Anak Pertama

610 121 1
                                    

Enjoy Reading.

***

Tampan pasti.
Wangi pake banget.
Baju kekinian.
Bunga siap.
Dan yang paling penting kalung untuk hadiah Katherine sudah berada dalam genggaman.

Akhirnya Dava punya pacar permanen juga. Setelah sekian tahun hanya bisa pacaran paling lama seminggu akibat ulah para adiknya.

Hari ini adalah pemecah rekor. Karena Dava akan merayakan hari jadian dengan pacar untuk satu bulan.

Satu bulan mamen.
Bagi orang lain itu pastilah waktu yang singkat. Tapi, bagi Dava itu sudah waktu luar biasa karena ada wanita yang bisa bertahan menghadapi dirinya sebulan ini.

Apakah Dava mencintai Katherine.
Entahlah. Yang jelas Dava suka padanya. Karena Katherine cewek paling cantik di kampusnya. Lagi pula hanya Katherine yang sabar dinomor duakan setelah adik-adiknya. Selebihnya akan protes dan menganggap Dava tidak peka jika tidak memperlakukan pacarnya sebagai yang utama dari pada yang lainnya.

Dava itu anak pertama. Sudah menjadi kewajibannya memberi contoh kepada semua adik-adiknya.
Ikut disalahkan jika ada adiknya yang berulah. Ikut dihukum jika ada ada adiknya yang berbuat kenakalan. Tapi belum taentu dipuji kalau berprestasi dan bisa membuat adik-adiknya menjadi penurut.

Yeah, sudah nasib itu mah.
Karena menjadi anak pertama itu memang berat. Sangat berat. Kalian tidak akan kuat. Jadi biar Dava saja.

"Katherine i'm coming." Dava merapikan kembali bajunya sebelum keluar dari apartemen. Masuk ke dalam lift bermaksud turun menuju parkiran mobil.

Drrrttttt.
Drrrttttt.

Dava mengabaikan panggilan yang masuk. Dia sudah dapat jatah free dari Daddy-nya. Jadi jangan harap adik-adiknya akan dia biarkan mengganggu kencannya kali ini.

Drrrttttt.
Drrrttttt.

Dava masuk ke dalam mobil lalu menjalankannya. Menyalakan lagu dan tidak menghiraukan ponselnya yang masih bergetar.

Sepuluh menit kemudian Dava sudah sampai di tujuan. Baru saja Dava akan membuka pintu mobil dan keluar. Sudut matanya melihat ponselnya yang berkedip bukan karena panggilan tapi kode darurat dari adiknya yang paling kecil Dewa.

Dava tidak jadi keluar dari mobil dan kembali memutar balik mobilnya sambil melihat ponsel mencari keberadaan Dewa. Anehnya ada Dika di dekat Dewa juga. Tapi, adiknya tetap memencet tombol darurat. Pasti ada hal urgent yang benar-benar tidak bisa ditangani mereka berdua.

Karena macet butuh waktu sekitar 40 menit bagi Dava baru bisa sampai di tempat Dewa dan Dika yang ternyata kantor polisi itu. Dava semakin khawatir. Pasalnya kalau Cuma masuk penjara adik-adiknya sudah biasa dan menghadapi polisi bukan hal yang baru. Kenapa sampai memanggilnya itu yang membuat Dava tidak tenang dan semakin buru-buru.

“Selamat malam, saya keluarga dari Dewa dan Dika. Apa yang terjadi dengan kedua adik saya?” tanya Dava to the point.

Polisi-polisi di sana langsung melihat penampilan Dewa yang untung saja dalam keadaan rapi. 

“Saya Kompol Adi Raharjo. Adik anda bernama Dika Alberald Cohza ditangkap beserta kekasihnya saat sedang mengikuti balap liar. Lalu adik anda yang kedua bernama Dewa Alberald Cohza ....” polisi menghela napas sambil menggeleng prihatin.

“Dewa memukuli tujuh orang hingga masuk rumah sakit. Lalu berusaha melawan saat dibawa ke kantor polisi hingga menyebabkan dua polisi serta dua Security yang bertugas juga mengalami luka-luka. Jadi kami terpaksa membiusnya agar tidak membuat ulah lagi.”

“Boleh aku melihat mereka?” Dava tidak sabar. Apa yang menyebabkan adiknya paling kecil mengamuk bahkan sampai melawan petugas. Biasanya mau dipenjara berhari-hari juga tidak takut.

Playing VictimWhere stories live. Discover now