16. Hello Future [✔]

644 104 91
                                    

Selamat membaca~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca~


"Potong tytydnya, potong tytydnya, potong tytydnya sekarang juga! Sekarang juga! SEKARANG JUGA!"

"ABIII, UWA BEN-NYA TUH!"

Rendra segera berjalan menghampiri sang Ayah yang tengah duduk di kursi tunggu. Ia tidak diperbolehkan berlari oleh dokter. Tangan kecil anak itu meremat sarung yang ia gunakan, menatap Ben nyalang sembari menjulurkan lidah.

"Liatin aja, aku bakal aduin ke Amma!"

"Henam, moal sieun ieu da' uwa mah." Jawab Ben kemudian ikut duduk di samping Chairil. Pria itu terus melayangkan tatapan mengejek pada keponakannya sendiri. (Gidah, gak bakal takut sih uwa mah.)

Semakin Rendra marah, semakin bahagialah Ben. Sungguh paman yang tidak patut dijadikan contoh.

Sejak pagi, mereka sudah ada di salah satu rumah khitan yang masih dalam lingkungan Kecamatan Canjodoh. Menunggu antrean yang untungnya sedang tidak memiliki banyak pasien, karena bukan akhir pekan.

"Antrean nomor 4, Narendra Arsy. Silakan masuk." Chairil segera berdiri, dan mengulurkan tangannya pada Rendra.

"Abi, aku takut." Cicit Rendra yang langsung ditertawai oleh Ben. Sang paman kemudian mengusap pelan rambut keponakannya.

"Gak usah takut, kan ada Abi, ada Uwa, Abah, Abi Hendri, sama Kakek Sony. Ngapain takut?"

"Busut, aing karek engeh ning kuloba anu ngilu nganter nyundatan budak, geus siga rek ngabesan gening." Decak Ben sembari memerhatikan para bapak-bapak yang ikut serta mengantar Rendra. (Buset, gue baru nyadar kok banyak banget yang nganterin bocah sunatan, udah kayak mau ngebesan.)

Chairil menatap datar ke arah sepupunya itu. Entah apa yang dipikirkan oleh Ben sehingga pria itu sangat beleter pagi ini. Ah, tidak. Hampir setiap hari mulut Ben selalu beleter bak petasan mercon--persis seperti istrinya.

"Udah yuk, kan sama abi di dalem jadi gak usah takut." Bujuk Chairil pada Rendra. Beruntungnya, anak itu akan menjadi penurut jika hal tersebut baik untuknya. Tidak ada drama menangis.

"Cucu kakek 'kan pemberani!" —Ayah Wafda.

"Ayo semangat, jangan takut, Ren!" —Abah Chairil.

"Gak bakal sakit kok, cuma kayak digigit semut aja!" —Abi-nya Ben.

"Ayo semangat, gak boleh takut didikan aing mah! Demi dapet uang dari banyak orang tanpa harus keliling malam-malam!" —Uwa Ben.

Usai mengucapkan kalimat itu, Ben lantas mendapat tinjuan lemah dari Abi. "Hahaha lebok." Ujar Chairil sambil tertawa puas. (Syukurin)

Mendapat banyak penyemangat seperti itu, tentu saja tak bisa dipungkiti kalau Rendra senang. Sambil berjalan menuju ruangan bedah, ia tersenyum dengan tangan yang melambai ke arah mereka.

AmoristTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang