O.5

683 193 54
                                    

"Maju sini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Maju sini."

Sisa anak pukul tengah kebas bermandi peluh. Bergetar takut. Begitu ujung pandang mendapati visual malaikat maut. Lantas tanpa banyak bicara, mereka yang tersisa memutuskan berlari menjauh. Kalap selagi menahan tangis. Akan perih yang menderai darah dari luka di sekujur.

Seishu menghela napas gusar, bersyukur, karena sejujurnya, gelanyut rasa gentar hampir melahap hatinya pula. Memberi rasa cemas tiada dua, tatkala diri tersadar, keselamatan sang puan merupakan sebuah prioritas.

"[Name]?" kepala lekas menoleh, selepas hamburan anak pukul lenyap dari pandang.

Untuk kemudian mendekat.

Memicu gemuruh rusuh dalam kalbu menjadi seiring waktu.

"Kamu terluka?"

Gadis di hadapan membisu. Menggeleng kaku selagi terpaku, dalam labuhan manik jamrud yang teduh memangku. Mencuri semburat semu, selepas diri menyadari kini jemari Seishu mencipta kontak lembut. Mengusap tilas darah yang tak sengaja terciprat. Selagi tersenyum. Berujar dengan nada rendah yang begitu candu pada indera.

"Maaf, ngerepotin lagi. Syukur kamu ga kenapa."

Lengan kini mengendur, memutuskan tuk menyudahi saja kontak fisik yang menaut rasa antar dua insan. Lantas dalam detik berikut nya berganti siapa yang terpaku, berujar tak mampu, selepas raga ditahan perginya oleh insan yang bersemu.

"Ga usah perhatiin aku. Lenganmu sendiri gimana?"

Pemilik manik jamrud mengulas senyum kikuk. Mati gaya. Kala mendapati sang pencuri atensi begitu mempesona dalam remang sorot rembulan. Memicu hatinya berdesir bersama angin semilir, kendati ia tak ingin insan di hadapan tau, bahwa hatinya telah jauh terjerumus.

"Gapapa kok. Santai, udah kebiasa."

Raut galak tercipta menjemput akhir kalimat. Tak percaya. Lantas diri buktikan dengan jemari yang mencengkram erat bekas luka. Memicu pekik tertahan, dari pemuda yang kini mulai berlinang air mata.

"A-- duh [Name]?!"

"Rasain. Makanya jangan sok-sok an kuat."

"Kan kamu teken. Mana kenceng lagi."

Dan tanpa sadar, keduanya telah saling membalas rasa.

:✧˖°࿐

Lenguh suara teko beradu dengan degup jantung yang tak menentu. Lantas diri putuskan untuk diam, membisu. Segan. Terhadap sorot mata yang begitu menukik menusuk raga. Tersirat rasa tak suka. Akan sosok pemuda yang kini ikut terdiam di teras rumah.

"Siapa itu?"

[Name] mendadak kelu. Kalut akan berbagai alasan yang seketika hadir dalam angan. Meminta pertolongan pun, agaknya percuma. Sebab insan muda yang dimintai, kini sama membeku nya. Tertunduk lesu. Merutuki tindak bodoh yang menyetujui ucapan darinya tempo lalu.

"Kita obati dulu luka mu di rumah."

"[Name]! Siapa itu!?" nada meninggi. Pertanda akan membuncah pitam milik wanita yang disegani.

"Anu, Ma. Dia--" untai kata seketika tercegat. Oleh hadirnya kalimat yang tak pernah disangka raga. Membawa tolehan kepala tak percaya. Kepada sosok pemuda yang kini tersenyum riang di sisi nya.

"Selamat malam tante. Maaf menganggu. Saya Inui Seishu, teman satu kelas [Name]."

Lensa wanita itu menyincing sebab kata. Masih tak percaya. "Oh iya?"

Kikuk.

Mendadak manik jamrud kembali tertunduk lesu. Selesai sudah aktingnya yang sedari awal tak berguna. Mengundang gelak tawa tertahan. Dari gadis yang telah menerka, akan nekat tindaknya tak berbuah manis bagai syair pujangga.

"Seishu, coba liat sini sebentar."

Insan muda putuskan menengadah. Mendadak terkesiap. Tatkala ujung pandang mendapati rekah kurva milik sang wanita. Untuk selepasnya diri kembali tertimpuk akan hal yang mengganjal mata. Di mana jemari lentiknya tengah mencubit kasar lengan sang gadis jelita.

Mengaduh.

"Duh-- aduh Ma."

"DIEM." Seishu tercengang. Merinding. Kala lensa mendapati diri kini menjadi labuhan pandang sang wanita. "Seishu masuk dulu yuk. Itu darahnya di bersihin, keburu kering."

Bagai anak kucing penurut, ia mengangguk. Patuh. Lantas mengekor masuk selepas [Name] di bawa menjauh dengan cubitan tenaga penuh. Terduduk kaku. Bagai terbelenggu untaian rantai yang kini meremuk rusuk. Pula menikam raga. Dengan hawa tegang yang berbeda dari perkelahian di ujung gang.

Rasa detik merangkak pelan meniti waktu. Begitu lambat. Jam di dinding teronggok sepi, tak minat untuk ia tengok. Percuma pikirnya. Hawa aneh ini tak kunjung memudar.

Apa begini rasanya bertemu calon mertua?

:✧˖°࿐

3 Agustus 2021
Lemo_Ra

𝙃𝙖𝙧𝙨𝙖 ⸙͎۪۫  𝘐𝘯𝘶𝘪 𝘚𝘦𝘪𝘴𝘩𝘶Where stories live. Discover now