18. Who's Ara?

368 48 7
                                    

Jika sekiranya ada kesalahan/kekeliruan, terutama dalam dunia kemiliteran, saya minta maaf yang sebesar-besarnya dan dengan senang hati saya menerima saran dan koreksinya dari teman-teman⚠

-------------------------------------------------

Happy Reading📖

"Gakk, gue gak nangis kok. Gak akan. Gue gak akan meloloskan air mata gue yang berharga untuk seseorang yang juga gak akan pernah bisa meloloskan air matanya buat gue"

🎬🎬🎬

GELAP. Termenung. Sendiri.

Itulah yang dialami Lettu Abi sekarang ini. Di kursi bercat putih dan di bawah pohon besar yang rindang, ia seorang diri. Mata teduhnya terus menatap seenggok cahaya rembulan yang tak seterang lampu-lampu kota yang gemerlip di luaran sana. Angin bersahabat. Membuat malam yang menyejukkan.

Ia menelan salivanya lekat, kala seberkas memori muncul dalam ingatannya.

Gadis cantik berseragam SMP itu melipat kedua tangannya di dada. Mulut mungilnya membentuk kurva tanda merajuk. Entah apa yang telah dikatakan oleh lelaki di depannya ini.

"Pokoknya, aku gak mau Kak Abi pergi. Aku mau Kak Abi terus di sampingku." tegasnya.

Laki-laki yang dipanggil Abi itu pun terkekeh pelan sembari mengusap kepala gadis yang teramat di sayanginya meski tertutup hijab.

"Kok Ara ngomongnya gitu? Kak Abi kan pergi untuk ngejar cita-cita Kakak menjadi seorang Tentara. Biar nanti bisa ngelindungin Ara, dan semua bangsa di negeri ini." Balasnya lembut mencoba memberi pengertian gadis yang dipanggil Ara.

Alis Ara bertautan. Matanya berkaca-kaca. Bibirnya terkatup mencoba menahan  tangisnya. Namun sedetik kemudian, gadis itu tak kuasa menahannya dan berakhir tersedu-sedu di pelukan Abidzar.

"Hikkssss ... Ara tau, Kak Abi pergi untuk mengejar impian Kakak. T-tapi, hiksss ... Ara sedih. Selama ini Kak Abi adalah orang yang sangat menyayangiku. Aku juga sayang sama Kak Abi. Hiksss ... Ara takut di sini tanpa Kak Abi. Kak Abi, jangan pergi, ya? Kalau mau pergi, Ara mau ikut, hiksss"

Abidzar semakin mengeratkan rengkuhannya dan tak henti-hentinya menciumi puncak kepala gadis itu yang dibungkus jilbab. Lelaki itu juga mengusap punggung mungil di pelukannya.

"Ssshhh, Ara ... Aku minta maaf. Aku telah membuatmu menangis. Tak seharusnya aku melakukan hal ini. Tapi, ketahuilah satu hal. Kamu adalah orang yang sangat ingin aku jaga dan lindungi di kehidupanku. Aku akan mengenyam pendidikan taruna untuk itu. Aku akan selalu menyayangimu, Ara"

"Ara selalu percaya sama Kak Abi" gadis itu mengusap kasar air matanya dan melanjutkan kalimatnya. "Ayo, Kak! Kejar mimpimu! Selama ini Kak Abi selalu mendukung Ara jika itu benar. Sekarang, gantian Ara lah yang harus mendukung Kakak. Jangan hiraukan Ara, hiiikksss ... Ara ... Ara pasti bisa menjaga diri Ara sendiri."

Ketika Abidzar hendak menyanggah, Ara langsung menempelkan jari telunjuknya di bibir lelaki itu.

"Aku belajar banyak hal dari Kak Abi. Salah satunya adalah bahwa, nggak semua kebahagiaan harus selalu di dekat kita. Tapi, selama ini Ara egois. Ara selalu mengepentingkan diri Ara dibanding impian besar Kakak. Kak ..." jemari mungil gadis itu menggenggam jemari besar Abidzar dengan erat.

"Lusa, Ara pengen Kak Abi isi formulir pendaftaran calon Taruna." Ucapnya dengan mantap.

Abidzar menganga. Tanpa babibu, lelaki itu membawa Ara ke dekapannya. "Terimakasih. Jika kamu mengizinkan, seenggaknya aku jadi lega. Aku janji, Kak Abi-mu ini akan pulang dengan banyak ilmu perang dan kemudian ... Melindungi my little princess."

Ajudan Nona |Militer Story:2|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang