinya, besok ia benar-benar harus menguras pikirannya. Bukannya apa, tadi buku latihan yang baru ia beli ada lima dan semuanya tebal-tebal. Tapi, lagi-lagi ia hanya bisa pasrah dan menganggukkan kepalanya.

"Maafin Jake, ma, pa. Jake salah." ucap Jake penuh penyesalan

Mereka hanya berdehem lalu segera keluar dari kamar itu. Mereka masih emosi tapi tetap memberikan kesempatan untuk Jake. Mereka rasa, hukuman tadi cukup ringan. Ringan ya om tante:)

Jake segera mengunci pintunya lalu merenung dan tidak lupa untuk mencharge ponselnya. Oh, ternyata banyak pesan dari Ni-ki yang memperingatinya untuk tidak masuk ke kamarnya. Jake baru ingat, ternyata tadi Ni-ki melambaikan tangannya tanda agar Jake tidak masuk ke kamarnya. Tapi ya, nasi sudah menjadi bubur. Biarkanlah Jake berisitirahat sekarang. Doakan otaknya baik-baik saja besok.

Same But Different (Hyung Line Enhypen)Where stories live. Discover now