Dua

1.7K 201 26
                                    

Tanah memerah, menandakan bahwa jenazah baru saja dikubur. Biyan masih tak percaya dengan apa yang baru saja menimpanya. Rahma, istri yang dicintainya telah tiada dengan cara yang amat tragis. Berulang kali Biyan menggelengkan kepalanya, mengusir bayangan Rahma dengan mata melotot dan lidah terjulur.

Dia sedih, tentu saja. Bagaimanapun, istri pertama tetap mendapatkan posisi spesial di hati sang suami.

"Ayo, Mas. Kita pulang, sudah mau hujan." Alya menyentuh pundak Biyan. Laki-laki itu bangkit walaupun enggan.

Mereka berjalan beriringan menuju mobil.

"Kita pulang ke mana? Ke rumah Kak Rahma atau ke rumah baru?"

"Selama tiga hari ini, kita harus berada di rumah lama, karena pelayat akan berdatangan." Biyan mengusap air matanya kembali. Dia merasa bermimpi, tak menyangka akan berpisah secepat ini dengan Rahma.

Belum lagi keluarga Rahma yang akan menuntutnya karena menyangka, bahwa Biyanlah yang sengaja menghabisi Rahma karena ingin menikah lagi.

Sesampai di rumah, Biyan mengacuhkan Alya. Dia masuk ke kamarnya dengan Rahma dulu.

Bau parfum wanita itu masih melekat di kamar ini, seolah-olah dia masih hidup. Gamis dan jilbab ungu kesayangannya tergantung di hanger dan diletakkan di lemari yang kebetulan pintunya terbuka. Biyan masih ingat, bahwa baju ini masih dipakai Rahma dua hari yang lalu.

***

Setelah melayani pelayat, mereka menutup pintu rumah jam sembilan malam. Keluarga Alya dan keluarganya pun sudah pulang.

"Mas, aku tak mau tidur di kamar penganten kita."

"Hanya ada dua kamar di rumah ini."

"Boleh, kan? Aku menghuni kamar Mbak Rahma?"

Biyan tak punya pilihan, dia lelah dan butuh istirahat. Sampai saat ini dia belum percaya, bahwa Rahma telah pergi untuk selamanya.

Mereka masuk ke dalam kamar yang super bersih itu. Mulut Alya menganga tak percaya saat mengamati isi kamar Rahma.

"Kamarnya lebih luas dan lebih lengkap perabotannya, nanti di rumah baru, aku ingin seperti ini juga."

"Hmm," sahut Biyan tak semangat.

"Baju Mbak Rahma bagus-bagus, ya. Sayang kalau tidak dipakai, boleh untukku, Mas?"

"Hmm." Biyan menyahut asal sambil memejamkan mata.

Alya membuka laci lemari bercat putih itu, matanya menemukan kotak perhiasan besar. Tak sabar dia membukanya.

"Ya ampun, indah sekali," katanya mengangkat salah satu gelang dari sana lalu mencoba kan ke tangannya.

"Cocok. Mas, ini untukku juga, ya."

"Hmm."

Secepat kilat, Alya memakai gamis dan jilbab milik Rahma, tak lupa dengan gelang berlian di tangannya.

Mata Biyan terbuka. Dia menggosok matanya, menemukan Rahma di sana tengah memakai gamis ungunya.

Tanpa pikir panjang dia menarik wanita itu ke tempat tidur, mengambil hak-nya. Setelah selesai, dia tersadar, yang berada di bawahnya bukan Rahma tapi Alya.

"Kau? Tidak perawan?" tanya Biyan amat kaget, setelah kesadarannya sempurna.

***
Versi tamat ada di karya karsa. Harga Rp. 15.000,-

https://karyakarsa.com/Gleoriud/sesal-bab-3-end

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sesal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang