03

541 165 13
                                    

Pagi hari yang cerah, seluruh penghuni rumah berkumpul di ruang tengah. Suasana sangat tegang. Sudah 30 menit mereka berkumpul tapi belum ada yang buka mulut.

Jihoon yang jengah pun berdehem "Kita mau cosplay jadi patung, apa mau nyelidikin masalah kita sih?" tanya nya mulai jengah.

Jinyoung menghela nafas, menatap satu persatu keempat belas temannya. "Jujur, gue curiga kalau pelaku nya salah satu dari kita berlima belas" jawabnya jujur.

"Yah, mau gak mau kita harus percaya. Lagian kita akrab sama siapa lagi coba? Kita juga aman - aman aja, gak ada masalah sama orang" sahut Soobin setuju dengan ucapan Jinyoung.

"Gak ada yang mau ngaku nih? Biar kita bisa bicarain baik - baik, kalau lo ngaku kita bakal berusaha ngerti kok, karena gue paham kalian ngelakuin ini pasti tertekan kan? Jadi gue mohon kalian ngaku aja ya? Kita bicarain baik - baik, atau lo mau minta pertanggung jawaban sama kita, mungkin lo pernah kecewa atau sakit hati kita bener - bener minta maaf. Gue harap lo mau ngaku, daripada masalah nya malah kemana - mana" oceh Soobin panjang kali lebar, dia selaku ketua alias leader benar - benar ingin masalah ini cepat tuntas.

"Iya ayo ngaku dong, kita bakal usahain jadi lebih baik lagi. Kita beneran nyesel kalau emang kita ada salah, jadi gue mohon ngaku aja" ujar Junkyu dengan melas.

"Hahahaha" hening melanda mereka semua menatap Asahi yang tiba - tiba tertawa, Asahi yang merasa di tatap merubah raut wajah nya menjadi datar.

"Kalian lucu deh, dia gak semudah itu buat di bujuk. Karena sekarang dia terlahir kembali, tapi terlahir dengan dendam yang gak akan berakhir"
Mashiho menatap tajam Asahi, sedangkan Asahi hanya mengdikan bahu nya acuh.

"Berarti lo tahu siapa dia?" Asahi terdiam terkekeh pelan, menatap Mashiho dengan senyum miring.

"Tahu dong, tahu banget malah hehe" jawab Asahi santai 'Ya kan Mashiho?' batin Asahi tersenyum miring.

"Siapa? Kalau lo tahu harusnya lo kasih tahu ke kita dong, lo malah seakan nutupin pelaku nya!! Bikin kita jadi curiga ke lo" sahut Jihoon julid sekaligus kesal.

Tiba - tiba saja aura disana menjadi mencekam, setelah Jihoon berkata seperti itu. Asahi menatap Jihoon datar.

"Apa urusan gue kalau lo pada curigain ke gue?" tanya Asahi santai.

"Sa, gimanapun kan kita temenan, lo tega biarin temen - temen lo mati?. Kenapa lo gak jujur aja sih?" tanya Sanha ikut kesal.

"Emang kalian nganggep gue temen?" semua orang terdiam, mendengar ucapan sarkas dari Asahi.

"Kalau mau akting yang pinteran dikit dong, ketahuan banget kalau sebagian dari kalian gak suka sama gue" lanjut Asahi terkekeh.

"Udah - udah kenapa jadi ribut gini sih, lo beneran gak mau bilang sa?" sahut Jaehyuk yang duduk di sebelah Asahi.

"Kalau gue bisa gue bakal ngomong, tapi masa gue ngasih tahu setan juga? Gak asik ah, nanti gue di buru lagi" Jaehyuk mengeryit tidak paham begitu juga dengan yang lain.

"Setan maksut lo?"

"Gak peka banget sih kalian, jelas - jelas salah satu dari kalian bukan manusia beneran" Asahi tersenyum miring menatap Mashiho yang menatap nya seakan memperingati.

"Nanti kalian juga tahu, gue gak mau ya mati sebelum gue ngumpulin bukti tentang pelaku nya" setelah itu hening melanda, tidak ada yang bicara lebih tepatnya tidak berani.

"Mending kita jalanin ritualnya" sahut Junkyu tiba - tiba.

"Ritual spirit Bell itu kan? Mau gak mau kita harus lakuin, semalem gue udah nyari tentang itu, dan si target harus ikut lakuin ritual, biar kita bisa berkomunikasi sama roh nya itu. Biar lebih jelas,apa yang dia mau. Emang terkesan ngorbanin diri sih, tapi kalau gak gitu kita gak akan tahu siapa pelaku nya" jelas Mashiho datar menatap Asahi tajam.

"Kalian bisa emang nya?" tanya Chenle takut.

"Tenang kan ada Mashiho" jawab Mashiho santai menyibak helai rambut nya "Gue dulu udah pernah kali jalanin ritual, karena di teror hantu" lanjut Mashiho bangga.

"Kita lakuin ritual nya kapan?" tanya Soobin setelah sedari tadi bengong gak jelas.

"Kita lakuin malam ini" jawab Mashiho tersenyum senang, menatap Asahi tajam.

••

"HEYOO PARA BUJANG, AYOO KITA LAKUIN RITUAL NYA" Teriak Jihoon menggelegar ke penjuru rumah.

"berisik banget njir, gangguin orang boker aja" sahut Junkyu setelah dari toilet dapur.

"Ya mana saya tahu saya kan Jihoon" Junkyu mendelik menghampiri si kembar alias Sanha dan Soobin yang sedang duduk manis minum teh.

"Hei ngapain lo mondar - mandir di dapur?" tegur Renjun pada seseorang yang mondar - mandir di depan dapur. Yang di tegur hanya menyengir saja tidak berniat membalas.

"Gak apa - apa, hehe" jawab nya sambil nyengir.

Renjun hanya menggelengkan kepala nya maklum, kemudian masuk ke dapur dan mencuci gelas nya.






"Semua udah lengkap, nih?" tanya Soobin mengabsen satu persatu teman - teman nya.

"Btw ritual nya gimana?" tanya Sanha setelah mereka berlima belas duduk melingkar.

"Bentar biar Cio yang ambil" jawab Jaehyuk setelah berdiskusi dengan Mashiho.

"Gue masih gak paham, itu roh penunggu lonceng atau pemilik lonceng sebelumnya mati dan jadi penunggu lonceng itu?" tanya Beomgyu masih tidak paham.

"Bukan, lonceng itu bukan ada penunggu nya atau gimana. Jadi lonceng itu cuman buat manggil para hantu yang sebut aja lagi gabut, dan pengen menyesatkan manusia. Ciri khas mereka ya bunyi lonceng itu. Cara main nya beda - beda tergantung kemauan si roh yang terpanggil" jawab Jaehyuk.

"Semoga main nya gak aneh - aneh deh" gumam Chenle yang dari tadi sudah takut duluan.

Tak lama kemudian Mashiho datang dengan kardus di tangan nya, dia mulai membongkar isi kardus nya.

"Gila" pekik Jihoon bergidik, saat Mashiho mengeluarkan banyak lilin dan sebuah papan Qouija.

"Pertama kita harus tahu siapa roh itu, dan apa yang dia mau" Mashiho duduk melingkar dengan Jaehyuk, Guanlin, dan Jinyoung. Tidak ada yang menganggu, lebih tepat nya tidak ada yang berani.

Mashiho, Jaehyuk, Guanlin, dan Jinyoung mulai membaca mantra untuk beramin papan Qouija. Lilin yang di tata melingkar mati, menyisakan satu lilin di tengah. Lampu mendadak mati, jendela tertutup dengan sendirinya.

Samar - samar terdengar lonceng dari kejauhan dan suara tawa khas anak kecil. Mashiho hanya sekedar memancing nya saja, dengan cepat ia mengucapkan mantra sebagai penutup permainan sebelum hantu tersebut semakin menjadi - jadi.

"Gimana? Kok lo gak nanya apa - apa sih?" tanya Junkyu sewot.

"Gak perlu, gue takutnya nanti hantu nya lepas kendali. Gue cuman mau mancing dia aja" jawab Mashiho kembali memasukan papan Qouija nya di kardus.

"Terus lo dapet infomasi apa?" tanya Jihoon.

Mashiho tidak menjawab, dia memejamkan mata nya sambil bergumam. "Dia anak kecil, nama nya Gabriella. Ciri khas nya dia pake gaun warna merah, pakai gelang kaki yang ada lonceng nya. Rambut nya panjang warna pirang pakai pita warna merah, bola mata nya berwarna biru terang" jawab nya kemudian membuka matanya menatap satu persatu teman - temannya.

"Terus dia mau apa?" tanya Chenle agak takut.

"Dia pengen kita main petak umpet. Kita harus sembunyi selagi dia keliling buat nyari kita. Ciri khas nya, dia bakal nyanyi, sama dia pake sepatu pantofel pasti kalian bakal kedengeran kan? Jadi gue mau kalian tetep sembunyi sampai hal itu hilang, dan hantu itu gak bisa ngelihat jadi selagi kalian gak bikin suara kegaduhan di jamin aman" mendengar nya saja membuat mereka bergidik ngeri.

"Siap - siap kita bakal lakuin ritual nya jam 12 malam" lanjut Mashiho tersenyum miring.

[1] Spirit bell 00 - 01L || ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang