Do You Feel It?

7K 294 31
                                    

Pertama kali Megumi membawa Yuuji ke rumahnya untuk menginap, Yuuji, bocah remaja bersurai sakura itu telah menarik perhatian Toji. Aura ceria dan cerah yang dimiliki remaja mungil itu menarik Toji seperti ngengat ke api.

Anak itu selalu manis dan lucu. Bahkan seperti saat ini. Hanya dalam Kemeja katun pink dan celana hitamnya, dipasangkan dengan kacamata bundar pun dia sudah lucu. Matanya sangat indah sehingga Toji tidak ingin apa-apa lagi selain melihat mata indah itu menangis dan berkaca-kaca karena senang. Definisi dari cantik kalau boleh Toji bilang.

Bisa dibilang Toji tidak pernah berani untuk memikirkan hal lebih pada Yuuji.
Tapi, Toji tak akan berbohong dan menyangkal bahwa di tengah keramaian,

dimanapun dan kapanpun,
Toji tidak melihat siapa pun kecuali Yuuji.
Dalam mimpinya yang berwarna merah jambu, seprai sutra kamar Toji hanya bisa diusak oleh Yuuji.





Saat ini, Toji meninggalkan kedua remaja itu untuk melakukan pekerjaan rumah mereka. Sesekali, dia datang untuk melihat apa yang mereka lakukan dan pergi lagi. Dan malamnya, segera setalah aktivitas dan kewajiban mereka selesai dikerjakan, mereka bertiga memutuskan untuk menonton film dan Yuuji mengambil tempat duduk di antara ayah dan anak itu. Saat ini, busana Yuuji telah berubah menjadi celana pendek putih yang sepertinya hanya mampu menutup hingga pantatnya yang imut dan montok dengan atasan kaos merah muda yang hampir transparan.

Butuh energi dan tekad yang besar bagi Toji untuk tidak menangkap anak merah muda itu dalam kungkungannya dan ‘menghabisinya' di ruang tamunya ini. Bahkan Toji tidak peduli jika Megumi ada di ruangan itu. Dan cara Yuuji menjilat sendoknya sambil memakan es krim yang Megumi berikan membuatnya mengerang pelan.
Otak pria dewasa tersebut sudah dipenuhi Hal-hal yang bisa dia lakukan dengan lidah si surai merah muda itu.
“Toji-san? Ada apa? Ada yang aneh pada wajahku?” Yuuji bertanya dengan menggaruk pipinya yang tidak gatal. Dia bingung dengan atensi dan tatapan intens yang diberikan ayah sahabatnya ini sejak ia mulai turun dari kamar megumi hingga sekarang.
“Oh.. tidak.. tidak apa, itu hanya perasaanmu saja Yuuji-kun.” Toji berdehem, berusaha mentralkan diri dan memperbaiki fokus dan akal sehatnya.
“Sudahlah Yuuji... Ayah memang suka absurd. Lebih baik kita fokus menonton” Megumi mengarahkan kepala Yuuji menghadap ke televisi di depan mereka.
Tawa Megumi dan Yuuji kembali terdengar sesaat kemudian setelah melihat tayangan di televisi. Dua jam mereka bertiga habiskan menonton acara stand up di saluran Nitflix langganan keluarga Fushiguro. Kini Megumi mulai bosan. Impulsif, Megumi memindah channel dengan tayangan yang lebih berat dan menyeramkan. Yuuji sedikit keberatan dengan film yang dipilih Fushiguro muda itu. Toji kini tau; si cantik merah muda ini takut dengan genre film horror/thriller. Lima belas menit pertama penanyangan film tersebut Yuuji sudah berkeringat dingin. Yuuji benar-benar mengutuk Megumi dengan film pilihannya.
“Hyaaaa!!!”

Grep

Sesuatu yang hangat memeluk Toji erat. Sialan! Toji tidak bergerak, kaku. Ujung matanya dia melihat surai sewarna sakura yang halus menggelitik lehernya.
“Yuuji-kun.. hei”
Toji berusaha melepaskan pelukan Yuuji pada lengan kekarnya. Tapi bak koala, Yuuji tidak mau lepas.
“Gumi ganti channel!!! Ini menyeramkan!! Ganti!!”
“Tapi ini baru klimaks filmnya Yuuji!!” Megumi dengan jahil mengarahkan Yuuji untuk menatap kembali pada layar televisi.
Adegan yang sangat menyeramkan dan musik yang tiba-tiba menjadi gelap semakin membuat Yuuji ketakutan. Tidak hanya memeluk lagi, kini si surai sakura tersebut mendudukkan dirinya dipangkuan Toji, menangis ketakutan, dan tidak ingin menghadap ke layar televisi.
‘Sial Sial Sial Yuuji jangan bergerak-gerak dipangkuan ku!! Naga ku bisa bangun kalau begini terus’ Toji hanya bisa membatin frustasi. Tanpa sadar Toji menghela nafas berat.
“Hiks... hiks— mmhh” Helaan nafas Toji mengenai tengkuk dan telinga Yuuji, menyebabkan si surai sakura tersebut melenguh lirih disela isakan tangis ketakutannya. Pendengaran Toji yang tajam tentu mampu menangkap desahan indah itu. Walaupun tidak bisa melihat wajah Yuuji, Toji tahu, wajah si bocah sakura ini sudah memerah sempurna. Ah gawat. Jika tidak ingin gila menahan nafsu yang sudah lama dia tahan, Toji harus segera keluar dari situasi ini.
“Yuuji sudah menangisnya.. lebih baik kalian ganti filmnya. Megumi jangan keterlaluan menggoda Yuuji seperti ini. Dia sudah ketakutan!” Toji sedikit mengangkat Yuuji dan mendudukkannya kembali ke sofa.
“Ah yuuji kau ini tidak seru” Megumi mencebik, tapi dengan patuh mengganti channel ke film yang lain. Kasian juga dia melihat Yuuji yang sudah berantakan menangis ketakuan begini.
“Kalian lanjutkan nontonnya aku akan tidur lebih dulu. Jangan begadang sampai pagi!”
Toji beranjak menuju kamarnya. Lelah sekali rasanya menahan diri dari nafsu. Merebahkan diri Toji berusaha untuk tidur. Namun karena pikirannya yang masih mengamuk memikirkan Yuuji, Toji tidak bisa tidur. Dia berbaring terjaga di tempat tidurnya dan menatap langit-langit.
Mungkin dia harus besikap bodo amat dan pergi bercinta dengan anak itu. Lumayan juga bukan? Nanti Megumi bisa belajar satu atau dua hal dari pengalaman itu.
Toji hendak bangun dan menjalankan rencana bejatnya ketika mendengar suara kenop pintu berputar.
Bayangkan keterkejutannya ketika alih-alih dia mencari Yuuji, anak itu datang kepadanya sendiri.

(R-18) Yuuji Harem Series - The Emerging Of AdulthoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang