34 [🍒]

196 24 1
                                    

[Up Date]

>>>📍votemen <<<

{Happy Reading}
.
.
.
][☆☆☆][

Keesokan harinya Bima dan Regas pulang bergantian untuk mengganti pakaian mereka. Masalah soal sarapan tidak mereka pikirkan, mereka bisa makan lain waktu. Entah itu hanya makan malan atau makan siang saja.

Sekarang keduanya sudah ada disini sejak pergantian pulang, mereka masih betah diruangan bernuansa putih itu, kalo boleh jujur sebenarnya mereka benci ruangan ini, bau obat antiseptik membuat kepala mereka pusing. Namun, ini semua mereka abaikan demi menjaga Athan.

Knop pintu ruangan terbuka, menyita tatapan Regas dan Bima. Diambang pintu sudah ada dokter Rafi yang membawa dua plastik kantung hitam, lalu langkahnya menghampiri mereka berdua.

"Kalian pasti belum sarapan, ini saya bawakan nasi padang untuk kalian" ucap dokter Rafi ramah, lalu memberikan bungkus plastik itu beserta air mineral untuk Regas dan Bima.

Regas dan Bima menerimanya dengan senang hati, mereka pergi ke kamar mandi untuk mencuci tangan. Lalu kembali ke ruangan itu. Ternyata dokter Rafi masih ada disana.

"Kalian gak pergi ke sekolah?"

Mereka berdua saling pandang, setelah itu menatap dokter yang masih muda itu dan menggelengkan kepalanya.

"Kalian tidak perlu cemas, akan saya pastikan Athan aman disini"

"Tetap saja itu membuat saya khawatir" sahut Bima disela-sela makanya.

"Saya salut dengan kalian" dokter Rafi mengacungkan jempolnya sekejap.

"Dok, kenapa Athan gak sadar-sadar ya?" tanya Regas setelah meminum tegukan air botol mineral.

Dokter Rafi memandangi Athan, pandanganya mendadak nanar. Lantas menghembuskan napas panjang, menatap dinginya lantai.

"Saya juga heran, harusnya dia sudah sadar hari ini"

"Efek dari operasinya mungkin, dok?" dokter Rafi menggeleng saat pertanyaan itu lolos dari mulut Regas.

"Efek dari operasi ini tidak berefek seperti itu," dokter Rafi menatap Regas dan Bima bergantian.

"Kalo begitu saya permisi, ada pasien lain yang harus saya tangani. Jika kalian butuh bantuan, panggil saya saja" dokter Rafi berlalu pergi saat mendapati anggukan dari dua remaja itu.

Setelah makananya habis, keduanya kembali mencuci tangan. Lalu memasuki ruangan Athan lagi.

"Re, gue keluar bentar, ya"

"Mau kemana?"

"Jenguk Leon"

"Oke"

Bima keluar dari ruangan Athan, menyusuri koridor rumah sakit menuju lift untuk mencapai lantai tiga. Didalam lift Bima merasa mengingat sesuatu, dimana kejadian Bima memukul pintu lift sampai mengagetkan Athan.

Saat itu Bima terbawa emosi karena Athan mengatakan jika Athan mencintai Dinda, Bima sangat cemburu. Alhasil amarah yang sedari tadi Bima tahan pun meluap, lalu dengan refleks Bima memukul pintu lift dengan hantaman keras.

Athan [END]Where stories live. Discover now