04. Uranus

331 34 5
                                    


• Genre: bxb, romance, sci-fi, time leap, friendship, angst, sad end?

• 1900 words, bahasa baku.

• September 2020. Aku sangat ingin menulis, tapi tidak punya ide. Kak Wai bilang, kalau lagi kering ide, coba nonton NatGeo. Akhirnya aku nonton NatGeo. Lalu ide ini muncul waktu nonton NatGeo bagian Uranus.

⚠️ tw // self harm, mcd, angst, mentioning accident, suicidal attempt.



"Walau sepercik saja, Off ingin Gun membagi luka, bersama-sama menyesaki perih yang tak berhenti menguar di dalam dada. Namun Off tahu, yang berhak dibagi luka bukan dirinya."



Uranus



Gelombang pasang menyapa batu karang, membuat lengkungan riak air yang meliuk-liuk, mengerlipkan pantulan bulan purnama di permukaan laut. Seribu bintang berkedip, menatap sepasang mata sendu yang memerah karena lelah, lelah menangisi rindu yang bertumpuk menjadi bah. Angin laut bersemilir samar, menari di atas gelombang, lalu berderu lurus menerbangkan helai rambut Off yang berdiri di atas batu karang.

Off mengeringkan pipinya 'lagi'. Off menarik nafas panjang, lalu menatap langit, menantang purnama yang menempati tahta cakrawala, masih dengan air mata yang menganak sungai di pipinya.

"Gun..."

Off membisikkan sebuah nama yang hanya membuat dada semakin perih. Paru-parunya seperti menciut, tidak mengizinkan oksigen untuk bergerak masuk. Off berakhir sesenggukan, bersusah payah menyelaraskan nafas yang dipenuhi sesak.

"Maaf..."

Off merintih pada angin, membiarkan deru laut mengadukan kerinduan pada seribu bintang.

Sialan!

Off menutup mata, memberikan akses seluas-luasnya pada angin agar turut serta menerbangkan perih yang ia pendam. Namun nyatanya, bahkan angin seperti tidak mendengarkan luka yang Off jeritkan setiap malam.

Sialan! Sakit sekali, sialan!

Off membuka kelopak mata, menatap nanar pada deru ombak di bawah sana. Off berjalan ke tepian karang, menyempitkan jarak antara ia dan lautan. Bising gelombang pasang menghantam karang masih setia menjadi melodi menyakitkan.

Aku tidak pernah membayangkan, kalau kehilanganmu akan sesakit dan sesedih ini (1). Maafkan aku, orbitku.

Off tersenyum sebentar, lalu merebahkan diri pada laut, menyapa hantaman ombak pada tubuh, mendinginkan hati yang telah lupa kehangatan. Off tenggelam, bersama seluruh pedihnya ingatan yang ia simpan.

***

Sorot jingga menyusup dari jendela kaca, menembus masuk membiaskan cahaya senja pada seisi ruangan; pada meja abu-abu, pada sprei cotton putih susu, dan pada dua orang yang tengah duduk berdampingan di sofa coklat tua.

Dalam kamar kecil yang sunyi, Off dapat mendengar nafas berat Gun yang baru saja dihela. Tangan kanan Gun meremas sebotol doxylamine yang baru dibeli Off. Sedangkan Off, dengan sabar, membalut goresan luka di tangan kiri Gun.

Off mengoleskan alkohol, Gun diam saja. Off tanpa sengaja menekan luka, Gun diam saja. Off menarik perban sedikit kencang, Gun diam saja.

Off melirik tatapan Gun yang menerawang jauh, dalam diam berbisik agar Gun bisa bertahan. Walau sepercik saja, Off ingin Gun membagi luka, bersama-sama menyesaki perih yang tak berhenti menguar di dalam dada. Namun Off tahu, yang berhak dibagi luka bukan dirinya.

Ceceran Bintang [OffGun]Where stories live. Discover now